Sebelum Ramadhan
Aku memerhatikan kalender yang terpajang di dinding kamarku. Memang hal biasa bagi setiap orang untuk mengecek tanggal berapa hari ini, agar tidak lupa bila sewaktu-waktu ada hari yang penting. Bagiku tanggal di bulan ini begitu special dan menjadi momen yang ditunggu bagi umat muslim di seluruh dunia. Singkatnya beberapa hari lagi Ramadhan, yaitu bulan suci bagi umat islam.
Setiap tahun selama ramadhan, paling nikmat ialah takjil yang beredar di pasaran. Entahlah mengapa rasanya sangat nikmat ketimbang hari biasa. Aku berencana membuka usaha takjil juga, tetapi aku merasa berjualan pulsa lebih menguntungkan dan tidak seribet takjil, yang terdapat kadaluarsanya.
Dahulu ketika masa sekolah, berpuasa itu seperti berjalan di gurun yang tandus, sangat panas karena sekolah memang tidak menyediakan AC seperti saat akun kuliah sekarang. Cobaan di sekolah jauh lebih berat ketimbang saat kuliah, yaitu cewek yang terlalu ataukah lebih berbeda menurut pandanganku, mungkin bagian dada lebih sering diperhatikan ketika berpuasa. Aku tidak berpikir apapun mengenai sapi perah.
Mengenai masalah pengeluaranku, sepertinya aku tidak akan mengalami kesulitan dan persiapan ku menyambut ramadhan telah kusiapkan secara sempurna, terarah maupun terukur menurut imajinasiku. Bingung, aku juga merasa seperti itu tetapi nanti pasti akan terbiasa dengan pemikiranku.
Aku memikirkan beberapa yang harus di lakukan dalam menyambut ramadhan kali ini, dan menjaga dari setiap hal-hal buruk maupun penyakit hati, yang telah menggerogoti hampir di setiap langkahku. Hal positif sebelum ramadhan ialah memulai kebiasaan dengan menjaga pandangan dari kaum wanita. Sebuah kebiasaan jomblo sepertiku.
Tiga langkah yang harus aku lakukan sebelum ramadhan tiba. Bisa dibilang suatu langkah awal agar aku selalu merasa suci dari apapun. Sangat tidak wajar bila aku harus tetap terbayang akan dosa yang kulakukan di hari biasa, dan tidak membereskan kekacauan itu secepat mungkin.
Pertama-tama yang harus dilakukan selain menjaga pandangan dari iklan sirup ataupun suplemen berenergi, yang memenuhi hampir tiap menit acara televisi. Biasalah iklan yang selalu menawarkan berbukalah dengan yang manis, selain manisnya wajah cewek di kala malam minggu. Aku segera menyimpan beberapa file video di komputer,karena aku menyimpan beberapa hal yang kurang pantas ditonton. Aku memindahkan file yang ada di laptop ke sebuah Compact Disk-Read Only Memory, di singkat CD-ROM. Takutnya sesaat ramadhan aku telanjur menonton bagian- bagian serunya, padahal sedang berpuasa.
Kebanyakan serial anime yang aku koleksi di dalam komputer cukup lama dan sudah ketinggalan jaman, beberapa tidak berwajah kawai ataupun lolicon seperti sekarang yang mengimajinasikan minimnya pakaian cewek. Aku yang gemar berkoleksi hal-hal yang berbau Jepang, walaupun kebanyakan semuanya bajakan, sangat disayangkan bila aku membuangnya. Untuk karakter 2D terkadang adegan telanjang lebih terlihat mengesankan ketimbang aslinya.
Walaupun aku sudah dewasa dan tidak layak menonton hal-hal berbau animasi, kebanyakan para orang dewasa pasti memilih berita, gosip maupun sinetron yang menguasai pertelevisian Indonesia sejak tahun-tahun lalu. Aku menganggap animasi lebih berwarna dan asyik ketimbang belajar sesuatu yang bisa saja menjadi bahan adu domba sesama lain. Hanya pendapatku.
Aku juga tidak lupa menyimpan file foto mantan kekasih, karena kedengkian maupun rasa iri akan terus menyelimuti tubuhku, ketika mengetahui para mantanku telah mendua dengan yang lain. Sesungguhnya aku bisa saja membuangnya daripada menambah rasa sakit, tetapi aku menyimpannya untuk berjaga-jaga. Dalam hatiku berkata, "Suatu saat pasti menemukan dukun santet yang lebih hebat dari sebelumnya."
Seandainya saja aku lebih berpengalaman, tampan dan tajir. Para cewek pasti akan bertekuk lutut di hadapanku. Apa daya memikirkan itu semua, karena kebanyakan mereka pasti akan memerhatikan saku pasangannya. Sehingga hasil yang aku dapat adalah sakit hati maupun rasa iri yang terlalu besar bagi orang yang berduit.
Aku menemukan beberapa file tentang diriku di masa lalu, memang terkesan nostalgia ketika mengingatnya apalagi di bagian teman semasa masuk SMA. Waktu itu para gadisnya sungguh bohai bagiku, berbeda dengan SMP dan aku tidak tertarik betapa buruknya mereka. Seperti terlalu banyak menangis dan suka mengadu domba, walaupun di SMA melakukan hal sama tetapi tidak separah SMP.
Mungkin aku cukupkan untuk bernostalgia lebih jauh, waktu terlalu cepat berlalu, aku juga belum memindahkan beberapa file lagi. Alasan melupakan nostalgia secepatnya ialah mengapa aku terus tertolak sampai sekarang dan berakhir dengan kesepian. Terkadang kesepian tidaklah buruk, karena uang kaum jomblo lebih tebal ketimbang yang punya kekasih.
Setelah melakukan langkah pertama dalam mensucikan diri dari pandangan beberapa file di komputer, aku melanjutkan langkah selanjutnya. Mulanya berkaitan dengan beberapa pakaian lama. Aku dari dulu berniat untuk menyumbangkan pakaian lamaku, tapi tidak pernah terlaksana sampai hari ini, aku selalu lupa bagian itu. Aku menata setiap pakaian lama untuk meletakkannya di dalam kardus. Beberapa pakaian membuatku bernostalgia kembali akan kenangan masa sekolah, terutama pakaian yang terus kukenakan ketika terkena penyakit kulit.
Memindahkan semua pakaian layak pakai memang melelahkan, pada akhirnya selesai dengan cepat dan semua terlihat rapi di dalam kardus. Masalahnya adalah aku tidak tahu menyumbangkannya di mana dan aku lupa bagian itu. Akhirnya aku teringat penyebab tidak pernah menyumbangkan pakaian ini, yaitu menyumbangkannya di mana. Langkah kedua mensucikan diri tertunda sampai aku tahu tempat yang cocok menyumbangkan.
Langkah terakhir. Sejujurnya aku tidak tahu apa yang terakhir aku lakukan lagi, jadi aku cukupkan untuk dua langkah saja. Aku rasa sudah cukup bagiku terlepas dari rasa iri maupun dengki terhadap sesama manusia. Semoga saja mantanku tidak kulihat jalan berduaan ketika hendak membeli takjil, menonton bioskop di Epicentrum mall maupun sedang berjalan di taman.
Tidak terasa jam telah menunjuk pukul empat sore. Anak-anak komplek terlihat berhamburan layaknya ayam yang berlarian saking lincahnya mereka dan terlihat susah untuk ditangkap. Berhubung aku juga memelihara ayam dan mengetahui gerak-geriknya. Beberapa di antara mereka membunyikan petasan hingga asapnya berhamburan ke mana-mana.
Biasanya ketika anak-anak tengah membuat kegaduhan pasti ada seseorang yang memarahi mereka. Seperti aku heran tidak ada yang menegur mereka membunyikan petasan itu, apalagi seseorang seperti Pak Karno. Mungkin pak Karno yang kebetulan bersebelahan dengan rumahku lagi pergi, biasanya bapak tua itu akan membawakan sapu lidi nya untuk mengusir anak-anak ini.
Tidak beberapa lama, yaitu dalam waktu singkat ini, aku teringat sesuatu yang harus dilakukan, dan mendapatkan ide yang lumayan bagus. Tanpa menunggu terlalu banyak dan berhubung anak-anak itu masih di sana, aku sesegera mungkin kembali ke kamar. Sesuatu yang aku ingat ialah beberapa petasan yang aku simpan di sebuah kotak mini dan berjumlah lumayan banyak.
Selanjutnya bergabung dengan anak-anak itu bermain petasan. Walaupun aku berumur kepala dua bermain dengan sesuatu yang dilarang bersama anak-anak, merupakan sesuatu yang salah dan berdosa. Aku tidak terlalu memikirkannya bahwa menyalakan petasan di daerah komplek dilarang, dan langsung menyalakan tanpa pikir panjang seperti melemparkannya ke arah anak.
Suasana semakin meriah ketika aku bergabung, mungkin anak-anak menganggap aku sebagai penambah semangat mereka ketika bermain. Lagipula aku mempunyai banyak petasan yang bebas kubagi dengan mereka. Jika menyalakan sendirian tidak begitu menarik.
Udara tercampur dengan asap beraroma tajam, jika menghirup terlalu dalam mungkin terkena sesak napas. Tetapi anak-anak tidak pernah merasa puas bersorak. Aku teringat kembali dengan masa kecilku yang penuh keriangan seperti ini. Aku merindukannya kesenangan masa lalu.
Langkah ketiga sepertinya telah kupastikan bahwa menghabiskan sesuatu yang mubazir sebelum berpuasa, karena lapar dan haus pasti akan menghambatku untuk beraktivitas seperti biasa. Semua telah selesai dan kupastikan tidak ada yang kurang. Aku berpikir, serasa masih terlupakan satu hal lagi.
Aku mengucapkan selamat tinggal pada anak-anak, karena hari sudah menjelang malam dan berkat mereka petasanku sudah hampir habis. Aku masih menyimpan satu di saku, dan berencana melemparnya ke dalam rumah pak Karno. Aku mempunyai sedikit dendam dengan pak Karno, karena berkatnya petasan ini terlalu lama di kamarku dan tidak terpakai. Pak Karno rada pemarah membuatku kesulitan menyalakan petasan ini.
Petasan yang tersimpan hampir dua tahun ternyata masih cukup berfungsi, asalkan tersimpan pada tempat kering. Saatnya menguji petasan special yang aku beli cukup mahal dibanding dengan yang lain. Berhubung pak Karno tidak ada di rumah, maka uji coba dapat dilakukan. Aku melempar petasan specialku langsung ke halamannya dan bersembunyi secepat mungkin.
Aku rasa tidak ada yang mengetahui jika aku melemparnya dari lantai atas rumahku. Benar-benar merasa nostalgia ketika menyalakan petasan. Suaranya sangat keras hingga memekakkan telinga. Aku merasa petasan yang satu ini sedikit berbahaya dan terdengar seperti sesuatu yang pecah. Mungkinkah kaca? Karena aku melemparnya dekat dengan jendela pak Karno.
Aku memposisikan dengan tiarap di lantai dan mengawasi yang terjadi di bawah. Seperti dugaanku kaca jendela pak Karno pecah dan haruskah aku minta maaf atas itu. Mungkin biaya perbaikan jendela cukup menyita saku puasa. Aku perhatikan juga anak-anak itu menoleh satu sama lain, mungkin mereka penasaran dengan seseorang yang melempar petasan terakhir.
Aku merayap bagaikan ular berjalan dengan perutnya, mencoba setenang mungkin agar tidak ketahuan bahwa aku pelakunya. Masalah besar sepertinya akan muncul untuk saat ini.
"Sialan!" Terdengar seperti seseorang yang berteriak kesal. "Siapa yang menyalakan petasan sekeras itu!"
Aku merasa bersalah menyalakan petasan di dalam komplek, namun aku tidak menyangka petasan specialku itu suaranya sanggup memecahkan jendela, mungkin tidak dapat diterima secara logika. Semuanya terasa aman asalkan aku tidak ketahuan sebagai pelakunya.
Setelah merasa aman di dalam kamar sendiri, aku melanjutkan kegiatan dengan bersantai dari segala keletihan hari ini. Besok hari pertama puasa, sepertinya aku tidak ingin melaksanakan tarawih hari ini karena rasa letihku. Tetapi niatku mengalahkan napsu ku, pada akhirnya walaupun letih, aku berangkat terawih di hari pertama saja dan terawih selanjutnya tidak kulakukan lagi. Kesan pertama yang paling berkesan, bukan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top