KEPUTUSAN YANG MENYAKITKAN

"Tomy...," ucap mereka bersama.

Lexa dengan cepat keluar dari mobil dan diikuti oleh Al.

"Sudah puas jalan-jalannya?" tanya Tomy tanpa basa-basi, saat Lexa sudah turun dari mobil.

Lexa menunduk, tidak menjawab pertanyaan Tomy. Dengan lembut Tomy mengangkat dagu Lexa, Al yang melihat itu, merasa geram, karena gadisnya disentuh orang lain. Tapi apa daya, Al menyadari jika Tomy adalah tunangannya, untuk saat ini, Al hanya dapat berdiam diri dan mengalah.

"Kenapa tidak menjawab? Aku tidak masalah, kamu bermain dengan si cantik Billa, tapi jangan cuekin aku. Setidaknya, kasih kabar biar aku tenang," omel Tomy pada Lexa.

"Maaf," ucap Lexa menunduk kembali.

"Sorry Tomy, gue yang ngajakin dia dan maaf, jika sudah membuat lo cemas dan khawatir dengan keadaan Lexa," sela Al berusaha baik pada Tomy.

"Oke Al, gue nggak masalah soal itu. Tapi, lain kali, tolong kalau mau ajak dia pergi, ingatkan untuk memberi kabar ke gue. Bagaimanapun, dia tunangan gue dan calon istri gue," ujar Tomy penuh penekanan.

Tomy menarik pinggang Lexa posesif, membuat hati Al bergemuruh panas. Al menarik napasnya dalam, sedangkan Lexa masih saja menunduk.

"Lo boleh pulang sekarang. Terima kasih sudah mengantar Lexa," usir Tomy ketus dan datar.

"Oke, gue pulang!" jawab Al datar dan terlihat menahan emosinya.

Al pergi begitu saja, masuk ke dalam mobilnya. Lexa menatap nanar ke arah Al yang pergi tanpa pamit padanya. Segera Al melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tomy mengajak Lexa masuk ke dalam rumah.

"Aku tidak suka kamu terlalu dekat dengan daddy-nya Billa," ujar Tomy setelah mereka sampai di dalam rumah.

"Kenapa?" tanya Lexa menoleh menatap Tomy tak suka. Tomy menggandeng tangan Lexa untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Karena kamu tunangan aku, dan aku takut dia suka dengan kamu," tukas Tomy setelah mereka duduk bersebelahan di sofa.

'Memang aku dan dia sama-sama sudah saling mencintai Tomy,' batin Lexa menunduk.

"Kamu itu calon istri aku. Kita sama-sama masih belajar saling mencintai. Jadi tolong, hargai usaha aku untuk mencintai kamu Lexa," ucap Tomy terdengar serius sambil menggenggam tangan Lexa.

Lexa hanya diam, tidak menjawab kata-kata dari Tomy. Hati Lexa menjadi bimbang, antara memilih Al atau Tomy. Memang dia mencintai Al, tapi Tomy adalah calon suaminya.

"Ya sudah, kamu sekarang istirahat, aku mau pulang. Sudah malam, aku sudah dari tadi sore menunggu kamu di sini," ujar Tomy, lalu dia berdiri dari duduknya.

"Iya maaf, sudah membuatmu menunggu," ucap Lexa ikut berdiri mengantar Tomy sampai di depan pintu.

"Cepat istirahat, jangan bergadang," pesan Tomy setelah sampai di ambang pintu. Tomy mengelus lembut pipi Lexa dan mencium keningnya.

Perasaan yang hambar di hati Lexa saat bibir Tomy menempel di dahinya. Berbeda saat Al menempelkan bibirnya di area permukan wajahnya. Saat bibir Al yang kenyal itu menempel di wajahnya, rasanya Lexa dibawa terbang ke langit ketujuh. Hatinya berbunga-bunga dan di atas kepalanya seakan ditumbuhi berbagai macam bunga yang sudah bermekaran.

"Aku pulang ya?" pamit Tomy tersenyum manis kepada Lexa.

"Iya, hati-hati di jalan," jawab Lexa dengan senyum terpaksanya.

Tomy langsung masuk ke dalam mobilnya, dan berlalu meninggalkan rumah Lexa. Dengan pikiran kalut, Lexa menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Lexa segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang empuk dan lebar. Dia menatap langit-langit kamar, dengan pikirannya yang sedang kacau.

"Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku mencintai Al, tapi Tomy sudah baik padaku, dan juga kedua orang tuaku. Apakah aku harus melupakan cintaku pada Al, dan mencoba membuka hatiku untuk menerima Tomy? Tapi aku tidak bisa, hatiku sudah dikuasai oleh cintanya Al. Aku tidak ingin menyakiti hati Tomy, karena hatiku masih ragu. Aku bingung harus bagaimana?" lirih Lexa dengan air mata yang keluar tak henti-hentinya.

"Mungkin memang aku harus menjauhi Al, dan mencoba mencintai Tomy," sambung Lexa dengan perasaan ragu.

Pikiran dan hatinya bertolak belakang. Hatinya mengatakan jangan, namun pikirannya menerawang kebaikan yang sudah diberikan keluarga Tomy kepada keluarganya.

***

Dengan perasaan bahagia dan semangat, Al berangkat bekerja pagi ini. Alasan Al bersemangat pagi ini adalah, dia akan meeting bersama dengan Lexa. Al melangkah lebar dan dengan perasaan tidak sabar, dia masuk ke dalam restoran yang sudah dipesan sebelumnya untuk meeting. Setelah Al sampai di meja meeting, matanya memicing, melihat Tomy duduk di tengah-tengah patner bisnisnya.

"Selamat pagi, Mister Al," sapa Doni yang berdiri menyambut hangat kedatangan Al.

"Selamat pagi, Tuan Doni," jawab Al masih bingung dengan kehadiran Tomy.

"Ini Tomy, CEO dari PT Sekar Alami, yang bergerak di bidang kosmetik alami, perusahaannya sudah resmi bergabung dengan perusahaan kita, Mister Al," ucap Doni menepuk bahu Al sambil memperkenalkan Tomy padanya.

Tomy berdiri dari duduknya, dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Al. Ada perasaan tidak enak menguasai hati Al, apalagi saat melihat Lexa yang duduk dengan kepala menunduk seakan tidak menyambut bahagia kedatangan Al.

"Semoga kerjasama perusahaan kita menguntungkan dan lebih bisa, mengembangkan lagi bisnis kita, Mister Al," ujar Tomy sambil menjabat tangan Al. Tomy berusaha ramah dan profesional dalam bekerja.

"Terima kasih, Mister Tomy," jawab Al datar lalu duduk di depan Lexa.

Lexa masih saja menunduk, perasaannya tidak karuan. Dalam pikirannya, dia harus bisa menghindari Al, walau itu sakit dan menyiksa perasaannya. Kebahagiaan orang tuanya lebih penting dan demi kelangsungan perusahaan keluarganya dan perusahaan keluarga Tomy.

Pembicaraan kerjasama antara ketiga perusahaan besar itu, cukup lancar tanpa hambatan, karena ternyata mereka memiliki tujuan dan pemikiran yang sama dalam dunia pembisnisan. Lexa dan Al berusaha profesional, sementara mereka mengenyampingkan urusan pribadi, begitupun dengan Tomy. Pembahasan kerjasama itupun selesai, dan mereka melanjutkan dengan mengobrol biasa.

"Dad, aku ke toilet dulu ya?" pamit Lexa pada Doni, di tengah obrolan santai mereka.

"Baiklah," jawab, Doni lalu melanjutkan obrolannya lagi.

Al yang merasakan perubahan dengan sikap Lexa, berniat mengejar Lexa.

"Maaf, saya ke toilet dulu," sela Al di tengah obrolannya dengan Doni dan Tomy. Tomy dan Doni hanya mengangguk.

Al segera menuju ke toilet, namun bukan toilet pria, melainkan toilet wanita. Al menunggu Lexa di depan pintu keluar toilet. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Lexa keluar. Lexa terkejut melihat Al yang berdiri bersandar di tembok dan melipat kedua tangannya.

"Al...," lirih Lexa menatap Al nanar.

Al menegakan berdirinya, lalu menatap hazel yang sudah membuat dia gila selama ini, karena berawal dari hazel itu, Al dapat jatuh cinta pada Lexa.

"Kita harus bica," pinta Al terdengar memaksa. Al menarik tangan Lexa, namun dengan kasar Lexa menepisnya.

"Cukup Al! Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Kita tidak pernah mengawali apa pun, dan tidak perlu mengakhirinya," kata Lexa dengan suara tinggi dan mulai bergetar.

"Apa maksud kamu?" tanya Al menangkup pipi Lexa.

"Tolong jahui aku Al. Aku akan segera menikah dengan Tomy," ujar Lexa berat hati.

Air mata Lexa semakin membanjiri pipinya. Al masih menangkup pipi Lexa dan menatapnya tidak rela.

"Aku tidak mau Lexa, aku cinta kamu, aku masih ingin bersama kamu, apa kamu mau menyakiti hati Billa? Pikirkan lagi Lexa?" ucap Al penuh penekanan di setiap kata-katanya.

"Aku nggak bisa jauh dari kamu Al, aku juga cinta kamu, apalagi dengan Billa. Aku sudah terlanjur menyayangi kalian. Tapi, kamu lihat aku ini, calon istri orang lain, Al. Tolong pahami posisi aku?" pinta Lexa meninggikan suaranya. Suaranya tertahan dan parau, menahan isakkan tangisnya.

"Aku tidak peduli, cinta itu tidak hanya mencari kesenangan semata. Biarkan aku yang berusaha untuk mempertahankan cinta kita. Demi Billa aku rela melakukan apa pun. Dan apa pun akan aku lakukan untuk kebahagiaan keluargaku," tekad Al yang tidak patah semangat, membuat Lexa semakin ragu dengan keputusan yang sudah dia ambil.

"Tidak Al! Jangan lakukan itu. Aku tidak ingin semakin dalam melukai hati kamu dan Billa."

"Tapi kamu sudah melukai hatiku, Lexa. Dengan keputusan bodohmu itu. Kamu tidak memikirkan perasaan Billa, jika dia tahu kamu akan menerima Tomy, dan itu artinya kamu tidak bisa lagi dekat dengan Billa dan aku," ujar Al sudah mulai frustrasi.

Tangisan Lexa semakin pecah dan memilukan setiap orang yang mendengarkannya. Al mengusap wajahnya frustrasi dan membasahi bibirnya dengan lidahnya. Mereka tak peduli, beberapa orang yang keluar masuk toilet memerhatikan perdebatan mereka.

"Jangan lakukan itu Al, aku tidak bisa jauh dari Billa. Dia adalah separuh napasku. Jika kamu menjauhkannya denganku, itu akan semakin membuatku tersiksa," mohon Lexa yang terdengar tulus dan serius.

Lexa memegang lengan Al, dan mengiba. Tangisan Lexa membuat hati Al sakit. Segera Al menarik Lexa ke dalam pelukannya.

"Makanya, menikahlah denganku jika kamu lebih mencintaiku dan Billa," bujuk Al sambil mencium pucuk kepala Lexa.

Lexa menumpahkan air matanya di dalam pelukan Al. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Al. Tangisnya terdengar hingga menusuk ke hati.

"Maafin aku Al, aku tidak bisa," ujar Lexa membuat Al kecewa.

Al melepas pelukannya dan menatap Lexa tajam. Tangan Al mencengkram pelan kedua bahu Lexa.

"Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, silakan, Miss Lexa. Jangan harap Anda bisa menemui saya lagi, apalagi Billa," ancam Al serius, dengan tatapan mata tajam namun berkaca-kaca, dan perasaannya pun sudah sangat terluka.

Lexa menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang semakin tidak bisa dia tahan lagi. Wajahnya sudah basah air mata.

"Tidak Al, aku mohon," ucap Lexa sangat tulus sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Semoga Anda bahagia Miss, dengan keputusan yang sudah Anda ambil. Lupakan saya dan Billa, anggap kita tidak pernah bertemu, dan tidak pernah terjadi apa pun di antara kita. Jika memang kita bertemu, sebaiknya, anggap saja kita adalah patner bisnis, dan memang itu hubungan yang selama ini terjalin di antara kita. Selamat tinggal Miss Lexa," kata Al serius dan penuh luka di setiap ucapannya.

Al melepas bahu Lexa, lalu menyeka air matanya yang sudah menetes. Tanpa memerdulikan tangisan Lexa lagi, Al melangkah pergi meninggalkan Lexa sendiri yang terpaku di tempat dengan tangisan pilu. Lexa memegangi dadanya yang terasa sangat sakit dan sesak.  Lexa menyandarkan tubuhnya di tembok, yang terasa lemas dan rasanya kakinya tak memiliki tulang lagi. Tanpa sadar, tubuh Lexa merosot ke bawah. Saat Lexa sedang menangis hingga sesenggukan, tiba-tiba ada tubuh kekar yang mendekatinya, dan membantunya berdiri.

"Kita pulang ya? Kamu butuh istirahat," ujar orang itu lembut.

Lexa menoleh, ke arah pemilik suara itu. Dengan wajah yang sudah basah, Lexa menatapnya penuh luka. Dengan cepat Lexa memeluk orang itu, mencari ketenangan dan kenyamanan. Namun hasilnya nihil, pelukan yang dia inginkan itu, hanya dapat ditemukan pada tubuh Al, bukan tubuh Tomy yang saat ini dia peluk.

Tomy melepas pelukan Lexa perlahan, lalu membantunya berjalan keluar dari restoran. Tomy menghapus sisa air mata Lexa, memapah Lexa menuju mobilnya. Dari kejahuan, ternyata Al memerhatikan mereka. Dengan perasaan sakit dan terluka, Al berusaha kuat dan lapang dada untuk melepaskan Lexa.

"Semoga keputusanmu tepat, Miss Lexa. Saya hanya bisa mendoakanmu," ucap Al, lalu masuk ke dalam mobilnya.

Dengan perasaan kalut, Al melajukan mobilnya keluar dari area restoran. Sedangkan Tomy dan Lexa juga meninggalkan restoran.

##########

Ya sudah kalau memang Lexa sudah memilih Tomy. Tinggal menikahkan mereka. Entar Al biar nikah sama aku aja.

Terima kasih vote dan komennya.
Semangat terus ya?
Salam cinta dari Al-Lexa.
Love you all
Muaaaaahhhhhh
Cium jauh dari aku

Rex_delmora

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top