KEPUTUSAN TERAKHIR

Makan malam di rumah Al terlihat sepi, hanya dentingan piring, sendok dan garpu yang terdengar. Al sibuk dengan pikirannya sendiri. Sudah satu minggu ini, Al tidak bersemangat untuk melakukan semua aktivitasnya. Dia sering melamun, jika Billa menanyakan soal Lexa, Al selalu memarahinya, dan selalu melarang Billa untuk tidak lagi menemuinya. Al terlihat sangat kacau, apalagi Billa, kembali seperti gadis kecil yang pendiam dan pemalas, seperti dulu lagi, seperti saat ditinggal Lexa bertunangan dengan Tomy. Al sudah menyelesaikan makannya, setelah dia meminum air mineral, lalu dia pergi ke ruang kerjanya, tanpa melontarkan sepatah kata pun pada Billa dan Esty. Kini Al kembali menjadi sosok pria yang dingin dan perhatiannya kepada Billa pun sekarang berkurang. Al lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja.

"Macan, apa ibu peri tidak bisa jadi ibu untuk, Billa?" tanya Billa sedih membuat Esty tidak tega melihatnya.

"Kamu yang sabar ya, Little Angel. Mungkin Daddy dan Miss Lexa belum berjodoh. Kamu harus menbiasakan untuk memanggilnya dengan, Miss Lexa. Dia akan menikah dengan Om Tomy. Jadi Billa jangan panggil ibu peri lagi ya?" ujar Esty pelan-pelan memberi pengertian kepada Billa.

Dengan perasaan kecewa, sedih dan berat hati, Billa mengangguk pasrah. Sudah terkubur semua impian dia dan harapannya menjadikan Lexa sebagai ibunya. Billa turun dari duduknya, lalu berjalan gontai menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Esty mengikutinya dari belakang, mengantar Billa masuk ke dalam kamarnya. Esty menidurkan Billa, setelah Billa dilihat sudah tertidur, lalu Esty bangun dari ranjang Billa dan menghampiri Al ke ruang kerjanya. Esty perlahan membuka pintu, melihat Al duduk di ruangan yang remang, karena hanya mendapat pencahayaan dari layar laptop yang sedang dipandang Al.

"Apa Mama boleh masuk?" izin Esty sudah berdiri di ambang pintu.

Al tersentak kaget mendengar suara Esty yang tiba-tiba muncul, karena Al baru saja memerhatikan hasil foto-foto dan vidio kenangannya saat bersama Lexa, ketika mereka di Dufan. Sesekali bibir Al tersenyum luka dan miris saat melihat kebahagiaan yang baru saja ia rasakan kembali setelah sekian tahun, dia menderita dengan kesendiriannya menjadi duda di usia muda, dan menjadi single parent untuk putri semata wayangnya, kini harus kembali terluka dan bersedih.

"Masuk saja Ma," jawab Al sambil memijat pelipisnya, karena kepalanya terasa pening.

Esty duduk di kursi depan meja Al, berhadapan dengannya.

"Al, Mama mau bicara," ucap Esty memberanikan diri.

"Soal apa, Ma?"

"Miss Lexa."

"Apa lagi yang perlu kita bahas soal dia? Al sudah tidak ada hubungan apa pun dengannya. Sudahlah Ma, jangan berharap lebih untuk dia jadi menantu Mama, dan ibu pengganti untuk Billa. Dia yang memutuskan sendiri, dan biar dia merasakan apa yang sudah menjadi keputusannya," jelas Al emosi dan hatinya pun merasa sangat sakit.

"Kamu tidak kasihan dengan Billa, Al?" Esty menatap tajam Al.

"Apa dia memikirkan perasaanku dan Billa, Ma?" balas Al.

Esty terdiam.

"Ketika dia sudah memutuskan, berarti dia juga sudah siap untuk kehilangan aku dan Billa," timpal Al penuh penekanan.

"Terserah kamu Al. Kamu sudah dewasa, dan kamu juga sudah tahu mana yang terbaik untuk kamu, dan juga Billa. Ingat, Billa masih butuh kasih sayang seorang ibu," peringatan Esty sambil menatap tajam pada Al.

Al menghela napasnya panjang, dan menghembuskan perlahan.

"Kasih sayang dari aku dan Mama selama ini untuk dia, apa masih kurang? Al malas Ma, bahas beginian. Sudah, biarkan cerita ini mengalir seperti air. Jika memang Lexa jodoh Al, sekalipun dia nanti sudah menikah dengan Tomy, jika Tuhan berkata Lexa untuk Al, pasti Tuhan punya cara lain, untuk menyatukan aku dan Lexa, Ma," jawab Al meyakinkan Esty.

"Tapi apa salahnya, jika kamu mempertahankan dia?"

"Memang tidak ada salahnya, Ma, tapi jika orang yang dipertahankan saja sudah tidak mau diperjuangkan, percuma. Usaha Al akan sia-sia," bantah Al, merasa kepalanya sudah semakin pusing.

"Tapi Mama tidak tega Al, melihat Billa menjadi pendiam, tak acuh, dan pemalas seperti dulu lagi, saat Lexa meninggalkannya bertunangan dengan Tomy," ujar Esty mulai meninggikan nada bicaranya.

"Mama kenapa sih, memaksa banget Al agar bersama Lexa?" bentak Al menyandarkan tubuhnya, seraya memijat keningnya yang terasa sangat pening.

"Karena Mama dan Billa sudah terlanjur sayang padanya," jawab Esty cepat dan mantap, dengan suara meninggi.

Al terdiam, memikirkan sesuatu.

"Pikirkan itu!" timpal Esty sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Al dan tatapannya pun tajam.

Esty bangkit dari duduknya, lalu melangkah untuk keluar. Saat Esty baru sampai di ambang pintu, Al berkata, "Kita akan segera pindah ke Singapore."

Ucapan Al membuat Esty membalikan badan, dan menatap semakin Al tajam.

"Mama tidak mau!"

"Terserah Mama, jika masih mau di sini, tapi Al akan tetap membawa Billa ke Singapore," ucap Al kukuh tidak terbantahkan.

Esty dengan keras membanting, menutup pintu ruang kerja Al dan meninggalkannya sendiri.

***

Pagi ini, sebelum Lexa berangkat ke kantor, dia sengaja menyempatkan diri mampir ke sekolah Tiara Bangsa. Lexa sangat merindukan gadis kecilnya. Dengan perasaan rindu yang sudah menggunung, Lexa berjalan ke taman. Biasanya, Billa sepagi itu sudah datang, dan menunggu jam masuk, duduk di bangku taman. Bibir Lexa tersungging saat melihat gadis kecilnya duduk sendiri di bangku taman, di bawah pohon rambutan. Dengan langkah bahagia Lexa menghampirinya.

"Apa Ibu boleh duduk di sini?" tanya Lexa saat sudah berdiri di samping bangku.

"Sialakan, Miss Lexa," jawab Billa tidak seperti biasanya, membuat Lexa mengerutkan dahinya. Lexa duduk di samping Billa.

"Apa kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Lexa khawatir sambil mengelus rambut Billa.

"Baik," jawab Billa singkat, menoleh sebentar, lalu menatap kembali lurus ke depan.

Lexa merasa ada perubahan besar di diri Billa, gadis kecilnya kini bersikap tak acuh dan dingin padanya. Sifat Al yang dulu pertama kali Lexa mengenalnya, melekat pada Billa sekarang. Bel masuk berbunyi, tanpa sepatah kata pun, Billa bangkit dari duduknya, berjalan malas menuju ke dalam kelasnya. Lexa terdiam menatap nanar kepergian Billa. Air mata Lexa menetes saat melihat punggung kecil Billa semakin menjauhinya.

"Apa aku sudah terlalu mengecewakanmu, Billa? Hingga kamu tidak bisa memandang kehadiranku lagi?" lirih Lexa sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

Lexa menunduk, menjatuhkan air matanya ke tanah. Dari ambang pintu kelas, Billa memerhatikan Lexa sedih.

"Maafin Billa ibu peri, Billa sudah buat ibu peri menangis dan sedih. Tapi Billa tidak suka ibu peri menikah dengan Om Tomy. Billa sayang banget sama ibu peri. Billa juga kangen sama pelukannya ibu peri, masakannya ibu peri, dan jalan-jalan bersama lagi dengan ibu peri, seperti dulu," ucap Billa lirih bersandar sedih di tiang pintu.

Saat Lexa berada di ruang tata usaha, jantungnya berdetak kencang, dan tubuhnya menegang, saat mendengar suara besar baru saja datang, masuk ke ruang itu.

"Selamat pagi, Bu? Saya Daddy dari murid yang bernama Athaya Nabilla Kusuma Abimanyu," sapa Al sopan kepada salah satu petugas kesiswaan.

Al belum menyadari jika di ruangan itu ada Lexa yang sedang berdiri di pojokkan, sambil mengecek data keuangan.

"Silakan duduk," pinta wanita paruh baya yang tadi disapa Al.

Al duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu.

"Begini Bu, saya akan meminta surat perizinan pindah sekolah untuk Billa...." ucap Al menggantung saat ekor matanya tidak sengaja menangkap tubuh Lexa yang berdiri di pojok ruangan itu. Tubuh Lexa bergetar dan menegang saat mendengar ucapan Al tadi.

"Wah..., sayang sekali ya, Pak Al? Billa itu termasuk murid yang pintar dan cerdas di sini. Dia selalu mendapat peringkat pertama. Dia juga aktif dalam belajar dan mengikuti berbagai kegiatan," puji wanita paruh baya itu, sambil mencari file di dalam komputer.

"Iya terima kasih atas pujiannya untuk anak saya."

"Saya tidak memuji, Pak Al, tapi memang begitu adanya. Jika boleh tahu ke mana Billa akan dipindahkan?"

"Primary School Singapore," jawab Al, lalu wanita itu mengetik di keyboard.

"Wah, sekolahan yang elit dan berkelas ini Pak Al. Saya yakin IQ Billa bisa mengikuti pendidikan di sana. Secara IQ Billa di atas rata-rata," tukas wanita itu terkagum.

Lexa yang mendengar itu tiba-tiba kepalanya merasa pusing dan kakinya menjadi seperti jelly yang lemas tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Al masih tak acuh, hanya sesekali dia melirik dari ujung ekor matanya.

"Iya terima kasih," ucap Al lalu menunggu file itu di-print.

"Berapa lama Anda akan berada di Singapore, Pak Al?" tanya wanita itu sambil menunggu kertas yang sedang di-print selesai.

"Belum dapat dipastikan, bisa saja selamanya saya di sana," ujar Al sambil melirik ke arah Lexa yang sudah duduk di salah satu kursi.

"Pendidikan dan kehidupan di sana terjamin, Pak Al. Saya yakin Billa bisa mengikuti, dan cepat beradaptasi di lingkungan barunya," ujar wanita itu mengambil kertas yang sudah selesai di-print.

"Tunggu sebentar, Pak Al, saya mintakan tanda tangan kepala sekolah dulu, dan kepala yayasan," tukas wanita itu, lalu berdiri.

"Sambil menunggu, apa boleh saya sekalian menjemput Billa?" tanya Al ikut bangkit dari tempat duduknya.

"Silakan Pak Al, pasti teman-teman dan guru-guru Billa akan merasa sedih," ucap wanita itu, lalu melangkah pergi.

Sebelum Al melangkah pergi meninggalkan ruang itu, dia sempat melirik Lexa, yang duduk terpaku dengan kepala menunduk. Al yakin jika Lexa saat ini sedang menangis.

'Biar kamu berpikir kembali Lexa, atas keputusan bodohmu itu. Penyesalan akan datang menghampirimu,' kata Al dalam hati, lalu melangkah keluar.

Setelah semua urusan Al dan Billa selesai, kini Al segera mengajak Billa pulang untuk bersiap-siap. Ketika mereka sedang berjalan di koridor menuju tempat parkir, tidak sengaja mereka berpapasan dengan Lexa. Al dan Billa berhenti berjalan, begitu pun Lexa. Mereka saling memandang, dengan jarak kurang lebih tiga meter. Billa dan Al saling mengeratkan gandengannya. Bersamaan, mereka perlahan melangkah dengan pandangan tidak saling terlepas. Hazel Al dan Lexa bertem,u semakin menggoreskan luka dalam di hati keduanya. Pandangan Lexa mulai mengabur, karena terhalang oleh air yang membuat matanya berkaca-kaca. Semakin dekat jarak keduanya, dan saat sudah dekat, Al dan Billa tak acuh, tidak menyapa, seolah tidak saling mengenal. Setelah tubuh mereka sudah saling melewati, tidak terasa air mata dari mereka menetes bersamaan. Al segera menyeka air matanya, begitupun Billa. Berbeda dengan Lexa yang membiarkan air matanya lolos begitu saja.

***

Al, Billa dan Esty kini sudah siap menunggu penerbangan yang akan membawa mereka jauh dari Lexa. Hati ketiganya berat meninggalkan negara tercinta ini, apalagi mereka pergi meninggalkan semua kenangan indah dan harapan yang sudah pupus. Mungkin dengan cara ini, Al dan Billa dapat melupakan Lexa. Setelah mengalami berbagai proses, kini akhirnya Al, Billa dan Esty sudah duduk di dalam pesawat. Lima menit lagi, burung besi itu akan membawa mereka pergi kehidupan yang baru. Di Singapore nanti, mereka akan membuka buku cerita kehidupan yang baru, dan akan menutup rapat buku cerita yang lama.

'Selamat tinggal Lexa, hingga sampai saat ini aku pergi membawa cintamu, dan luka yang sudah kamu beri untukku. Terima kasih dengan luka yang sudah kamu goresan dalam hatiku,' ujar Al dalam hati.

'Selamat tinggal, Ibu Peri. Billa akan selalu menyayangi Ibu dan akan selalu merindukan Ibu Peri, di tempat baru Billa nanti. Semoga Ibu Peri bahagia dengan Om Tomy,' kata Billa dalam hati lalu memeluk Al sangat erat.

Esty yang melihat kesedihan dan luka yang dalam, dari anak dan cucunya itu merasa tidak tega. Air bening menetes di pipinya.

'Selamat tinggal Miss Lexa, semoga kamu bahagia dengan pilihan hidupmu. Terima kasih, atas luka yang kauukir di hati anak dan cucuku. Semoga saat nanti kamu menyesali keputusanmu, Al dan Billa masih membukakan pintu maaf dan dapat menerimamu kembali,' ucap Esty dalam hati, lalu menyeka air matanya.

Kini burung besi itu membawa Al, Billa dan Esty terbang jauh di atas awan meninggalkan negara Indonesia.

"Say good bye Indonesia"

***

Dua bulan setelah kepergian Al, Billa dan Esty, kini pesta yang sangat meriah dan mewah itu sudah selesai diselenggarakan dengan lancar dan penuh kebahagiaan, bagi para undangan dan keluarga, tapi tidak untuk Lexa. Sudah resmilah kini Lexa menjadi istri CEO muda. Tomy pagi tadi sudah mengucapkan ijab kabul untuk meresmikan Lexa menjadi istrinya.

Keputusan yang diambil dengan gegabah, dan hanya mengikuti keinginan ego, akan merasakan penyesalan yang teramat dalam pada akhirnya nanti. Masih adakah kata kesempatan kedua? Entahlah, itu semua akan mengalir begitu saja, seperti kehidupan ini yang akan terus berjalan, dan tidak akan dapat mengulang waktu kembali. Hanya campur tangan Tuhan yang dapat menyatukan cinta itu kembali, entah di kehidupan kini, atau justru di kehidupan selanjutnya. Itu semua masih rahasia Tuhan. Kita semua hanya dapat menjalani kehidupan ini, dengan ikhlas dan sebaik mungkin agar selalu merasa bahagia.

"Terima kasih Tuhan atas nikmat yang sudah Engkau beri untuk kami semua."

###########

Yes! Aku bisa nyusul durenku ke Singapore. Ohhhhh My Alexi... I'm coming Baby Lovely. Billa tunggu Mommy Adel, Sayang. Mommy akan menghapus luka di hati kalian.
Hhahahahhahahha
#tertawajahat

Okay... terima kasih untuk vote dan komennya.
Salam cinta dari Al-Lexa
Love you all
Muaaaahhhhhh
Cium jauh dari aku

Rex_delmora

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top