KPH

“Terima kasih kepada para pendengar 148.5 FM Bro Radio. Jangan lupa minggu depan akan ada episode spesial Konseling Patah Hati. Pengirim pesan yang paling ngena, ngejleb, ngebaperin. Bakalan kita hubungi dan mendengar cerita dari orangnya langsung. Okay, sekian dari saya untuk siaran KPH malam ini. Sebagai penutup, akan kami putarkan lagu Tanpa Cinta dari Yovie & Nuno.”

Aku menyampirkan headphone pada tempatnya setelah menutup siaran yang baru saja selesai kubawakan tadi. Dua jam penuh berkutat dengan curhatan-curhatan para pendengar yang sedang patah hati membuatku lelah karena terus menerus memutar otak untuk memberikan saran terbaik tanpa menyinggung orang tersebut.

Aku membuang napas berat lalu melangkahkan kaki ke luar ruangan kecil tempatku berkerja. Kulihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah tengah malam.

“Ezka!” Seseorang menyerukan namaku saat sedang berjalan di parkiran.

“Naomi? Ngapain dia ke sini?” tanyaku pada diri sendiri saat menatap gadis dengan paras cantik itu bersandar di kap mobil milikku.

“Hai!” sapa Naomi saat aku sudah berada tepat di hadapannya.

“Sayang, kenapa kamu ke sini?” tanyaku mengabaikan sapaannya. Gadis itu tersenyum lebar dan langsung menarik tubuhku ke dalam pelukanna.

“Kangen.” Ucapannya tidak terlalu jelas karena wajahnya menempel di dadaku.

“Kan besok kita ketemu, Sayang,” jawabku sambil mencium puncak kepalanya.

Oh Tuhan, kau maha mengetahui apa yang dibutuhkan diriku saat ini. Gadisku selalu datang di saat yang benar-benar tepat. Aku lelah, aku pusing dan semua itu sirna saat melihat wajah manis Naomi.

Setelah berpelukan beberapa saat aku mengajaknya masuk ke dalam mobil, karena udara di luar semakin dingin pada malam yang sudah melewati puncaknya.

Di dalam mobil aku dan Naomi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya suara lagu dari radio yang sinyalakan oleh Naomi dan deru mobil yang melaju sedang memenuhi indera pendengaran mereka. Terlalu banyak hal yang sedang menyerang pikiranku saat ini.

“Ka, kamu enggak biasanya diemin aku kayak gini.” Naomi akhirnya memutus keheningan diantara kami.

“Aku capek, Mi!” jawabku sambil membuang napas berat sambil memijit pelan pelipis mataku. Naomi mengangguk pelan lalu menggenggam erat tangan kiriku yang berada di atas persneling.

Setelah membelah jalanan malam yang sepi, aku menepikan mobil di depan rumah mewah dengan eksterior ala Eropa tempat Naomi tinggal.

Kulirik kursi penumpang sebelah kursi kemudi. Naomi tertidur dengan pulas, kepalanya bersdandar pada kaca mobil. “Naomi, Sayang. Bangun!” Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, mencoba membangunkan gadisku.

Naomi mengerjapkan matanya, lalu menoleh ke arahku. “Sudah sampai?” tanyanya dengan suara khas orang yang baru bangun.

Kubelai rambutnya sambil tersenyum manis. “Sudah.”

Sebelum Naomi membuka pintu, aku menahan pergelangan tangannya hingga ia berbalik menatapku. Ia yang mengerti apa yang ku inginkan langsung mendekatkan kepalanya. Aku memejamkan mata.

Satu ...

Dua ...

Tiga ...

Aku tidak merasakan ciuman yang biasanya ia berikan, tapi aku mendengar suara kekehan.

“Dih, mulai suka jahil ya sekarang.” Naomi tertawa pelan, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di pipiku.

Kurasakan lembut bibirnya menyentuh dahiku selama beberapa detik. Sebelum akhirnya menempel singkat di bibirku.

“Sampai rumah kabarin aku, ya!” ucap Naomi yang sambil terkikik melihatku yang mematung karena ciuman singkat darinya. Meski sudah biasa, namun baru kali ini Naomi yang memulainya.

~~~

“Bro, gimana. Banyak pesan masuk hari ini?” tanyaku saat memasuki studio. Rekan kerjaku yang mengurusi pesan-pesan dari curhatan para pendengar setia acaraku menoleh sambil menyerahkan laptopnya yang sudah berisi banyak pertanyaan dan cerita tentang patah hatinya mereka.

“Pusing gue, kids zaman now kalau pacaran banyak banget problematikanya.” Ia memijit pelipisnya setelah membuka kacamata minus tebal yang selalu ia gunakan.

“Emangnya lo pacaran enggak pernah bermasalah?” tanyaku. Namun tiba-tiba aku mengingat satu fakta tentang temanku ini. “Eh, iya. Gue lupa kalau lo jomblo dari lahir!” Ia memukul pelan bahuku yang sedang tertawa puas. Ekspresinya dibuat kesal setelah mendengar ucapanku tadi.

Matakna, buru neangan bikang. Umur geus kolot ge. Maenya kapiheulaan ku urang nu always ngora ieu!” (Makanya, cepat cari betina. Umur udah tua juga. Masa keduluan sama aku yang always muda ini!)

Maneh kira urang sato dititah neangan bikang! (Kamu kira aku binatang disuruh nyari betina!) . Sorry, lah ya. Gue masih normal.” Aku tergelak, tertawa puas melihat ekspresinya yang terlihat menjijikan dengan bibir bawah yang dikerucutkan ditambah kerlingan mata.

Setelah sedikit bercanda, aku menyandarkan tubuhku di sofa dekat ruangan studio tempatku berkerja. Sebagai seorang penyiar sesi malam, membuat hidupku seperti kelelawar. Hidup di malam hari dan tidur di siang hari.

Masih ada waktu lima belas menit sebelum aku siaran. Aku memanfaatkan waktu itu untuk mengabari kekasihku. Aku membuka aplikasi chatting bergambar gagang telepon berwarna putih dengan latar berwarna hijau.

Naomiku Sayang”
read

“Iya, Ezka”

“Malem sekarang jangan ke studio ya. Kasian kamu begadang terus!”
read

“Iya sayang. Lagian aku juga ada tugas kuliah”

Semangat nugasnya!!!”
read

“Semangat siarannya. Semoga banyak hubungan yang terbantu dengan wejangan dari kamu!”

“Makasih”
read

“Sama-sama”

Aku hanya membaca pesan terakhir yang ia kirimkan, karena sudah ada panggilan untuk segera masuk ke dalam ruang studio karena acara yang akan kubawakan akan segera dimulai.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, itu tandanya acara yang kubawakan akan mengudara.

“Hai-hai para pendengar 148.5 FM Bro Radio. Seperti biasa, tiga jam kedepan saya Ezka, pria tampan yang lahir di bulan ke dua dari rahim seorang ibu akan menemani kalian di Konseling Patah Hati.” Suara backsound menginterupsi sejenak ucapanku.

“Sesuai janji saya di minggu lalu. Di episode siaran yang ke-148 ini, saya akan menghubungi salah seorang pendengar yang mengirimkan curahan hatinya. Curahan hati yang paling jleb, paling baper, dan paling-paling lainnya sedang kami pilih tunggu, ya! Oke, sambil menunggu. Saya akan putarkan dulu sebuah lagu dari Fiersa Besari yang berjudul April.”

Aku melepaskan headphone yang sejak tadi menutup kedua kupingku saat lagu diputarkan. Sambil menunggu lagu selesai diputar, aku ikut membaca pesan-pesan yang masuk dari para pendengar. Rata-rata isinya hampir sama. Kalau tidak ditikung, di-PHP, diselingkuhi atau cinta bertepuk sebelah tangan.

Sejenak aku ingat ucapan rekan kerjaku tadi. Problematika pacaran kids zaman now itu sangat rumit. Bukan rumit menurutku, tapi menurut mereka yang curhat. Karena penyelesaiannya terlihat mudah dengan pikiranku. Tapi entah mereka membuatnya menjadi sulit.

Lagu selesai diputar, aku kembali menggunakan headphone. “Oke para pendengar. Sekarang sebelum saya menghubungi seseorang itu. Akan saya bacakan sedikit pesan yang masuk dari kalian. Rata-rata isinya tentang tikung menikung, PHP, PHO dan selingkuh. Untuk kalian yang ditikung, aku kasih sedikit saran. Jangan sampai kena tikung untuk kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Cepatlah bertindak, cepat sampaikan isi hatimu pada doi. Apa pun yang akan terjadi nanti, ditolak atau pun diterima sudah menjadi resikonya. Setidaknya dengan mengungkapkan kamu sudah melepas sedikit sesak di dalam dada.”

“Untuk kalian yang kena PHP, jangan terlalu banyak berharap. Semakin tinggi kalian berharap semakin sakit juga saat harapan itu tidak sesuai dengan apa yang kau inginkan. Untuk kalian para PHO, jangan pernah menyakiti hati seseorang. Karena dengan merebut seseorang yang sedang menjadi milik orang lain, karena suatu saat mungkin itu akan terjadi padamu. Jangan pernah bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Dan terakhir, untuk kalian yang diselingkuhi. Coba untuk introspeksi, mungkin dia mendua karenamu juga. Jika kamu merasa tidak ada yang salah dengan dirimu, mungkin dia bukanlah yang terbaik untuk kamu. Setelah itu, jangan sampai ada trauma berkepanjangan dan malah menutup hati untuk seseorang yang berjuang untukmu di masa yang akan datang.”

Aku menenggak air mineral botol yang tersedia di ruangan ini, menghilangkan sedikit dahaga setelah banyak berbicara tadi.

“Sekarang waktunya kita menghubungi seseorang dengan curhatan yang mungkin enggak ngejleb, tapi menurutku ini sedikit unik. Pesan dari seseorang dengan nama samaran ‘dvst’. Pesannya: Aku mencintai dia, dia mencintai aku. Tapi kita tidak bisa bersama karena dia sudah dengan yang lain. Ini sejenis PHO atau selingkuh bukan, ya? Kita langsung saja hubungi orangnya.”

“Halo!” suara perempuan dari seberang sambungan telepon langsung menyambut panggilanku.

“Dengan dvst?”

“Iya,” jawabnya dengan nada lemah.

“Aku panggil Neng ‘DV’ aja, ya?”

“Oke boleh.”

“Silakan Neng ‘DV’ ceritakan kisahnya.”

“Jadi, Kak. Sebenarnya sebelum dia menjalin hubungan dengan gadis yang sekarang jadi pacarnya itu, kita sudah sama-sama dekat dan sudah sama-sama tahu dengan perasaan masing-masing. Sebenarnya ada andil dari diriku juga dia bisa berpacaran dengan gadis itu, karena sikapku yang cuek, sikapku yang seakan-akan mengannggapnya tidak ada dan sering menghilang.”

“Menghilang maksudnya apa, nih?”

“Kadang aku tidak pernah membalas pesannya selama beberapa hari bahkan pernah sampai dua minggu.” Aku mengangguk meski sudah dipastikan ia tidak bisa melihat anggukan kepalaku.

“Terus?”

“Seiring berjalannya waktu, dia mulai dekat dengan gadis itu, meski belum mengikat hubungannya menjadi pacaran. Namun sejak ia dekat dengan gadis itu, aku sering merasa tidak enak hati. Takut menyakiti hati gadis itu meski sebenarnya hati aku juga terluka.”

“Kamu rela berkorban juga, ya.”

“Aku tidak rela berkorban sebenarnya. Aku hanya bodoh, tidak mau bertindak sedikit egois. Kalau saja aku sedikit egois saat itu, mungkin sekarang dia sudah menjadi milikku.”

Aku berdehem pelan, sebelum memberikan sedikit saran untuknya. “Kamu sudah menjadi gadis hebat dengan rela berkorban untuk gadis lainnya. Meski aku tahu itu tidak mudah dan sangat-sangat menyakitkan. Kamu benar, kalau saja kamu egois sedikit, mungkin sekarang kamu yang bahagia. Cinta itu ibaratkan perang, kalau dia masih belum menjadi milik siapa-siapa masih bisa menjadi sesuatu yang diperebutkan. Dan dalam perang dan cinta kita harus memilih, kita yang tersakiti atau kita yang harus menyakiti.”

Aku mendengar helaan napas berat dari seberang saluran telepon. “Ya, dan aku yang jadi pecundang sekarang. Aku yang kalah karena sudah menyerah sebelum ia benar-benar dimiliki oleh gadis itu.”

“Sekarang, waktunya kamu untuk membuka hati untuk pemuda lain.”

“Itu tidak mudah, Kak!” sergahnya.

“Terus apa yang mau kamu lakukan sekarang?”

“Aku akan menunggu hari baik, saat Tuhan dan semesta mengembalikan dia padaku. Meski sebenaranya hatinya sudah kugenggam dan hatiku sudah ada di tangannya. Tapi sayang, raganya belum bisa kurengkuh.”

“Semoga kamu bisa bersama dengannya dan menemukan kebahagiaan yang hakiki. Terima Kasih Neng DV, atas segala cerita dan curahan hatinya.”

Sambungan telepon terputus. Aku memijat sedikit pelipisku, sedikit pusing. Belum pernah aku mendengar cerita seperti ini. Entah, mungkin menurut orang biasa saja, tapi ini terlihat cukup rumit.

“Pesan untuk Neng DV. Ingat, cinta yang berlayar jauh, akan kembali pulang pada tempatnya yang sesungguhnya. Cukup dengan bersabar dan kuat menerima segalanya, karena perjuangan tidak akan dikhianati oleh hasil.”

Jeda iklan membuatku bisa beristirahat sejenak. Hari ini cukup melelahkan, biasanya di episode spesial seperti hari ini, masalah yang kuhadapi hanya masalah ringan. Dan mungkin masalah yang dialami DV ini akan berkepanjangan.

“Para pendengar semua, tidak terasa sudah tiga jam kita mengudara. Terima kasih telah mendengarkan KPH di 148.5 FM Bro Radio. Sampai jumpa minggu depan. Dan sebagai penutup saya putarkan Harusnya Aku dari Armada. Selamat malam, selamat beristirahat!”

Aku keluar studio dengan lesu, pusing tiba-tiba mendera kepalaku. Saat aku menengadahkan kepala, kulihat gadisku tengah duduk manis sambil tersenyum kepadaku.

“Sayang, kok kamu ke sini, sih? Kan udah aku bilang enggak usah ke sini.”

“Aku tahu kamu lelah, aku tahu kamu pusing, aku tahu segalanya tentang kamu, Sayangku.” Naomi mendekat, mengelus pipiku dengan tangan kanannya.

Kurengkuh tubuh kecilnya, kupeluk erat gadisku ini. Ah, ia selalu saja menjadi tempatku bersandar saat lelah.

“Gimana perasaan kamu, hm?”

“Aku bahagia bisa memberikan saran, nasihat bahkan pemikiranku kepada mereka yang membutuhkan. Tapi kadang aku juga lelah, karena kadang aku bisa menyelesaikan masalah mereka tapi aku tidak bisa menyelesaikan masalahku sendiri.”

“Jangan pikirin lelah dan pusingnya, jalani saja. Aku tahu kamu kuat. Kalau kamu capek, pusing atau down. Pikirkan dan nikmati saja kebahagiaannya. Kalau tidak bisa, ada aku yang siap menjadi energi tambahan bagimu.”

“Terima kasih, Sayang.” Kukecup pipi gembilnya sambil tetap memeluknya erat.

“Kebiasaan, kalo udah berduaan suka melupakan aku yang jomblo ini!”

Aku dan Naomi tertawa keras mendengar keluhan rekan kerjaku yang jomblo akut sejak lahir.

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top