Chapter 07

( Hanya saran saja, dipart ini sama seperti sebelumnya, dengerin lagu sedih yang membuat kalian terbawa suasana yah)

Deru suara motor yang diparkir membawa seorang gadis yang masih merasa pilu, mendengar berita dari seseorang di masa lalunya yang membawa cerita duka.

***

Langkahku yang terasa berat membawaku memasuki kawasan rumah sakit, air mataku yang terus mengalir hangat dipipiku, bersanding dengan suasana rumah sakit yang menyedihkan, aroma obat-obatan yang masuk ke dalam hidungku, lalu lalang pasien dan pemukim di rumah sakit.

Langkahku sudah tidak karuan lagi, air mataku terus mengalir membawa langkah yang tak berarah ini ke ruang UGD, laki-laki yang sedari tadi dibelakangku yang masih mengejar langkahku, mengabaikanya. Ya , aku mengabaikan laki-laki yang memberikan berita duka untukku, pikiranku hanya fokus ke seseorang dalam berita itu, Rendy.

Kenapa, laki-laki itu memberikan berita duka? Disaat aku sangat menginginkan seseorang itu ada disampingku. UGD tulisan besar berwarna hitam di pintu dan di plang depan ruangan, membuatku benar-benar tak kuasa lagi menopang tubuhku, belum sempat aku melihat tubuh seseorang itu, tubuhku yang tak berdaya ini lemas dan menjatuhkan tubuhku, laki-laki yang sedari tadi mencoba menyejajarkan langkahnya, berhasil menangkap tubuhku agar tak sakit saat berbenturan dengan lantai,  laki-laki itu benar, aku akan terpuruk dan terjatuh. Saat melihat seseorang yang sedang kritis didalam itu.

Air mata, suara sesenggukan keluar dari diriku yang terpuruk ini, aku mencoba untuk berdiri dibantu dia yang dari tadi disampingku, tapi aku abaikan begitu saja. Karena, aku hanya ingin melihat Rendy, dipikiranku hanya ada Rendy, saat aku melihat dari balik kaca, aku melihat tubuhnya yang tak berdaya, terkapar di atas ranjang yang membuat tubuhnya tak nyaman, matanya tertutup lekat, bibirnya tertutup sendu, selang-selang menempel disana-sini, semua terasa berat, aku melihat tubuhnya tertidur pulas didalam, dia sama sekali tak bergerak.

Rendy, kenapa sangat cepat berita duka tentangmu datang padaku?

Disaat aku tidak siap menerima semua berita itu, di saat kehampaan dalam hidupku datang dan kini kau benar-benar membuat hidupku tidak lagi hampa, tapi yang ada kini hanya kekosongan dalam hidupku. Seorang dokter yang menggunakan jas putih, dengan 1 perawatnya, masuk ke ruangan itu. Menyuruhku menepi dari depan pintu kaca. Laki-laki yang dari tadi disebelahku menompangku, membawa tubuhku menepi, dia menyuruhku duduk di depan ruangan seseorang itu.

"Ratna, tenanglah. Semua akan baik-baik saja," dia mengusap punggungku dengan halus.

"TENANG. KAU PIKIR DENGAN AKU TENANG DIA AKAN MEMBUKA MATANYA," aku sudah tidak tahan lagi, amarahku memuncak, emosiku tidak stabil.

"Ratna maaf."

Aku memang sudah tak menangis lagi. Tapi, hatiku yang pilu ini masih menangis untuk seseorang itu. Pikiranku sudah jauh kemana-mana, aku membayangkan apa yang terjadi kedepannya. Laki-laki disebelahku hanya memandangku iba, dia pun tak berani mengajakku berbicara lagi, mungkin karena tadi bentakanku yang membuatnya hanya diam. Bibirku kelu, mengeluarkan sepatah katapun sudah tak mampu, entah kenapa tiba-tiba lidahku kaku sekali untuk mengucapkan bait kata? Hingga, dokter dan perawat tadi keluar, laki-laki yang disebelahku berdiri, melangkahkan kakinya kearah dokter dan perawat yang baru saja keluar dari ruangan itu.

Sudah lama mereka berbincang yang cukup serius, dia membalikkan badannya menuju ke arahku.

"Rendy," ucapnya pelan

Aku mendongakkan kepalaku, menatap kearahnya, berharap agar ada serpihan harapan yang membuatku bahagia. Dia mendekat kearahku, membisikkan ke telingaku, sebuah bisikan yang hanya aku yang mendengar.

"Dia mungkin masih hidup. Tapi, apakah kau tahan melihat tubuhnya yang terkulai dalam kondisi yang kritis?" ucapnya pelan dan sangat pelan.

Rendy, dia kritis. Apakah aku mampu melihatnya, Tuhan, kenapa kau begitu jahat padaku?

Air mataku tak berasa mengalir lagi, aku masih duduk rapuh, laki-laki itu kembali duduk disebelahku, mengelus pundakku dengan penuh kasih sayang, aku menutup wajahku dengan telapak tangan, aku tidak ingin laki-laki yang berada disebelahku merasa khawatir denganku.

"Apa kau ingin masuk ke dalam melihatnya, Ratna?" tanyanya pelan dan penuh dengan hati-hati, takut-takut membuatku terpuruk lagi.

Aku masih tetap menangis tapi tak bersuara, air mataku terus membasahi pipiku, suasana di rumah sakit itu benar-benar pilu.

Aku hanya mengangguk lemas, dia menuntunku untuk masuk ke dalam ruangan, aku berjalan sangat lemas, kakiku sangat berat untuk aku langkahkan. Aku melihat tubuhnya dan kini aku sudah berada didekat tubuh yang lemas itu, tubuh yang terkapar di atas ranjang rumah sakit itu, tetesan air selang infus masih mengalir dengan perlahan, alat bantu nafas masih terpasang di hidungnya.

Aku memegang, tangannya. Oh Tuhan, tangannya begitu lemas dan dingin, aku terus memegang setiap jari-jemarinya, mencoba bertahan agar tidak menagis. Tapi, apa bisa aku bertahan? Jika dia sekarang ada didepanku, tepat didepan mataku yang sembab ini.

***

Rendy, cepatlah kau sadar. Apa kau tak iba melihat Ratna terkulai tak berdaya seperti itu ? Hanya melihat tubuhmu yang kaku.

Ucapnya lirih dan sangat lirih didalam hati kecilnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top