BAB 1
Seseorang mengenakan seragam putih-putih dengan rambut yang di ikat rapih terlihat akan memimpin pasien untuk mengedan dalam proses persalinan, dia sudah lengkap memakai alat perlindungan diri seperti menggunakan celemek, kacamata, penutup rambut, sarung tangan masker dan sepatu booth.
Menyiapkan semua alat seperti bak instrumen berisi alat hacting, pemecah ketuban, kain kasa, alat suntik serta gunting, disebelah bak instrumen sudah tersedia obat-obatan suntik seperti lidokain, metergin dan oksitosin, tak lupa obat anti pendarahan seperti misoprostol, tak lupa menyiapkan cairan klorin dan air bersih serta kendi yang biasanya digunakan untuk menampung plasenta.
Ia juga menyiapkan peralatan infus untuk sang ibu, menyiapkan baju ganti bayi dan segala kebutuhan untuk membersihkan bayi dari darah dan air ketuban.
Memastikan tekanan darah pasien dan mengecek ulang denyut jantung janin.
Bidan senior memerintahkan marisa untuk memasangkan infus pada pasien, melakukan pemeriksaan dalam yang berguna untuk mengetahui jumlah pembukaan.
"Sudah pembukaan 10 bu" ucap risa yang menarik jari jemarinya yang tadi sudah memasuki lubang inti pasiennya untuk memastikan jumlah pembukaan.
"Pimpin pasien mengedan ris, ibu di kiri pasien dan kamu di kanan pasien"
"Baik bu" sambil memposisikan pasien agar nyaman untuk mengedan, dibawah pantat pasien sudah terpasang underpad yang siap menampung darah dan air ketuban.
"Ayo bu, ayo ambil nafas dari hidung lalu dorong yang kuat ketika ada mules, jika mules ibu hilang buang nafas dari mulut, ibu pasti bisa, ibu pasti selamat" risa memimpin ibu agar bisa mengedan, sudah dicoba beberapa kali masih belum berhasil.
Marisa melakukan pijatan oksitosin alami agar kekuatan mules pada pasien bertambah sehingga mempercepat proses persalinan.
Ini merupakan persalinan pertama bagi ibu tersebut, jadi ia butuh waktu lebih lama dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah berkali-kali melahirkan.
"Ibu jangan keluarkan suara dari mulut, itu akan mengurangi energi yang ibu keluarkan untuk mendorong bayi keluar, buka mata dan lihat ke arah perut ibu, tarik nafas lagi dalam-dalam, kumpulkan kekuatan di puncak perut lalu mengedan yah, ayo ibu pasti bisa" risa kembali memberikan semangat.
Marisa tak henti memberikan semangat disamping pasien tersebut dan sesekali memberikan pasien itu minum. mencoba merangsang mules dengan mengusap perut pasiennya.
Setelah lelah mencoba selama 15 menit akhirnya ibu itu mengambil nafas panjang dan mencoba mendorong kuat dengan kekuatan di puncak perutnya sesuai arahan marisa.
Ketika kepala bayi sudah terlihat muncul, tangan marisa bersiap untuk mengantisipasi adanya robekan jalan lahir dan melakukan sanggah susur. Oakkk oaakkkk suara bayi yang lahir malam itu, ini adalah bayi ke 6 yang lahir saat marisa sift di malam ini.
"Marisa cepat suntikan oksitosin di paha kanan ibu" perintah bidan senior ke marisa.
Marisa mengambil alat suntik yang sudah terisi obat dan menyuntikannya di paha atas kanan ibu.
"Maaf bu saya suntik dulu yah"
Bidan senior membersihkan mulut bayi agar tidak ada sumbatan pernafasan, sementara marisa mengklem tali pusar bayi dan memotongnya perlahan.
Tangan kiri marisa menekan perut bawah pasien, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menarik perlahan plasenta, 5 menit kemudian plasenta sudah keluar dari perut ibu, marisa mengecek apakah ada bagian plasenta yang tertinggal dan masih di dalam perut sang pasien.
Sesekali mengecek apakah perut pasiennya terasa lembek atau keras, jika perut pasien pasca persalinan terasa lembek berarti itu tandanya akan terjadi pendarahan.
Benar saja dugaan marisa, masih ada sedikit plasenta yang tertinggal dan menyebabkan pendarahan.
Sementara bidan senior membersihkan bayi dari sisa lendir di mulut bayi, memakaikan pakaian dan menghangatkan bayi tersebut dengan sinar lampu khusus.
"Marisa kamu pasti bisa atasi pendarahan, saya serahkan pasien ini ke kamu, saya sudah lelah, kamu pasti bisa"
"Baik bu" marisa menambahkan obat pada cairan infus pasien dan menambahkan jumlah tetesannya, memakai sarung tangan yang lebih panjang.
"Bismillah, maaf yah bu.. ini akan terasa sakit"
Marisa memasukan lengan ke bagian inti pasien dan jemarinya ia gunakan untuk membersihkan stocel dan sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam rahim.
Perlahan gumpalan-gumpalan stocel keluar dari lubang inti pasien dan sisa plasenta yang menempel pada dinding rahim juga ikut keluar.
Marisa mengeluarkan kembali lengannya dan mengecek kembali keadaan perut pasien yang kini sudah terasa membulat dan mengeras dengan tangan kirinya.
Melihat pengeluaran darah dari lubang inti pasien yang perlahan mulai berkurang.
"Lega rasanya pendarahannya sudah berhenti"
"Alhamdulillah kamu berhasil menghentikan pendarahannya sa"
Marisa membersihkan sisa darah di paha pasien dan mengganti alas underpad yang baru untuk menampung sisa darah pasien, menyimpan plasenta pada kendi yang biasa pasien gunakan untuk membawa plasenta itu pulang kerumah.
Mengecek kembali tekanan darah dan memberikan pasiennya minum, sambil sesekali mengecek perut ibu yang terasa membundar dan keras.
"Proses persalinan berjalan lancar meski tadi sedikit terjadi pendarahan pada ibu, kami persilahkan keluarga untuk masuk" marisa memberikan keterangan kepada keluarga pasien.
Setelah keluarga pasien dipersilahkan masuk, marisa mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengusap perut, merasakan perut terasa keras dan membundar pertanda tidak adanya pendarahan. Jika perut dirasa lembek pasien harus segera melaporkan keadaan itu padanya.
"Ris, minum dulu kamu pasti lelah" perintah bidan senior.
"Baik bu, terimakasih" mengambil botol minuman yang diberikan seniornya.
"BTW dines ditemenin kamu dua malam ini pasien rame terus yang lahiran ris, kaya pembawa rejeki aja kamu ini" mengajak marisa tertawa.
"Bagus dong bu, kan jadinya target aku buat nolong persalinan tercapai"
"Tapi malam ini malam yang terbanyak ris, kemarin kan cuman 4"
"Iya bu, lumayan target pencapaian pasien bersalin aku udah tercapai selama sebulan ini"
"Wah hebat, mahasiswi yang lain masih pada kurang ris. Serius tadi kamu keren, padahal saya lepas nolong lahirannya, yang lain masih dengan bantuan"
"Iya bu, saya harus bisa supaya ketika lulus nanti saya sudah siap dilepas di dunia kerja"
"Mahasiswi sekarang jarang yang mandiri kaya kamu ris, semua manja, semua mengandalkan kelulusannya dengan uang dan nilai teori yang tinggi tapi pas di hadapkan dengan praktek dilapangan, kebanyakan tidak mampu untuk melakukannya secara mandiri"
"Terimakasih ibu tadi memberikan kepercayaan pada saya bu"
"Semoga kamu semakin mahir ya ris, sekarang saatnya kita observasi pasien sebelum kita pindahkan ke ruangan nifas"
Malam itu marisa tidak tidur sama sekali karna pasien persalinan malam itu terbilang banyak dan menguras energi, melakukan observasi secara berkala kepada setiap pasien pasca melahirkan agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Mengatasi rasa kantuknya dengan membersihkan alat bekas pakai dan mensterilkannya, membuang sampah infeksius ke tempat khusus, mengecek ulang ketersediaan obat-obatan injek serta memastikan tanggal kadaluarsanya.
Marisa memberikan ibu obat minum paracetamol, amoxcilin, sangobion dan vitamin A yang berguna untuk mengurangi rasa sakit, mencegah terjadinya infeksi, vitamin yang mengatasi kekurangan zat besi pada ibu nifas dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar mempercepat proses pemulihan serta membantu mata dalam penyesuaian dari terang ke gelap, mencegah kerusakan mata yang berujung bercak dan kebutaan.
Pasien pasca bersalin membutuhkan semua obat-obatan tersebut mengingat rasa sakit yang dirasakan pasca bersalin, banyaknya darah yang keluar dan perihnya otot mata merasakan sakit sat proses persalinan.
Setelah observasi selesai pasien siap dipindahkan ke ruangan nifas, risa dibantu keluarga pasien untuk memindahkan ibu dan bayi.
Jam sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi, marisa sudah memindahkan semua pasien yang selesai di observasi, hanya menyisakan satu pasien diruangan persalinan karna pembukannya memasuki 7 cm.
Terdengah suara sahabatnya rosa memasuki ruangan.
"Ayo ros, kita tukeran sift dulu" ajak marisa.
Marisa menjelaskan keadaan pasien agar rosa memahami dan menyiapkan segala kebutuhan pasiennya.
"Semalam jumlah yang melahirkan berapa sa?"
"ada 6 ros, dan aku ga tidur sama sekali"
"Wah keren pasien lo banyak banget sa, buruan lo pulang istirahat di kost'an jangan keluyuran kemana-mana lagi, tidur aja sampe gue balik, untuk sarapan udah gue beliin bubur nih" rosa menyodorkan sebungkus bubur yang ia beli untuk marisa. "pasti lo belum makan kan sa?"
"Kepala aku juga pusing karna semalem ga tidur"
"Yaudah sanah pamitan sama senior terus lo balik"
"Ia rosa, semoga sift lo lancar dan banyak pasiennya yah"
Marisa membuka bungkus bubur yang diberikan rosa dan memakannya, sesudah makan ia berpamitan kepada bidan seniornya dan bergegas untuk pulang ke kost'annya untuk beristirahat.
Pagi itu ia pulang sendiri karna mahasiswi ruangan yang lain sudah pulang lebih awal, marisa berjalan melewati lorong rumah sakit yang saat itu terbilang lumayan sepi, setika kepalanya terasa pusing, pandangannya terasa kabur dan kakinya terasa lemas untuk berpijak.
Brukkkkk badannya seketika ambruk dilantai lorong itu, kesadaranyapun perlahan menghilang..
note :
Stocel : gumpalan darah yang keluar dari rahim
Obat Oksitosin, metergin dll yang disebutkan di atas adalah obat-obatan yang biasa digunakan selama proses persalinan ya guys
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top