BAB 2
Marisa perlahan membukakan kelopak matanya, mengedipkan kelopak matanya perlahan agar kesadarannya kembali. Ia merasakan sakit pada area punggung tangan kanannya, perlahan ia gerakan tangan tersebut yang terlihat sudah terpasang cairan infus ringer laktat dicampur dengan obat neurobion agar badannya terasa segar dan rasa lemas yang ia rasakan perlahan berkurang.
Dikepalanya penuh pertanyaan, kenapa dia bisa ada ruangan ini? apakah dia pingsan? dan siapa yang membawanya kesini?
Terlihat rosa semakin mendekat datang dengan ekspresi cemas.
"Marisa, lo tadi pingsan di lorong" rosa berbicara dengan panik.
"Ia tadi aku lemes banget ros"
"Lo kecapean sift malem ini, untung ada dokter yang liat lo dan bawa lo kesini"
"Siapa nama dokternya ros?"
"Gue gatau ris, gue juga ga liat orangnya yang mana"
"Bantuin gue duduk ros" rosa membantu marisa duduk.
"Lo tunggu gue selesai ngsift nanti kita pulang ke kost'an nya bareng aja naik grab, lumayan kan lo abisin dulu cairan infusnya sambil istirahat disini" rosa meninggalkan marisa dan kembali keruangannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai bidan di ruang VK.
Perawat memeriksa tekanan darah, suhu dan tetesan infus marisa.
"Pak, ngomong-ngomong yang nyelametin saya dan bawa saya kesini siapa yah pa" marisa bertanya pada perawat yang sedang bertugas.
"Oh itu.. Dokter indra de, manager RS ini"
"Dimana yah pak ruangannya saya mau mengucapkan terimakasih"
"Dilantai 3 gedung A de"
"Makasih yah pa"
"Saya lepas dulu infusannya yah de, kebetulan sudah habis"
"Baik pa" sambil meringis merasakan sakit ketika infusnya akan dilepas.
Perawat itu menyiapkan kapas alkohol dan micropore, mengoleskan alkohol pada plester yang terpasang di punggung tangan marisa, menarik infusan secara perlahan dan memasangkan kapas dan micropore untuk menutupi luka bekas infusan di punggung tangan marisa.
Merasa badannya yang kini sudah terasa kuat untuk berjalan ia bergegas menuju ruangan yang ia tuju dan meninggalkan ruang UGD yang sudah ia tempati selama 5 jam itu, sesaipainya di lantai 3 gedung A marisa mencari ruangan yang bertuliskan "ruang manager".
Marisa menemukan ruangan orang yang ia cari, tepat didepan ruangan tersebut marisa melihat seorang sekertaris terlihat berusia kepala tiga yang sedang serius melihat layar komputernya.
"Permisi.. Maaf bu, apakah ini benar ruangan dokter indra?" tanya marisa.
"Iya benar de, mohon maaf sebelumnya adek siapa dan ada keperluan apa yah mencari pak indra?" tanya wanita tersebut kepada marisa.
"Ada yang harus saya sampaikan secara langsung kepada dokter indra bu, bisa saya masuk?"
"Sebentar de, saya tanyakan dulu apakah pak indra bersedia menerima tamu atau tidak, mohon duduk dan tunggu sebentar yah" perintah sekertaris tersebut kepada marisa.
Setelah menunggu selama 2 menit akhirnya marisa diperbolehkan masuk, marisa mengetuk pintu dan membukanya secara perlahan.
Terlihat seorang pria berdiri disamping mejanya yang sedang sibuk memeriksa berkas-berkas penting miliknya. Pria tersebut terlihat berbadan tinggi, rambut yang ditata rapih dengan pomade, memiliki kulit yang putih, otot-otot dan postur tubuh atletisnya yang menggoda serta warna kemeja dan celana bawahan yang terlihat senada.
Sungguh pemandangan mahluk tuhan paling sempurna, sampai-sampai marisa dibuat melongo melihat pemandangan paling indah tersebut.
"Ada perlu apa de?" pria tersebut bertanya dan menghampiri marisa.
Marisa tidak menjawab dan masih terpana melihat sang dokter dengan mata yang tidak berkedip sama sekali.
"Hey.. kamu budeg alias ga bisa denger ucapan saya" sang dokter mulai emosi. Marisa yang masih berdiri tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Hallo dek" menupuk kedua tangan dihadapan wajah marisa.
Marisa kaget dan mengedipkan matanya, "Ma... ma.. maaf dok, ma.. ma..af saya mengganggu waktunya" karna gugup dia bingung kan jadi lupa mau ngomong apa.
"Ada perlu apa cari saya?" sambil memperhatikan marisa dari ujung kelapa sampai ujung kaki.
"Saya mau mengucapkan terimakasih dok, dokter yang sudah menyelamatkan saya saat pingsan pagi tadi dan membawa saya ke UGD" marisa mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak dokter itu bersalaman.
Dokter ganteng tidak membalas jabatan tangan marisa dan malah pergi kembali untuk duduk dikursinya.
Marisa mengumpat "sialan jabatan tangan gue ditolak mentah-mentah, padahal cowo-cowo dikampus pengen banget deket sama gue, bajunya yang kepegang tangan gue juga sampe-sampe ga dicuci, pulpen yang abis dipinjem gue sampe di plastikin dan dijadiin benda bersejarah karna di pegang sama cewe secantik gue, kepedean amat gue yah, baru kali ini ada cowo kaya gini ke gue".
Dokter itu menggebrag mejanya yang alhasil mengagetkan marisa.
"Kalo kamu cuman ngelamun, berdiri mematung disitu dan mengucapkan terimakasih bisa titip pesan terimakasihnya aja ke sekertaris saya, saya sibuk silahkan keluar"
Marisa kaget dan bersiap melangkahkan kaki keluar dari ruangan tersebut.
"O iya satuhal lagi.. kalo kamu di medan perang jangan lagi-lagi jatuh pingsan dan merepotkan orang" yang dokter itu maksud sebagai medan perang adalah lingkungan rumah sakit.
Marisa mengangguk dan pergi dari ruangan itu, mata marisa terlihat siap mengeluarkan bulir-bulir air yang tidak bisa ia bendung.
Setelah berada di lift marisa membersihkan air mata yang membasahi pipinya, ponselnya tiba-tiba berdering tanda panggilan dari sahabatnya rosa.
"Marisa lo dimana ko ga ada di UGD" teriakan rosa membuat gendang telinga marisa kaget.
"Bisa ga ditelpon ga teriak-teriak kaya gitu, gue di gedung A ros, ada apa?"
"Gue sekarang di UGD cari lo, lo malah ga ada, kita pulang bareng yu sekarang" ajak rosa.
"Ia ros, kita ketemuan di pintu utama sekarang yah"
Marisa sudah berjalan menuju pintu utama, melihat-lihat mencari keberadaan rosa, terlihat rosa menghampiri dari arah belakangnya dan marisa menoleh kebelakang.
"Gasalah nih, ko gue liat mata lo bengkak sih sa?"
"Mungkin karna kelamaan tidur ros"
"Enggak-enggak kek abis nangis inimah" merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan sahabatnya risa.
"Malu jangan diomongin sekarang, mending kita pulang aja, biar gue jelasin di kost'an" ajak marisa.
"Bentar, gue telpon seseorang dulu yah"
Tak lama kemudian datanglah pria memarkirkan mobil didepan rosa dan marisa.
"Nahh.. ni dia pahlawan lo dateng buat jemput" rosa mengarahkan telunjuknya kepengemudi mobil.
"Ros, lo kasih tau ka febri?"
"Iya gue telpon biar sekarang jemput kita, gue bilang lo abis pingsan"
"Ih lo ko bilang-bilang sih, gue malu baru kali ini gue kecapean sampe-sampe pingsan ros"
"Gapapa kan lumayan ada yang jemput kita, daripada naik grab, mampaatin si bucin yang mau lo suruh apa aja" menyikut pelan mengajak marisa masuk ke mobil.
Febri membukakan pintu mobil untuk marisa, pria tersebut adalah pacar yang sudah ia pacari selama 2 minggu, bucin alias budak cinta, febri mau disuruh apa aja yang marisa mau, dan memberikan apa yang dia punya.
Marisa serasa menemukan harta karun, mendapati pacar mahasiswa kedokteran yang lumayan tajir dan ga perhitungan, jarang-jarang laki jaman sekarang, kebanyakan kan pada matre.
Walau spesies cowok matre biasanya berubah jadi bucinnya marisa dan malah bro-broan ke marisa, pesona yang marisa miliki dan perkataan marisa yang bisa membius kaum pria agar tunduk dan bertekuk lutut padanya. Padahal doi ga pake pelet-peletan.
Terkecuali dokter indra ya, itusih spesies langka yah, yang lain caper-caper dan deketin princes marisa, yang inimah malah nyuekin, kan jadinya marisa merasa tertantang buat naklukinnya.
*****
Febri memasangkan sabuk pengaman pada pacarnya, sementara rosa duduk dibangku penumpang belakang.
"Sayang, ko bisa sampe pingsan sih"
"Baru kali ini aku pingsan ka, mungkin karna kecapean"
"Duh, cewek pecicilannya kaka dan ekstra sibuk ga bisa diem ini sampe pingsan kan.. jaga kesehatan sayang, emang pasiennya banyak malam ini yah,? sampe ga ada kabar" mengelus puncak kepala marisa.
"Lumayan ada banyak ka" menjawab dengan nada lemas.
"Nih kaka bawain makanan kesukaan kamu dan banyakin istirahat yah sayang" menyodorkan sebungkus plastik yang isinya puding, nasi kebuli dan jeruk hangat. Nasi kebuli adalah makanan kesukaan marisa.
"Titip marisa yah ros, marahinn aja kalo dia di kost'an ga istirahat" mengarahkan pandangannya ke rosa.
"Kamu lepas libur kan sekarang sama besok sayang? jangan kemana-mana istirahat yah, kalo makan nanti aku kirimin" mengelus kembali puncak kepala risa.
"Makasih ka" menyandarkan kepalanya dipundak febri.
Febri mengecup kening marisa, rosa yang melihat pemandangan itu berkomentar.
"Please jangan mesra-mesraan depan gue yah, itu mengotori pandangan gue" memasang ekspresi kesal.
"Makanya buruan punya pacar ros" jawab febri.
"Belum ada yang cocok dihati ka" jawab rosa.
"Alesan aja, belum ada yang deketin tu jones ka, abis dia cerewet sih"
"Eh lo orang lagi sakit tutup mulutnya yah jangan ikut komen, gue geplak lama-lama pala lo"
"Du du duh.. jangan jangan kasian si cantik kan lagi sakit ros, jangan emosi dong" sambil menertawai rosa.
"Lagi sahabat macam apa, ngatain gue jones muluk hiks" memasang ekspresi sedih.
"Cup cup cup.. maaf sahabatku sayang.. duhh jangan sedih gitu nanti cantiknya luntur" marisa mencubit hidung sahabatnya rosa.
"Please jangan cubit-cubit idung gue yang mancung kedalem ini"
"Udah-udah kalian kaya kucing sama tikus aja, udah ros jangan berisik biar risa bisa istirahat dimobil sampe nyampe kost'an" febri menasehati rosa.
"Yes ada yang belain gue" menjulurkan lidah ke rosa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top