Pacar Rahasia
Apa? Menjadi yang kedua?"
Sontak saja aku terkejut. Ucapan Alena benar-benar frontal, ia datang dan secara gamblang mengatakan langsung padaku, memintaku menjadikanku yang kedua untuknya. Mungkin ini konyol. Tapi sesungguhnya di dalam hati aku berjingkrak senang.
Aku menatap lekat wajah Alena, mata seindah cokelat madu tampak berkaca-kaca sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. Untuk beberapa detik kami terdiam, berdiri saling berhadapan hingga menciptakan keheningan malam di taman bunga ini. Lantas, kugerakkan kedua tanganku mendarat pada bahu kecilnya. Namun, mataku tetap tidak lepas dari wajahnya.
"Bagaimana Bayu?"
Aku mengembuskan napas dalam-dalam. Tanpa menunggu lama, aku pun menjawab," Iya, aku terima."
Alena mengembangkan senyum lebar. Tubuh mungilnya kemudian menghambur untuk memelukku. Kurasakan getaran kecil tubuh Alena menyengat saat menyentuhku. Begitu pun wangi parfum lavender ia pakai terasa pada indera penciumanku.
"Aku tahu, kamu pasti mau."
"Mau gimana lagi, aku juga sudah terlanjur cinta padamu." Aku melepaskan pelukannya. Kutatap lagi wajahnya, kedua netra kami saling bertemu intens.
"Jadi, enggak ada alasan aku menolakmu," ucapku lagi.
Alena tersenyum. "Aku tahu itu."
"Lalu, bagaimana dengan Ilham?" Seketika aku teringat akan Ilham. Sosok lelaki berbadan tinggi yang telah menyandang status kekasih Alena.
"Jangan sampai dia tahu. Biarkan kita seperti ini."
"Kenapa?" tanyaku.
"Karena aku enggak mau putus dari dia."
Seperkian detik tubuhku mendadak kaku. Jawaban Alena sungguh membuat hatiku sakit. Rasa cemburu dan rasa bersalah mendominasi hidupku. Pataskah aku seperti ini? Memacari Alena di belakang Ilham? Memang, aku akui Ilham adalah lelaki yang baik dan soleh. Wajar saja Alena berkata tidak ingin putus darinya. Tetapi aku tidak peduli, sebab egoku sudah merasuki jiwaku dan tidak bisa aku lawan lagi. Biarlah seperti ini, menjadi yang kedua untuk Alena tanpa Ilham tahu.
♬♬♬
"Bay, temenin gue yuk, cari kado buat Alena."
Sekarang aku berada di rumah Ilham. Seperti biasa, kalau hari libur aku selalu bertandang ke rumahnya, bermain play station bersama sambil menyantap pisang goreng dan secangkir teh buatan ibunya Ilham.
Aku mem-pouse game. Sejenak aku melirik Ilham dari samping.
"Apa lo bilang tadi?"
"Budek lo, ya? Gue tadi bilang, temenin gue cari kado buat Alena. Besok adalah hari jadian kami. Tidak terasa sudah satu tahun Alena jadi pacar gue," kata Ilham dengan wajah semringah.
Aku tertawa hambar. Begitu antusiasnya Ilham ingin memberikan kado untuk Alena pertanda hari jadian mereka. Dengan mimik jenaka ia tunjukkan, rasanya aku semakin bersalah. Ilham yang juga notabene adalah teman akrabku, begitu jahatnya aku telah menjalin hubungan rahasia bersama Alena di belakangnya. Mungkin aku adalah lelaki yang tidak tahu malu dan berengsek, berani mengambil kekasih temanku sendiri. Tapi apa dayaku, aku juga tidak dapat menahan perasaanku pada Alena.
"Lo, benar-benar cinta banget, ya ... sama Alena?"
"Iyalah, gue enggak akan pernah tinggalin dia sedektik pun."
"Misalkan, dia selingkuh di belakang lo, gimana?"
"Enggak mungkin. Gue percaya, Alena pasti setia sama gue," ucap Ilham, seraya menepuk dadanya sendiri dengan bangga.
"Oh, gitu, ya?"
"Jadi, lo mau, 'kan?"
"Iya, nanti gue temenin."
♬♬♬
Tidak terasa dua minggu hubunganku dan Alena berjalan. Mulus, tanpa Ilham tahu. Semakin hari, aku semakin mencintai Alena. Berat rasanya untuk melepaskannya, Alena gadis yang cantik, memiliki tubuh mungil dan ramping. Apalagi senyumannya hingga menggetarkan hatiku. Hanya orang bodohlah yang tidak suka padanya. Kami sering jalan bersama, setiap hari sepulang kuliah, kuhabiskan waktuku bersama Alena walaupun cuma beberapa jam saja. Tetapi itu sudah lebih dari cukup untukku, tidak mengapa. Selebihnya adalah waktu Alena bersama Ilham.
"Bayu, aku mau pergi dulu sama Ilham, ya? Dia mau ajak aku ke suatu tempat."
Saat ini kami berada di kantin kampus. Aku menyeruput segelas kopi, kemudian memandang Alena yang sibuk memasukkan buku-buku beserta ponselnya ke dalam tas. Alena mulai beranjak, lantas tersenyum ke arahku ketika aku memasang wajah datar. Alena mengerti arti pandanganku padanya.
"Nanti malam aku menelponmu, jangan pasang wajah seperti itu. Ingat, kamu cuma pacar rahasia aku."
Alena beranjak pergi. Aku hanya melihatnya sampai ia menghilang dari pandanganku. Dadaku kian sesak tanpa ampun, mudahnya Alena mengatakan aku cuma pacar rahasianya. Ini sakit sekali, tapi aku bisa apa? Aku mencoba untuk tetap kuat menerimanya. Mengikhlaskan cinta Alena terbagi untuk Ilham, walau sejujurnya aku juga tersiksa dan menginginkan lebih darinya.
"Enggak apa-apa," ucapku pelan.
♬♬♬
Satu bulan telah berlalu. Aku masih menjalani kisah cintaku dengan Alena. Ilham sampai saat ini juga belum mengetahui hubungan kami. Tapi itu bagus, begitu rapat kami menyembunyikan ini apa yang aku dan Alena lakukan di belakangnya. Aku tidak pernah menyesal, karena aku sudah mendapatkan Alena secara utuh.
Dari sisi balkon kampus lantai dua aku berdiri. Netraku sedari tadi melihat Alena dan Ilham tengah bercengkerama, mereka duduk di bangku panjang lapangan basket sambil tertawa lebar. Namun, kulihat lirikan mata Alena tertuju padaku dengan anggukan kepala. Ya, Alena tahu kalau aku sedang memerhatikannya. Tanpa sadar aku tersenyum simpul. Manik mata kami bertemu, ingin rasanya aku ke sana menghampirinya dan membawanya pergi. Tapi itu mustahil, karena di sana ada Ilham. Aku teringat ucapan Alena, Ilham jangan sampai curiga. Jika Ilham tahu, Alena mengancam akan pergi meninggalkanku dan membenciku selamanya. Daripada itu terjadi lebih baik aku diam, dan membiarkan hubungan rahasia ini terus berlanjut.
"Bayu, ayo ke sini! Bergabung dengan kami!"
Ilham berteriak memanggilku dari sana. Ternyata, Ilham juga tahu aku tengah berdiri di sini. Sementara Alena terus menganggukkan kepala pertanda aku harus turun dan mendekati mereka.
Aku melangkahkan kaki, menuruni anak tangga menuju lapangan basket. Perasaanku sangat senang, akhirnya aku bisa berdekatan dengan Alena lagi, meski ada Ilham. Aku tidak peduli, bagiku adalah secepatnya bertemu Alena.
Sampai di pinggir lapangan, aku mengambil duduk di samping Ilham sebelah kiri. Sedangkan Alena di sebelah kanan Ilham. Lucu memang, aku berada di antara sepasang kekasih yang sesungguhnya. Sedangkan aku, ibaratkan ilalang rimbun dengan mudahnya masuk menjadi pengacau hubungan mereka.
"Bay, lo cari pacar, dong. Enggak bosan jomblo terus. Iya, 'kan Alena sayang," kata Ilham sembari memeluk Alena dari samping.
Kulirik Alena sejenak. Ia hanya diam saja, tidak ada reaksi apa pun yang tampak dari bingkai wajahnya. Lalu, netraku beralih pada Ilham. Dan aku berucap, "Ada kok. Suatu hari nanti pasti akan gue kenalin ke lo, tapi nanti."
"Benaran? Wah, gue kira lo masih jomblo. Tapi, kok gue enggak tahu, ya?" ucapnya lagi seraya terkekeh.
"Lo sibuk pacaran terus, sih," ujarku sedikit ketus.
Alena menunduk menyembunyikan wajah merahnya sebelum Ilham melihatnya. Aku memerhatikannya tampak gelisah dan takut. Takut jika aku memberitahukan pada Ilham tentang hubungan kami. Bibirku berkedut miring, memahami akan ketakukan Alena terlihat kentara sekali.
♬♬♬
Tanpa sadar bulan demi bulan telah berganti. Aku masih merajut kasih rahasia dengan Alena. Semakin hari perasaanku untuk Alena terus memuncak. Melupakan rasa bersalahku pada Ilham. Kedengaran kejam memang, sekali lagi aku ungkapkan rasa khusus terhadap Alena yang kumiliki tidak akan pernah luntur. Aku menikmatinya, menjadi orang ketiga adalah caraku bisa merebut hati Alena sampai pada akhirnya ia sadar, kalau akulah yang paling pantas untuknya bukan Ilham.
Kelas telah usai, aku memasukkan buku ke dalam tas ranselku. Kulirik jam yang bertengger manis di pergelangan tanganku, jam menunjukkan pukul 14.30 WIB. Mataku membelalak lebar, teringat kalau hari ini mama menyuruhku menjemput Mbak Pinkan dari bandara. Segera saja kubereskan buku-buku pelajaranku.
"Bay, gue sama Alena mau ajak lo ke kafe deket kampus ini. Lo mau, ya?"
Tanpa menoleh ke arah Ilham yang duduk di sebelahku. Aku hanya berujar, "Sorry, gue enggak bisa. Gue harus jemput kakak gue sekarang."
"Mbak Pinkan udah balik, Bay?"
"Iya, jadi maaf, ya, gue ...."
"Sayang!"
Aku mengadahkan kepala ke depan. Ketika terdengar suara gadis memiliki suara lembut. Kulihat sosok Alena masuk ke kelas, berjalan mendekati kami. Ilham menyambutnya dengan hangat sambil memeluk tubuh ramping Alena di depanku. Terasa nyeri hati ini, mendadak rasa cemburu mulai menggelitik hati dan pikiranku. Tanganku terkepal, ingin sekali aku memukul wajah Ilham. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu karena ancaman Alena padaku tempo hari tidak main-main.
"Bay, gue sama Alena duluan, ya. Salam buat Mbak Pinkan."
Aku mengangguk sembari tersenyum tipis. Lantas, mereka pun melangkah pergi meninggalkan kelas. Aku hanya bisa memandang kosong. Mataku mulai memanas, pertanda ada cairan bening di mataku akan keluar.
Aku sakit, aku terluka, aku iri dengan kebersamaan mereka. Salahkah aku hadir di antara mereka? Salahkah aku memiliki rasa cemburu pada mereka? Tapi aku tidak peduli.
Alena gadis yang bisa melumpuhkan hati dan pikiranku. Tidak ada gadis manapun selain dia. Cukup Alena saja yang aku mau. Meskipun hanya menjadi pacar rahasianya saja.
Nada ponsel lagu dari Capucinno Band berdering. Segera aku merogoh kantung celana jeans yang kukenakan mengambil benda pipih tersebut. Ada satu pesan masuk tertera nama Alena. Aku meng-klik menu pesan, lalu kubaca pesan tersebut.
From : Alena
Nanti malam kita jalan, ya. Hari ini biarkan aku bersama Ilham dulu. Aku mencintaimu Bayu. Pacar rahasiaku 😙
To : Alena
Oke, nanti malam aku menjemputmu. Aku juga mencintaimu 😙
Aku tersenyum lebar. Pesan Alena sungguh sebagai obat hatiku yang luka. Tidak apa-apa untuk hari ini ia bersama Ilham, karena nanti malam seperti malam-malam sebelumnya aku akan jalan bersama lagi dengan Alena.
Kasian Ilham. Ilham adalah lelaki yang baik hati, dia juga teman paling setia terhadapku. Tidak sepertiku, aku orang yang jahat, tidak tahu diuntung, tanpa berdosa aku mencintai kekasihnya. Salahkan perasaan ini yang tumbuh begitu saja merasuki jiwa, hati, dan pikiranku pada Alena.
Waktu akan menjawabnya. Kelak, suatu saat jika aku benar-benar siap, aku akan jujur pada Ilham, mengakui kalau aku telah menjalin hubungan asmara dengan Alena di belakangnya. Walaupun risikonya Ilham akan marah besar padaku.
Sekarang, biarlah aku bahagia dulu menjalani sebagai pacar rahasia Alena. Selamanya ....
Tamat
Bonus song : Pacar Rahasia
Ternyata masih inginkanku
Walau ku tahu ini salah
Apa daya ku telah cinta kamu
Datang padaku bertanya
Maukah ku jadi yang kedua
Menjadi pacar rahasia
Lalu aku pun terima
[*]
Meski harus terbagi
Percayalah aku tak peduli
Kelak kau pun mengerti
Akulah yang terbaik
[**]
Tinggalkan saja dia
Biarlah aku menjadi yang pertama
Bersamaku pastikan lebih bahagia
Ta ... ta ... tapi jangan sampai dia curiga
Gantilah namaku di handpone-mu
Buat seolah ku tak ada di antara kau dan dia.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top