Chapter 18
Dia, kenapa datang kembali? Setelah membuat mama meninggal. Sampai kapanpun aku tak akan memaafkannya dan menganggap dia itu adalah mamaku.
***
Wanita itu mendekat kearahku dia membisikkan kata yang licik, aku membenci mengakui ini, namun di dekatnya aku tak bisa melakukan apa-apa.
"Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang. Aku tidak ingin mengganggu anak tersayang kita yang sedang sakit." Dia berjalan ke Papa dan memeluknya mesra tepat di depan mataku. Mereka berdua, memang pasangan yang serasi, karena mereka sama-sama licik.
"Iya sayang, kita pulang saja. Pasti kau capek kan."
"Huum. Tentu saja, kau tahu aku baru saja pulang dari Amerika dan aku ingin mengistirahatkan tubuhku agar besok bisa dengan santai mempersiapkan pernikahan kita."
Cepat enyahlah dari hadapanku.
Aku memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Bagaimana jika aku telah tiada? Apa yang akan terjadi dengan Rendy? Di tambah dia amnesia.
"Andaikan saja Tuhan memberikan umur yang panjang untukku."
***
Pagi pukul 06.30
Hari ini aku harus memulai lembaran baru dan tidak berlarut-larut ke dalam kesedihan lagi. Sekarang waktunya bekerja dan jangan sampai di pecat.
Aku mengenakan pakaian yang kasual dan nyaman, make up seadanya. Tak apa kan, jadi sederhana walaupun hanya sebentar.
Pukul 07.00 tepat
Aku sampai di Cafe, Naura menyambutku dengan pelukan dan pegawai yang lainnya juga sama. Mereka semua menanyakan tentang perasaanku dan bagaimana kabar saat ini, rupanya mereka khawatir karena beberapa hari lalu, aku tak bekerja.
"Kamu sudah baikan?"
"Sudah, Ra. Makanya, sekarang aku kerja."
"Aduh Na, kamu kalau ada masalah sudah kubilangkan cerita denganku." Naura memanyunkan bibirnya, aku hanya tertawa.
Kami berdua memulai pekerjaan masing-masing, Naura dibagian kasir, karena penjaga kasir biasanya sedang sakit dan aku dibagian pramusaji. Beberapa pelanggan tetap Cafe telah kulayani, beberapa dari mereka juga menanyakan tentang kabarku akhir-akhir ini.
"Baru muncul sekarang, kemarin kemana saja?" tanya seorang wanita yang sudah berumur.
"Sedikit ada masalah, tapi sudah saya atasi," jawabku sembari tersenyum ramah.
Pengunjung Cafe di siang hari lumayan ramai, aku beristirahat sebentar. Sebab, nanti malam, aku akan mengisi panggung kecil di tempat ini. Sstt, aku baru saja memulai melakukan ini, hal yang dirindukan pelanggan kami.
***
Pukul 20.00
Lampu Cafe kian meredup, suasana ruangan terasa tenang, pengunjung silih berganti memasuki tempat yang tidak terlalu besar ini. Seorang wanita bersiap untuk penampilan perdananya, dia telah mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian yang cukup sederhana, menunjukkan sisi wanita yang pemalu. Wanita itu berjalan keatas panggung, ia menarik nafasnya.
"Selamat malam semuanya, saya disini menggantikan penyanyi yang biasanya mengisi panggung ini. Saya akan membawakan lagu cinta dalam hidupku."
Musik mulai mengalun, suara piano dan gitar akustik bersautan, membawa suasana yang hangat.
Lagu ini menceritakan tentang seorang wanita yang ditinggal kekasih untuk selamanya, ia menyanyikan lagu itu penuh penghayatan.
Hanya wajahmu yang terukir di dalam hatiku
Abadi dan takkan pernah terganti
Hanya kaulah cinta dalam hidupku
Meskipun langit t'lah memisahkan cinta kita
Aku kan selalu untukmu
Cintamu akan selalu bersemi di hidupku
Dibagian reff dia mulai merendahkan nadanya, seolah menceritakan bagaimana jika kekasihnya itu tak ada di dunia yang sama dengannya. Dia menyelesaikan lagu itu, pengunjung yang datang memberikannya tepuk tangan yang keras.
Seperti sebuah kerinduan yang hilang, dia seperti dibangkitkan kembali dari keterpurukan yang menjerat seluruh raganya.
Lagi, dia menyanyikan lagu kedua. Jatahnya adalah menyanyikan dua lagu yang satu adalah hasil request dari pengunjung.
Bel pintu Cafe baru saja berbunyi, sebuah pengunjung datang lagi. Kali ini sepasang kekasih yang berbeda usia, seakan umur mereka itu hanya beda setahun saja.
"Inikah tempat wanita itu bekerja."
Seorang pria menggelengkan kepalanya, wanita yang menggunakan pakaian mewah itu bertanya tentang seseorang yang sedang dia cari.
Dia yang baru saja menyelesaikan lagunya dan turun dari panggung, dipanggil oleh temannya. Katanya ada yang mencari dia.
Dia berjalan ke meja, dimana ada sepasang kekasih yang beda usia tadi.
"Jadi, kau yang bernama Ratna. Wanita yang memacari kakak beradik."
Siapakah dia? Kenapa dia langsung mengatakan hal seperti itu. Padahal mereka baru saja bertemu, 'kan.
"Ada apa? Apakah kau kaget? Aku adalah mamanya, jadi aku harus mengenal wanita tak tahu diri ini."
Suasana di sekitarnya berubah menjadi suram, hanya ditempatnya saja. Ditempat lain mereka masih menikmati malam-malam panjang yang akan menjadi kenangan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top