END

Dengan perut yang sudah membuncit Lexa susah payah menaiki anak tangga. Sampai di pertengahan ia berhenti sejenak karena merasa lelah. Napasnya tersengal dan peluh keluar di dahinya. Al yang baru saja keluar dari kamar melihat Lexa.

"Mom, kamu kenapa?" tanya Al menghampiri Lexa.

"Istirahat sebentar, capek habis senam ibu hamil tadi," jawab Lexa memang dia baru saja pulang dari senam ibu hamil di sanggar yang sudah dia percaya.

"Oh... ayo aku bantu!" Al memapah Lexa naik ke atas.

"Mommy...," seru Billa memeluk kaki Lexa dan menengadahkan wajahnya menatap Lexa.

"Aduh anak Mommy udah harum. Siapa yang mandiin tadi?" tanya Lexa setelah mencium pipi Billa.

"Mandi sendiri dong, Mom. Billa mau cium adik bayi, Mom," rengek Billa menggapai perut buncit Lexa.

"Ayo ke kamar saja, cium adik bayinya didalam kamar. Kasihan Mommy capek habis pulang senam ibu hamil," ujar Al lalu mengangkat tubuh Billa dan merangkul pinggang Lexa untuk masuk ke dalam kamar.

Lexa duduk di sofa, dengan kedua kaki dia naikan dan selonjoran di atas meja. Al melihat kaki Lexa yang membengkak. Al lalu mengambil minyak angin untuk mengolesi kaki Lexa. Tanpa Lexa meminta Al turun ke bawah, membuatkan Lexa susu khusus ibu hamil.

"Mom, kapan adik bayinya akan keluar?" tanya Billa yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran adik pertamanya itu.

"Sabar ya Sayang. Dua bulan lagi sudah keluar," jawab Lexa lembut sambil mengelus-elus rambut Billa.

"Nanti Billa mau ajak adik bayi main barbie," ujar Billa membuat Lexa tersenyum gemas melihat kepolosan Billa.

Al masuk ke dalam kamar, membawakan susu coklat untuk Lexa. "Ini Mom, diminum dulu." Lexa segera menerimanya.

"Makasih, Dad," ucap Lexa lalu meminum susu itu hingga habis tak tersisa.

Al tersenyum melihat gelas itu telah kosong. Al mencium kening Lexa dan mengelus perut buncitnya. Al berjongkok lalu mencium perut Lexa.

"Hay jagoan, Daddy. Sedang apa kamu di dalam sana? Cepat keluar ya? Daddy dan Kak Billa, sudah tidak sabar menunggu kamu hadir di dunia ini. Selalu sehat didalam ya, Nak?" Al mengajak janin itu mengobrol perut Lexa.

Setelah Al berhenti berucap, seakan bayi dalam perut Lexa menangkap ucapan Al, reflek siku bayi terlihat menonjol di perut buncit Lexa. Ini yang sering mereka lakukan ketika sedang bersama. Menunggu reaksi bayi dalam kandungan Lexa bergerak. Ada rasa kebahagiaan sendiri saat melihat itu. Billa dan Al selalu berebut untuk menyentuh tonjolan itu. Tawa bahagia dari bibir mereka menggelegar memenuhi ruang itu.

"Daddy, ayo kita menyusun kamar buat adik bayinya sekarang?" ajak Billa tidak sabar menarik tangan Al.

"Iya sabar, Little Angel. Bantu Mommy berdiri dulu," ujar Al pada Billa. Al dan Billa membantu Lexa untuk berdiri.

Mereka keluar dari kamar Al, menuju kamar yang sudah ada beberapa peralatan bayi dan pakaian yang belum disusun. Dengan girang Billa antusias membuka plastik-plastik.

"Mommy, ini baju adik bayinya aku susun di sini ya?" ujar Billa sambil memasukan baju-baju kecil itu ke dalam lemari kecil.

"Iya sayang pelan-pelan," jawab Lexa. Al menghampiri Lexa dan mencium pelipisnya.

"Terima kasih Sayang, sudah menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anak kita," ucap Al memeluk pinggang Lexa dari samping.

"Sama-sama, aku juga berterima kasih karena kamu sudah menjadi suami dan Ayah yang bertanggungjawab untuk keluarga kita." Lexa memeluk Al dan menyenderkan kepalanya di dada bidang Al.

"Ihhhh... Daddy dan Mommy kok malah pelukan bukannya bantuin Billa," omel Billa sambil mengerucutkan bibirnya.

Al dan Lexa saling menatap tersenyum jahil. Mereka mendekati Billa bersama dan menggelitik Billa hingga tawa Billa terdengar sampai di lantai bawah. Esty yang mendengar itu lalu naik ke atas, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Esty berhenti saat melihat kebahagiaan keluarga kecil itu sedang tertawa lepas. Dari ambang pintu Esty tersenyum bahagia.

"Terima kasih Silvi, kamu telah kirimkan Lexa untuk menggantikan posisimu. Tuhan, Engkau sudah mengambil Silvi, Terima kasih, Engkau sudah mengirimkan malaikat pengganti Silvi, yang tulus mencintai dan menyayangi keluargaku ini," kata Esty membatin.

"Mama, sini kita gelitiki Billa rame-rame," ajak Lexa melihat Esty berdiri di ambang Pintu

***

Esty menghampiri Billa yang sedang tertawa terbahak-bahak karena ulah daddy dan mommy-nya itu.

"Macan bantu Billa, Daddy dan Mommy nakal," seru gadis yang sudah beranjak dewasa itu. Esty menghampiri mereka dengan senyum bahagia.

"Aku ikut Mom, Dad, gelitikin Kak Billa," seru lelaki remaja dengan seragam putih abu-abu yang baru saja masuk ke dalam kamar Billa.

"Jangan Iqbal!!! Kamu adik durhaka, bukannya bantuin Kakak justru mau ikutan Mommy dan Daddy," teriak Billa di sela tawanya.

Al dan Lexa menghentikan gelitikannya dari Billa. Billa beranjak dari ranjangnya lalu menghampiri Esty.

"Macan Mommy dan Daddy nakalin Billa terus," adu Billa manja memeluk Esty.

"Siapa suruh kamu bandel. Daddy sudah menawari kamu posisi general manager di kantor masih saja milih mau usaha sendiri," tukas Lexa yang berdiri dari ranjang.

"Tapi Mommy sendiri yang mengajari Billa, agar mandiri," sahut Billa melepas pelukan Esty lalu memeluk manja Lexa.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Kalau kamu tidak mau bekerja di kantor Daddy tidak apa-apa, yang penting kamu harus total jika mau usaha sendiri," wanti-wanti Al kepada Billa.

"Aaahhh... Daddy pengertian banget sama Billa. Terima kasih, Daddy," ucap Billa memeluk Al.

"Mom, ayo kita turun. Sudah laper cacing di dalam perut Iqbal, sudah berteriak minta tolong," sela Iqbal yang memang dia baru saja pulang dari sekolah.

Al tersenyum melihat anak lelakinya kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan. Al mengacak rambut Iqbal lalu merangkulnya keluar dari kamar diikuti Esty, Lexa dan Billa dari belakang. Kini mereka duduk di meja makan. Lexa melayani suami, mertua dan anak-anaknya dengan baik.

"Mom, Dad, besok Iqbal akan ikut olimpiade matematika di Indonesia," ujar Iqbal di sela makannya.

"Wahhh... bagus itu. Besok kita pulang ke Indonesia, sekalian menjenguk Kakek dan Nenek kamu di sana," jawab Al lalu menatap Lexa meminta persetujuan. Lexa tersenyum manis dan mengangguk.

"Yes! Kangen Indonesia. Sudah lama sekali ya Dad, kita tidak pulang ke Indonesia?" ujar Billa yang memang sudah sangat lama mereka tidak pulang ke Indonesia. Al tersenyum melihat keceriaan Billa yang tidak pernah luntur sejak ia kecil.

Ketika mereka sedang makan siang bersama, tiba-tiba terdengar dentingan bel rumah. Lexa ingin beranjak dari tempat duduk berniat untuk membukakan pintu, namun di cegah oleh Billa.

"Biar Billa saja, Mom." Billa segera bangkit dari duduknya dan berjalan untuk membukakan pintu.

Sudah beberapa menit Billa tak kunjung kembali ke meja makan.

"Iqbal, tolong lihat Kakak kamu di depan. Sedang menerima tamu siapa dia?" perintah Al lembut kepada anak lelakinya itu.

"Siap, Dad!" jawab Iqbal, lalu pergi untuk ke ruang tamu.

Iqbal mengendap-endap mengintip dari balik tembok. Iqbal terkekeh melihat Billa duduk dengan wajah malu-malu dan pipi bulshing. Iqbal kembali ke ruang makan dengan senyuman penuh arti, membuat semua orang yang menunggu di meja makan bingung atas sikap Iqbal itu.

"Tamu siapa, Babby Boy?" tanya Esty yang tidak sabar ingin tahu apa yang membuat Iqbal tersenyum tidak jelas itu.

"Ada Kak Reza, Macan. Kak Billa sedang malu-malu kucing," jawab Iqbal lalu terkekeh mengingat wajah Billa yang sedang tersipu malu dan pipi chubby-nya memerah.

"Oh... pacarnya, Kak Billa," sahut Lexa santai. Al beranjak dari duduknya. "Daddy, mau ke mana?" tanya Lexa menahan pergelangan tangan Al.

"Mau ngawasin orang yang sedang kasmaran. Bahaya jika dibiarkan hanya berduaan," jawab Al sambil mengambil koran.

Lexa tersenyum sambil menggelengkan kepala. Sudah kebiasaan Al, menjadi seorang Ayah yang over protektif dan selalu menjaga keluarganya dengan ketat. Al berjalan melewati ruang tamu lalu dengan tak acuh, dia duduk di salah satu kursi, yang tampak jelas bisa mengawasi Billa. Al duduk lalu membuka korannya mengangkat kaki kanannya untuk bertumpu di kaki kirinya, dan sesekali dari balik kacamata baca dia mengitai Billa.

"Isshh... Deddy apa-apaan sih. Kenapa selalu begitu," gerutu Billa pelan agar tak terdengar oleh Reza.

Sudah hal biasa bagi Reza setiap dia datang untuk ampel Al selalu mengawasinya seperti itu.

"Om, apa kabar?" sapa Reza basa-basi.

"Baik," jawab Al dingin.

Al sengaja stay cool di depan semua teman lelaki Billa. Dia selalu memasang wajah datar dan garangnya. Al tidak ingin Billa jatuh ketangan lelaki yang tidak tepat untuknya. Hanya Reza, lelaki yang kebal menghadapi sikap Al yang seperti itu. Sudah berulang kali Al mengusirnya saat Billa tidak ada di rumah, tapi Reza tidak menyerah untuk mendekati Billa. Lexa berjalan mengantar minum untuk Al, Billa dan Reza.

"Ini diminum dulu," titah Lexa sambil menurunkan gelas di atas meja.

"Terima kasih, Mom," ucap Billa dibalas senyum oleh Lexa.

"Terima kasih, Tante," timpal Reza sopan.

"Iya sama-sama. Ayo diminum," perintah Lexa ramah. Lexa melirik Al yang pura-pura sibuk dengan korannya.

"Mom, Billa mau keluar dengan Reza untuk...."

"Mau ke mana?" sahut Al cepat, sebelum Billa menyelesaikan ucapannya.

"Mau ke acara ulang tahun teman Daddy...," rengekan manja Billa.

"Jam 9 malam harus sudah sampai di rumah!" ucap Al datar, masih sibuk dengan korannya.

"Aaah, Daddy tapi...," ucap manja Billa yang berniat untuk menawar.

"Tidak ada tawar menawar dan bantahan!" potong Al yang terdengar serius.

"Mommy...," rengek Billa meminta bantuan Lexa.

"Turuti saja daddy-mu, jika sudah seperti itu, Mommy tidak berani membantah," nasihat Lexa cepat, sambil mengelus pipi Billa lembut.

"Nak Reza, pulangkan Billa tepat waktu ya? Sebelum singa jantan mengamuk, lalu menerkam kamu hidup-hidup," cerca Lexa sambil menekan disetiap katanya dengan melirik Al.

Billa dan Reza terkekeh atas perkataan Lexa itu. Al menatap Lexa tajam, namun bukannya takut Lexa justru menjulurkan lidahnya ke arah Al.

Al mati-matian menahan senyumnya melihat tingkah istri yang tidak bisa membuat Al marah, dia harus tetap stay cool di depan calon menantunya itu. Al menutup korannya lalu pergi masuk ke dalam rumah.

"Mommy, pasti Daddy hatinya dongkol tuh!" ujar Billa lalu melepas tawanya.

"Iya. Sudah sana, katanya mau pergi. Hati-hati dan ingat waktu ya?" pesan Lexa.

"Iiihh... merasa jadi cinderella yang dikejar waktu," gerutu Billa sebelum berdiri dari duduknya.

"Jangan bicara seperti itu Sayang, Om Al ada benarnya. Dia cuma mau lindungi kamu," sahut Reza bijak.

"Iya, ya... kamu tuh lama-lama bawel seperti Daddy," jawab Billa sambil berjalan masuk kedalam untuk bersiap-siap. Lexa menemani Reza yang menunggu Billa sambil mengobrol kecil.

Setelah Billa sudah pergi keluar dengan Reza, Lexa masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Al. Ternyata Al, Esty dan Iqbal sedang bermain musik di ruang tengah. Al memainkan piano sedangkan Iqbal memetik gitar. Esty melantunkan lagu kenangan diiringi nada yang dihasilkan Al dan Iqbal.

"Wah ada live musik nih, Mommy ikutan dong...," ujar Lexa menghampiri suami, anak lelakinya dan mertuanya itu.

"Sini Mom, kita bernyanyi bersama," ajak Iqbal ceria.

Lexa menghampiri Al lalu duduk di samping Al. Lexa mengikuti jari-jari Al yang mulai mendentingkan nada. Iqbal mengikuti nada yang dihasilkan oleh Al dan Lexa hingga menjadi musik yang selaras. Lexa dan Esty bersahutan melantunkan lagu.

Kemesraan ini ... janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini ... ingin ku kenang s'lalu
Hatiku damai ... jiwa ku tentram di sampingmu
Hatiku damai ... jiwa ku tentram bersamamu

Begitulah penggalan lirik yang mereka dendangkan. Hingga malam pun tiba, Al sudah menunggu Billa di teras rumah.

"Daddy, sudahlah jangan terlalu begitu. Mommy yakin sebentar lagi Billa pulang. Belum juga ada jam 9," ujar Lexa yang sedari tadi duduk melihat suaminya mondar-mandir tidak tenang.

Lexa berdiri, lalu memeluk Al dari belakang. Memberi ketenangan untuk suaminya itu.

"Masuk yuk Dad, semakin dingin," ajak Lexa manja membuat Al merinding.

Al membalikan badannya lalu tersenyum manis kepada Lexa. Al merangkul Lexa masuk ke dalam rumah. Setelah mereka masuk kevdalam kamar, Al mengunci pintu lalu memeluk Lexa dari belakang.

"I love you, Mom," ucap Al lalu menciumi tengkuk Lexa membuat aliran listrik dalam tubuh Lexa bergejolak.

"I love you more, Dad," jawab Lexa yang sudah memejamkan mata menikmati lembutnya sentuhan bibir Al.

Tidak ada kata tua dan muda untuk melakukan hal itu. Kesabaran, pengorbanan dan penantian akan menghasilkan sesuatu yang lebih indah dari apa yang kita bayangkan. Cinta datang dari mana pun tanpa mengenal arah, tempat, waktu dan lain sebagainya. Karena cinta raja dapat menjadi budak dan sebaliknya karena cinta pula yang budak bisa menjadi raja. Cinta dapat menjungkirbalikan kehidupan kita. Bersyukurlah karena kita masih dianugerahi cinta dari Tuhan. Tebarkan benih cinta agar kamu dicintai banyak orang.

"Salam cinta dari Al-Lexa"

#############END###########

Ahhhhhhh akhirnya selesai juga cerita ini. Tidak ada extra dan lain sebagainya ya? Ini udah berakhir. Pentok cerita ini sampai disini. Maaf jika kurang memuaskan atau mungkin mengecewakan. Aku masih belajar dan masih harus banyak lagi berlatih untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.

Terimakasih untuk support, komen dan vote dari kalian. Semua yang kalian lakukan untuk ku selama ini sangat berarti.

Love you all
Muaaaahhhhh
Cium jauh dari aku

Rex_delmora

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top