Chapter 11
Tommy yang baru saja mendapatkan telepon, segera menuju ke rumah sakit. Ya, orang yang menelepon Tommy itu adalah pihak dari rumah sakit, Tommy mendapatkan kabar jika Rendy sedang dalam kondisi yang tidak terlalu baik. Dia mengingat saudaranya yang berada di rumah sakit, bukankah saat dia tinggal terakhir kalinya dia masih dalam kondisi diam tak bergerak sama sekali, tapi tadi baru saja dia mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengabarkan jika saudaranya, sedang dalam tanganan medis.
***
Rumah Sakit...
Seorang laki-laki yang tinggi tegap, berjalan cepat dan tergesa-gesa, melewati banyak kerumunan orang yang berlalu lalang, di rumah sakit tak heran pula dia juga menabrak beberapa dokter atau orang yang sedang menjenguk. Pikirannya mulai kemana-mana, saudaranya yang terkapar di rumah sakit baru saja dikabarkan sedang dalam keadaan kritis. Dia tidak ingin melihat kondisi saudaranya yang lebih buruk lagi.
***
Beberapa menit lalu sebelum dia ke rumah sakit, telepon berdering saat dia baru saja menyelesaikan cerita kelamnya ke Ratna.
"Hallo, maaf ini siapa ya?" tanya laki-laki itu, ke seseorang di seberang sana.
"Maaf saya dari rumah sakit. Apa benar ini Tommy?"
"Ya, saya Tommy. Ada apa ya suster."
"Tommy, saya rasa anda harus segera ke sini, Rendy dalam keadaan kritis."
"Hah, ba...ba...baik, sus. Saya akan segera kesana."
Telepon ditutup, dia langsung pamit dan pergi.
***
Dia sudah berada di depan ruangan saudaranya yang sedang dalam kondisi kritis. Tommy, berjalan mondar-mandir tidak karuan, kadang dia duduk dan kadang pula dia berdiri. Pikirannya sudah kacau, dia sudah tidak bisa berpikir positif lagi. Jika, terjadi sesuatu pada Rendy. Bagaimana dia akan menyampaikanya ke Ratna? Gadis yang malang itu pasti tidak bisa menahan tubuhnya seperti beberapa waktu lalu.
Seorang dokter, berjas putih rapi keluar dari ruangan itu, entah apa yang akan dia ucapkan nanti. Siap tidak siap laki-laki itu harus mendengarnya.
"Apakah anda Tommy?" ucap dokter itu tegas.
"Iya, saya Tommy," ucapnya dengan nada sudah tidak beraturan.
"Tommy, mari ikut saya ke ruangan. Saya akan memberitahukan semuanya tentang saudara anda," ucap dokter itu , lalu pergi ke ruangannya.
Tommy mengikuti dokter ke ruangannya, perasaannya sudah tidak karuan lagi, pikirannya sudah melayang kemana-mana, suasana rumah sakit makin menambah tegangnya rasa yang dia alami.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruangan dokter, yang biasanya keluarga dari pasien akan diberitahukan tentang kondisi pasien. Apakah akan baik atau justru tidak.
"Bagaimana dok dengan kondisi Rendy. Apa dia sekarang baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
"Nak, Tommy. Saya akan bilang ke Nak Tommy, Tapi saya harap anda tenangkan dulu diri anda."
"Haaahhh.... Baik dok," ucapnya menghela nafas.
"Rendy, kondisinya makin memburuk. Kepalanya terbentur benda keras saat kecelakaan kemarin dan mungkin ini kabar buruknya."
Tommy dia hanya diam dan mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan lebih lanjut.
"Rendy, mengalami amnesia, kondisinya semakin memburuk."
Tommy mengepalkan tangannya, dia bertahan untuk tidak terpuruk dengan penjelasan dokter itu.
"Dok, apakah amnesia itu parah?"
"Mungkin, bisa saja dia mengalami amnesia permanent."
"Dokter, tolong lakukan yang terbaik. Tapi, dok apakah Amnesia itu bisa disembuhkan dok."
"Bisa saja sembuh, tapi kemungkinannya kecil."
Tommy berusaha untuk tidak terlihat lemah dan Tommy berusaha untuk membuat dirinya lebih tegar lagi. Dia tidak akan tahu, apa yang akan dia katakan pada Ratna? Soal Rendy yang sekarang amnesia, apakah ini tidak membuatnya semakin terpuruk? Semua tidak akan ada yang tahu.
"Baik, Dok. Terimakasih sebelumnya, saya akan kembali lagi kesini, esok hari dok," Tommy menjabat tangannya dan pamit untuk pergi.
***
Koridor rumah sakit yang masih saja diisi oleh lalu-lalang para anak adam, tidak mengubah pikiran Tommy, bukan kabar gembira yang ia dapatkan dari penjelasan dari dokter. Tapi, sebaliknya kabar buruklah yang ia dapatkan.
Saat berjalan tiba-tiba dada Tommy begitu nyeri dan dia mengalami palpitasi, penglihatannya menjadi kabur dan dadanya sesak, badannya begitu lemas. Dia paksakan untuk berjalan dan tanpa aba-aba sepersekian detik kemudian, penglihatannya menjadi gelap.
Apa yang terjadi dengan Tommy?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top