Juri Dua
Heiho, ini event bulanan terakhir sebelum cuti karena Montaks Parade. Senang, 'kan? Semua harus bikin, oke?
Satu lagi.
TOLONG YA RESAPI SEMUA KOMEN, SARAN, DAN KRITIK YANG DISAMPAIKAN.
KALAU CUMA BUAT DIBACA DAN ENGGAK DIPRAKTEKIN, PERCUMA, TAHU! EVENT BULANAN TIAP BULAN, TAPI ENGGAK IMPROVED.
Kalau kurang jelas, sila bertanya di grup atau samperin jurinya langsung. Kita bikin cerpen tiap bulan bukan buat dihujat mulu, tapi supaya makin meningkat tiap bulan.
P.S. pake capslok bukan ngegas, cuma mau menarik perhatian. Xoxo.
P.S.S. iya, tahu, maaf yah, aku jadi agak galak di penjurian ini. Padahal puasa, hmmm.
1. Nikah Muda (8,5)
Tentang seorang gadis yang umurnya udah seperempat abad, disuruh nikah sama bapaknya, tapi lagi galau juga karena baru mutusin mantan dan si mantan nikah. Ngenes. Enggak terlalu banyak kesalahan, sih. Bacanya juga enjoy dan ringan.
2. Filosofi Dengarkan dan Rasakan (7)
Terkezut aku teheran-heran, sama sekali tak mengerti maksud cerita ini. Bintang siapa? Purnama Siapa? Mereka di mana? Semua informasi baru menumpuk sampai bikin pusing. Bahasa yang digunakan berbelit, dialognya susah dipahami, lompat-lompat, aku sama sekali enggak nangkap maksudnya apa. Bintang ini penghayal? Enggak guna ceritain si Purnama yang galau, mending fokus ke menjadikan cerita jadi lebih jelas. Satu lagi, komen-komen di cerita tolong diresapi. Yak, next! Tetap semangat.
3. Insecure (8,3)
Ceritanya selesai tapi ngegantung(?). Aku suka sama gaya ala terjemahannya, dan Daniel jujur aja bikin kesel, tapi perasaan insecure-nya lumayan tersampaikan, sih. Cuma ada kesalahan kecil, enggak ganggu-ganggu amat.
4. Cappucino (8,4)
Manis beut ini cerita. Tentang cewek yang ragu apa masih punya perasaan sama dengan cowoknya setelah LDR tiga tahun. Gaya bahasanya santai, aku enjoy bacanya. Kesalahannya juga enggak banyak.
5. Arti Persahabatan (6,9)
Ide ceritanya bagus sih kalau kataku, cuma pembawaannya kurang. Aku enggak betah bacanya. Enggak nyambung dialognya tu. Lompat lompat pula. Inti ceritanya juga apa? Si Aku kebanyakan ngoceh, jadi terkesan tell kebanyakan. Sekali lagi diingatkan, kalau masih tokoh yang sama yang ngomong, satuin aja paragrafnyaaaaaaaaa. Sama peletakan tanda koma. Iya, aku ngaku super cerewet soal ini. Tapi, selain cerita yang bagus dan unik, kenyamanan membaca untuk menghindari multitafsir juga penting. Psst, hati-hati sama penggunaan kata-kata, sama satu lagi, kalau baku ya baku aja. Jatuhnya kaku entar. Jangan patah semangat sama komen ini, ya. Keep writing.
6. Halusin Nasi (8)
Tentang seseorang yang hobinya berhalusinasi, berkhayal. Enggak tau mau komentar apa, ini lebih kayak diary tanpa konflik. Benar-benar cuma tumpahan perasaan. Kesalahannya dikit, perhatiin lagi, ya. Mangats!
7. KPH (8,1)
Manis, deh. Dan idenya unik juga, tentang penyiar radio. Hmm, tapi perasaan apa yang dilimpahkan di sini? Capeknya si Aku apa si Mbak DV? Afterall, semua udah bagus, sih. Cuma typo dan beberapa kesalahan kecil. Tolong selalu diingat, ye. Fighting!
8. Nawa Hamkke, Nae Eomeoni (6,6)
Hmm, saran saja dariku. Kalau enggak kuat bikin cerpen dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu, mending pake sudut pandang orang ketiga pelaku sampingan (dengan Liza sebagai tokoh sentral). Maaf saja, aku terkejut-kejut bacanya, dan sama sekali nggak dapat memahami perasaan Liza sama sekali. Tokohnya muncul tanpa aba-aba, tidak jelas, latarnya juga. Daniel muncul dari mana? Kenapa si Yuni bisa gitu? Mamanya ngapain? Aku tenggelam dalam kegelapan habis bacanya, kenapa pula Liza bunuh diri? Pondasinya dari awal sudah goyah, fokus yang mau disampaikan dalam cerita juga tidak jelas. Tokoh Daniel tuh bisa dibuang aja. Intinya, ini masih berantakan. Mungkin dari segi teknik menulis, kesalahannya enggak gitu banyak (meskipun lumayan mengganggu) tapi dari segi penceritaannya, aku sama sekali enggak dapat pencerahan habis baca ini. Tetap semangat!
9. Raison d'être (8,7)
Cuma mau bilang, wow, banyak banget cerpen bagus bulan ini. Jadi ikut senang karena teman-teman juga makin meningkat. Untuk cerpen ini juga, bagus, aku suka Jim. Cuma, itu judul artinya apa? Nunggu dari tadi dan enggak dapat jawaban. Huhu. Cuma ada kesalahan kecil, selebihnya bagus dan diksinya pun santai.
10. Reparasi (8,4)
Ini siapa yang bikin? Hebat lho, aku sampai bisa tahu kalau ini tuh anak kecil yang emosinya masih belum stabil dan sukanya main. Penyesalannya juga tersampaikan. Aku suka, cuma ada kesalahan kecil yang kataku cukup fatal, sih.
11. Akulah Antagonisnya! (8,9)
Aku bisa merasakan bagaimana frsutrasinya yang nulis. Jujur, melanjutnya baca sampai habis aja rasanya berat. Diksinya bagus, dan bikin lumayan pusing. Tapi, cuma mau bilang, terima kasih sudah meluapkan perasaanmu, senang event kali ini bisa membantu walau hanya sedikit.
12. Pacar Rahasia (7,7)
Aku kesel bacanya, Bayu ga tau diuntung banget. Aku enggak tau apa ini sesuai tema atau enggak; menurutku kurang, tapi masuk. Ada beberapa kata hubung yang tidak tepat, membuat diksinya kurang enjoy dibaca. Sarannya, banyakin baca novel aja, biar lebih kaya lagi sama kosa kata. Satu lagi, dialog itu kalau enggak baku, ya enggak baku. Kalau campur, jadi aneh. Sebagai pengguna dialog baku, rasanya mengganggu kalau dicampur begitu. Semangat!
13. Rintihan Lirih Si Pemulung Ringkih (8,5)
Tertipu awalnya, kukira Aku itu cewek. Ternyata cowok. Hmm, sepertinya aku lemah menebak jenis kelamin. Ceritanya menyentuh. Lumayan banyak typo, tapi tidak apa-apa. Cuma aku, atau kurasa ceritanya terlalu bolak-balik? Itu cerita pas dia usianya dua puluh tiga? Nasib ibunya bagaimana? Tapi, ini udah bagus, kok.
14. Sebelum Ramadhan (7,8)
Ingin berkata lembut, karena puasa tyda boleh berkata tidak lembut. Ini kurang sesuai dengan tema kalau kataku, padahal seru banget diikuti. Kesalahannya paling cuma masalah italik sama ada satu nyempil di akhir. Sudahlah, cuma mau bilang, ingat umur, oi!
15. Problem in the Soul (8)
Sampai akhir ga tau ini tokohnya cewek apa cowok. Tapi, kusimpulkan ini cewek. Penderita penyakit mental, ya? Aku bisa rasain susah dan rasa menderitanya. Tapi greget juga di saat yang bersamaan. Cuma ada kesalahan-kesalahan kecil. Ga tau mau komentar apa lagi.
16. Demi Kamu, Aku Rela Belajar Filsafat (7)
Ini cerita tentang seseorang yang keluar zona nyaman (belajar filsafat) demi orang yang dia suka. Tapi sayang banget, filsafat baru dibahas di setengah terakhir cerpen. Saran aja, cerpen tuh kalau bisa dibuat dekat ending. Ini bertele-tele banget. Masih banyak pertanyaa. Dava kenapa? Homo beneran ga? Enggak jelas. Nebar clue sana sini cuma buat akhirnya enggak kejawab. Latar juga lompat-lompat, enggak jelas di mana, pagi siang atau malam. Karakter Melanie juga makin akhir makin gaje. Kurang jelas kesengsaraannya belajar filsafat sampai akhirnya mutusin berhenti. Saran lagi, fokus aja ke satu masalah dan konflik, memang suka tergoda jelasin hal yang lain, tapi kalau cerpen, usahakan fokus. Dan pergantian karakter, harus kuat alasannya. Perbaikan teknik kepenulisan, sila lihat di part bersangkutan. Hwaiting!
17. Titip rindu buat Ayah (9)
Aku nangis bacanya. Paling enggak kuat sama cerita beginian, mana kisah Alin rada mirip lagi. Kalau soal kesalahan, cuma ada typo dikit aja, plus kapital di judul. Selebihnya, bagus. Aku suka sengaja nangis buat hilangin beban, makasih buat cerita ini.
18. Saat Jiwa Pesimis Meronta (6,8)
Pesan dan kegelisahan penulis sudah cukup tersampaikan, teknik kepenulisan dan keefektifan kalimat yang perlu diperbaiki lagi. Hal-hal simpel dan sudah sering dibahas seperti penggunaan huruf kapital, -ku, penggunaan tanda petik, itu sudah umum. Coba deh, komen-komen juri di tiap event diresapi dan diterapkan, pasti bisa meningkat pesat. Coba pula intip komentar juri di cerpen lain. Bukan masalah berbakat atau tidaknya dalam menulis, tetapi mau atau tidaknya kita memperkaya ilmu dan menerapkannya dalam tulisan kita. Enggak ada yang langsung lompat ke bulan, pesawat pertama aja cuma bisa melayang beberapa detik. Tetap semangat.
Maaf ye, rasanya aku lebih galak di event ini. Rasanya sekarang udah mau makin tegas aja, salah dan janggal, tetap aku mohon maaf.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top