HAPPY DAY

Seperti janji Lexa yang akan menjemput Billa saat pulang dari rumah sakit, kini kondisi Billa semakin membaik dan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang ke rumah. Hati Billa sangat bahagia menunggu kedatangan Lexa. Bersama Al dan Esty, Billa duduk di sofa sambil menonton acara di televisi. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Lexa pun datang, namun hal yang tidak diharapkan juga hadir.

"Maaf Sayang, Ibu telat ... jalanan macet," jelas Lexa baru saja datang diikuti Tomy dari belakang.

Lexa mencium kening Billa penuh rasa sayang. Wajah bahagia Billa berubah saat melihat Tomy. Al dan Esty merasa tidak nyaman dengan kehadiran Tomy, walau Tomy berusaha baik, namun dia adalah ancaman dan saingan berat buat Al untuk mendapatkan Lexa.

"Halo cantik, ini Om bawakan kamu doraemon dan mawar putih. Kata Miss Lexa, kamu suka doraemon," ujar Tomy yang memberikan Billa boneka doraemon yang cukup besar dan setangkai mawar putih.

Billa menerimanya dengan wajah jutek dan datar. Bagi Tomy itu hal biasa karena pikir Tomy, Billa merasa cemburu padanya yang sudah merebut perhatian Lexa.

"Little Angel, bilang apa Sayang, pada Om Tomy?" kata Esty sambil mengelus kepala Billa lembut.

Walau bagaimanapun, Esty tetap mengajarkan etika yang baik pada Billa. Sekalipun Billa tidak menyukai orang itu, namun Billa tetap harus menghormatinya, karena orang itu lebih tua dari Billa dan sudah bersikap baik padanya.

"Terima kasih, Om jelek," ucap Billa polos sambil melengoskan wajahnya.

Lexa dan yang lainnya menahan tawa mendengar ucapan Billa barusan. Ck! Billa terlalu polos dan jujur. Sedangkan Tomy, berpura-pura marah dengan bibir mengerucut ke depan.

"Apa Om Tomy separah itu, sampai kamu panggil Om jelek?" protes Tomy yang masih sok-sokan ngambek.

"Memang Om Tomy jelek, cuma Deddy Billa, yang ganteng!" jawab Billa ketus, namun menggemaskan.

Semua orang di ruang itu, dibuat tertawa oleh tingkah polos Billa dan perdebatan kecil Tomy dengan gadis kecil itu. Bukannya tersinggung, Tomy justru ikut tertawa dan mencium gemas pipi Billa yang mulai terlihat chubby lagi.

"Baiklah, yang ditunggu sudah datang sekarang, waktunya kita pulang," ujar Al menghentikan tawa semua orang.

Al menggendong Billa, sedangkan yang lain membawakan barang-barangnya. Lexa berjalan di samping Al, sesekali Billa dan Lexa bercengkrama ala gadis yang sepertinya banyak hal yang harus mereka bahas. Itu membuat Al tersenyum dan bahagia.

'Andai kamu sudah menjadi isteriku betapa bahagianya keluarga kecil kita Lexa,' batin Al sambil memandang Lexa dan Billa, sedang asyik membahas materi pelajaran yang Billa lewatkan.

Sesampainya di tempat parkir, mereka  berjalan menghampiri mobil CR-V hitam milik Al. Tomy dan Lexa setelah meletakan barang-barang milik Billa di dalam mobil Al, berniat ingin melangkah ke mobil Tomy yang terparkir terpisah dengan mobil Al.

"Ibu Peri, mau ke mana?" tanya Billa menahan lengan Lexa.

"Ibu akan ikut mobil Om Tomy," jawab Lexa tersenyum manis pada Billa.

"Tidak Boleh!" sentak Billa tegas, membuat semua terbelalak menatap Billa. "Billa maunya, Ibu Peri satu mobil sama Billa, Daddy dan Macan," tukas Billa tegas dan jelas.

Jika sudah begini, bagaimana lagi? Lexa tidak dapat menolaknya. Lexa memandang Tomy dengan wajah memohon. Berharap Tomy mengizinkannya dan mengerti keinginan Billa. Tomy menghela napas panjang, lalu mengangguk pasrah, meski terpaksa

"Maaf Tomy, ini kemauan Billa. Jika sudah ada maunya, dia sulit untuk ditolak," ujar Al tersenyum dalam hati, penuh kemenangan.

"It is okay Al no problem, demi gadis kecil lo, gue rela pulang sendiri," jawab Tomy pasrah sambil menepuk bahu Al.

Tomy berlalu meninggalkan mobil Al, sedangkan Esty tersenyum penuh kemenangan. Billa bersorak bahagia, kini Ibu Perinya berada digenggamannya. Al menurunkan Billa dijok belakang, Al juga mempersilahkan Lexa terlebih dulu masuk lalu diikuti Al. Sedangkan Esty duduk di samping kemudi. Mobil mulai bergerak keluar dari area parkir rumah sakit dan mulai membelah padatnya kota Jakarta.

Setelah 30 menit perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah mewah milik Al. Kini mobil sudah terparkir rapi di depan teras yang luas, saat Lexa turun dari mobil, dia berdecak kagum melihat tatanan depan rumah Al itu. Rumah bernuansa hitam putih dengan taman yang cukup luas dan asri, terdapat beberapa kelinci yang sengaja dilepas.
Esty tersenyum melihat kekaguman Lexa itu.

"Miss Lexa suka dengan rumah ini?" tanya Esty sambil merangkul bahu Lexa untuk masuk ke dalam. Sedangkan Al menggendong Billa mengikuti dari belakang.

"Suka banget Tante, apalagi interiornya, tatanan perabotannya dan berbagai benda unik ada di sini. Di tengah kota yang banyak polusi dan panas Tante bisa merawat tanaman-tanaman itu tetap hijau, hingga segar untuk dipandang," puji Lexa sambil menyapu keseluruh ruang yang dia lewati.

"Bukan hanya Tante yang merawatnya, setiap weekend, Al dan Billa juga ikut berkebun. Ayo! Lihat ke sini Miss Lexa," ajak Esty menggandeng tangan Lexa untuk berjalan ke belakang rumah. Al masih mengikuti mereka di belakang, sambil menggendong Billa.

Saat sudah sampai di belakang rumah, Lexa dibuat semakin kagum. Tanah yang ditata sedemikian rupa, dibuat berpetak-petak dan ditumbuhi berbagai sayuran, seperti cabai, tomat, wortel, selada dan berbagai sayuran lainnya. Walau per petak hanya ditumbuhi beberapa sayur, namun terlihat rapi dan bermanfaat. Di halaman belakang juga terdapat kolam renang yang cukup besar, gazebo dan berbagai mainan Billa. Seperti ayunan, plosotan berpasir dan lainnya.

"Tante, rumah ini benar-benar rumah idaman," puji Lexa tidak hentinya dibuat kagum oleh rumah itu.

"Kamu bisa memiliki rumah ini," sahut Al mengerling jahil.

"Bagaimana caranya?" tanya Lexa antusias.

"Kalau kamu bersedia jadi Nyonya Kenzo Alexi Abimanyu, dan Ibu dari Billa," jawab Al santai membuat Lexa tersipu malu.

Esty yang mendengar itu, ikut tersenyum, ternyata Al menunjukan usahanya untuk mendapatkan hati Lexa.

"Kamu ini bisa saja bercandanya," tukas Lexa sambil menunduk malu membuat Al terkekeh.

"Sudah, kasihan Billa butuh istirahat. Sana Al, ajak Billa ke kamar dulu," sela Esty menyelamatkan Lexa dari godaan Al.

"Ayo! Ibu Peri juga ikut," pinta Billa manja, dan akhirnya Lexa ikut menemaninya.

Al mengajak Billa untuk beristirahat di kamarnya, agar Al bisa mengawasi Billa secara maksimal. Lexa mengikuti Al yang menggendong Billa menuju kamarnya.

"Lexa, aku minta tolong bukakan pintu kamarku," pinta Al, memang kesulitan membuka pintu, karena menggendong Billa.

Lexa sedikit ragu untuk membuka pintu itu. Al menghela napas panjang, melihat keraguan Lexa.

"Tidak apa-apa Lexa, buka saja. Kasihan Billa kelelahan dalam gendonganku," bujuk Al meyakinkan Lexa.

Akhirnya, Lexa membuka pintu itu, pertama yang dia tangkap saat pintu itu terbuka adalah aroma khas dari tubuh Al, yang memabokannya dan menenangkan hatinya. Lexa melangkah masuk ke dalam, menata bantal untuk Billa tidur. Al dengan perlahan menidurkan Billa.

"Ibu Peri, sini temani Billa tidur!" pinta Billa sambil menepuk kasur yang kosong di sebelahnya.

Lexa merasa tidak enak hati, baru kali ini dia masuk ke dalam kamar lelaki. Lexa menatap Al canggung, membuat dia salah tingkah.

"Sudah tidak apa-apa, temani dia. Anggap ini kamar kamu juga, secepatnya akan aku usahakan, kamar ini juga menjadi milikmu," ujar Al terlalu percaya diri, membuat hati Lexa menghangat.

Perlahan Lexa menaiki King size itu, dengan antusias Billa segera memeluk pinggang Lexa. Al tersenyum melihat kedekatan Billa dan Lexa. Dengan santai, Al ingin membuka kemejanya di depan Lexa.

"Al...," panggil Lexa perlahan.

"Hmm...," jawab Al hanya berdehem sambil membuka kancing kemejanya satu per satu.

"Bisa ganti bajunya di dalam kamar mandi?" pinta Lexa hati-hati sambil menggigit bibir bawahnya.

Al mengambil baju ganti di dalam lemarinya, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Sebelum Al masuk ke dalam kamar madi, Al sempat berbisik tepat di telinga Lexa.

"Mulai dari sekarang, kamu harus biasakan melihatku telanjang dada."

Al berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar mandi, setelah membisiki Lexa. Kata-kata Al membuat Lexa tercengang dan memikirkan setiap makna dari ucapannya.

"Ibu Peri...," panggil Billa lirih menyadarkan lamunan Lexa.

"Iya Sayang," jawab Lexa, lalu memeluk tubuh mungil Billa.

Lexa menemani Billa tidur, dengan penuh perhatian dan kasih sayang, Lexa mengusap punggung dan kepala Billa lembut. Membuat Billa merasa nyaman dan aman. Akhirnya Billa pun tertidur dalam pelukan Lexa. Mata Lexa semakin lama terasa berat hingga tak tertahankan lagi. Kini dua gadis berbeda generasi itu tertidur di atas ranjang empuk dan luas, saling berpelukan.

Al keluar dari kamar mandi, melihat pemandangan yang pertama kali terjadi di atas ranjangnya, dua gadis yang dia cintai tertidur damai dengan saling memeluk. Senyum tersungging dari dua sudut bibir Al, perlahan Al berjalan menarik bed cover, untuk menutupi tubuh kedua gadis tercintanya itu. Al mengusap lembut kepala Billa, lalu mencium keningnya. Mata Al beralih menatap wajah cantik Lexa yang polos saat tertidur. Perlahan Al menyibak rambut yang menutupi wajah cantik Lexa. Senyum selalu tersungging di bibirnya.

"Kamu cantik Lexa, wajah kamu menenangkan hati dan jiwa Billa. Tidak terkecuali aku," ucap Al lirih, lalu entah mendapat keberanian dari mana, Al dengan lancang mencium kening Lexa.

***

Mata cantik Lexa mengejap, perlahan ia membuka matanya. Suasana kamar yang remang, bernuansa hitam putih berbeda dengan kamarnya, membuat Lexa terkejut, namun itu hanya sesaat setelah dia menyadari jika ada gadis kecil yang tertidur dalam pelukannya. Lexa tersenyum melihat wajah polos Billa, lalu matanya tertuju pada seseorang yang tidur di belakang tubuh Billa, dengan tangan memeluk pinggang keduanya. Lexa tersenyum, perasaannya menghangat ketika melihat wajah polos Al saat tertidur mendamaikan hatinya. Lexa melihat jam yang bertengger di dinding kamar itu, jam menunjukan pukul 02.00 WIb. Mata Lexa terbelalak, sudah berapa lama dia tertidur? Perlahan Lexa menyingkirkan tangan Al yang menimpa di pinggang rampingnya, lalu dengan hati-hati Lexa melepas tangan mungil Billa, yang juga melingkar indah di pinggangnya. Saat Lexa ingin beranjak dari tempat tidur, tangan kekar Al menahannya.

"Mau ke mana kamu?" tanya Al dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Sssstt..., ini sudah larut malam, aku harus pulang," jawab Lexa setengah berbisik.

Al menegakan kepalanya bersandar di kepala ranjang. Dengan mata yang masih berat, Al berusaha untuk duduk.

"Tidur di sini saja, besok pagi baru aku antar kamu pulang," ujar Al susah payah, karena menahan kantuk.

"Tapi Al aku nggak mau buat Dad dan Mom khawatir."

"Aku sudah memberitahu mereka, jika kamu di sini menemani Billa," jawab Al membuka matanya menatap Lexa.

"Kamu ganti baju, biar nyaman tidurnya ya?" titah Al, lalu beranjak dari tempat tidur, berjalan ke arah lemari.

Al memilah-milah tumpukan kemejanya, lalu menarik satu kemeja yang dirasa Al itu kecil baginya. Al menghampiri Lexa yang duduk di tepi ranjang.

"Kamu ganti ini dulu ya?" Al menyodorkan kemeja itu pada Lexa. "Apa mau pinjam punya Mama?"

"Tidak perlu Al, aku pakai ini saja," tukas Lexa, lalu mengambil kemeja itu dari tangan Al.

Lexa berjalan ke kamar mandi, sedangkan Al membenarkan selimut menutupi tubuh Billa. Al berjalan menghampiri meja kerja yang ada di dalam kamarnya. Sudah biasa jika Al bangun tengah malam begini, dia akan menyempatkan diri membuka email dan mengecek pekerjaannya yang tidak sempat ia selesaikan di kantor. Lexa menyapu pandangannya setelah keluar dari kamar mandi. Dilihat lampu meja kerja menyala di sudut ruang itu, perlahan Lexa berjalan menghampiri Al yang sedang fokus dengan layar laptopnya.

"Al...," panggil lirih Lexa menyadarkan Al.

Al menoleh ke sumber suara, matanya terbelalak melihat Lexa dengan kemeja biru muda yang sangat mini, dibagian bawahnya mengekspos paha mulus Lexa yang putih bersih. Belahan dada yang rendah, melihatkan garis belahan yang sungguh menggoda imannya. Susah payah Al menelan salivanya berulang-ulang. Tiba-tiba tenggorokan dan bibir Al terasa kering. Al membasahi bibirnya sendiri yang terasa kering. Seakan gairahnya yang sudah lama tidur, kini dibangunkan kembali. Al beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Lexa yang masih berdiri di depan meja kerjanya. Dengan keberanian yang sudah tertutup oleh gairahnya, Al memberanikan diri memeluk Lexa dari belakang. Al menghirup dalam-dalam aroma lavendel yang menyeruak dari tubuh Lexa, membuat gairahnya semakin menantang untuk melakukan hal yang lebih dari itu. Mata Al terpejam menikmati aroma dari tubuh Lexa.

"Al...," panggil Lexa lirih.

"Hmmm... apa?" sahut Al dengan suara tertahan, sambil menciumi bahu Lexa. Tidak ada penolakan dari Lexa saat tangan Al melingkar di perutnya.

"Aku...aku...a...," ucapan Lexa tertatih karena menahan gelora yang tiba-tiba muncul dari dalam tubuhnya. Entah mengapa Lexa juga menikmati sentuhan yang diberikan Al padanya itu.

"Aku mencintaimu, Aprillya Alexa Queen," ungkap Al sambil membalikan badan Lexa, untuk menghadapnya.

Tangan Al melingkar di pinggang Lexa, sedangkan kedua telapak tangan Lexa menyentuh dada bidang Al. Lexa tersadar saat melihat cicin mas putih melingkar di jari manisnya. Mata Al mengikuti arah pandang mata Lexa. Al menghela napas panjang, lalu menangkap kedua tangan Lexa.

"Kamu memiliki perasaan yang sama denganku?" tanya Al, tampak serius menatap dalam mata Lexa.

Dengan mata berkaca-kaca, Lexa tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa dia juga mencintai Al. Lexa mengangguk lalu menunduk.

"Aku juga mencintaimu Al. Aku tidak tahu kapan perasaan ini tumbuh dan muncul. Rasa ini tiba-tiba ada, jauh sebelum aku tahu bahwa kamu adalah daddy-nya Billa. Nilai plus dari cintaku adalah, aku juga menyayangi Billa tulus, bukan karena kamu adalah daddy-nya," jujur Lexa yang tidak dapat menahan air matanya.

"Jika memang begitu, aku mohon dengan segenap jiwa dan ragaku, jadilah istriku dan ibu untuk Billa," mohon Al tulus dari hati yang paling dalam.

"Tapi Al, kamu tahu aku ini tunangan orang lain, dan itu berarti aku juga harus menikah dengannya."

"Aku tidak peduli itu, yang aku tahu, kamu mencintai aku dan Billa, begitupun sebaliknya, aku dan Billa juga mencintaimu, Lexa," ujar Al percaya diri dan penuh penekanan disetiap kalimatnya.

"Al... aku...."

"Daddy... Ibu Peri...." Belum Lexa menyelesaikan kata-katanya, Billa sudah berteriak mencari keberadaan mereka. Al dan Lexa segera menghampiri Billa yang sudah duduk.

"Sayang, kenapa bangun?" tanya Lexa lembut sambil membelai rambut Billa.

"Kenapa Billa ditinggal sendirian sih? Daddy sama Ibu Peri dari mana?" tanya Billa polos. Al dan Lexa saling memandang.

"Daddy dan Ibu Peri di sini, selalu menemani Billa. Tadi Daddy ada pekerjaan yang harus dicek, Sayang. Sekarang Billa tidur lagi ya?" pinta Lexa sambil merebahkan kembali tubuh Billa.

Al masih berdiri di belakang Lexa yang duduk tepi ranjang. Lexa menoleh ke belakang menatap Al yang berdiri di belakangnya.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Lexa heran, melihat Al yang memerhatikannya sejak tadi.

Al hanya tersenyum, lalu menaikan kedua kaki Lexa ke atas ranjang, segera Al menyusul naik dan menarik bed cover, untuk menutupi tubuhnya dan kedua gadis yang dia cintai itu. Lexa terpaku atas perlakuan kecil Al, membuktikan bahwa dia adalah seorang lelaki, pelindung keluarga dan penyayang. Lexa tersenyum menatap Billa yang sudah mulai memejamkan matanya kembali. Tangan Billa melingkar di pinggang Lexa, sedangkan tangan Lexa memeluk tubuh mungil Billa, tak mau kalah, tangan kekar Al memeluk sekaligus kedua gadisnya itu. Dengan rasa bahagia, malam ini mereka membuka alam mimpi bersama. Jika melihat mereka seperti itu, terasa bahwa mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Namun entah apa yang akan terjadi nanti kedepannya, hanya Tuhan yang tahu.

############

Aduh udah bobok bareng ajah nih...?
Senangnya yang udah saling mengungkapkan perasaannya.

Makasih vote dan komennya.
Salam cinta dari Al-Lexa
Love you all
Muuuuaaaahhhhhh
Cium jauh dari aku

Rex_delmora

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top