9. Sori
Waktunya sekolah.
Setidaknya, itulah yang kau pikirkan.
Dunia ini memang rumit. Ketika kau sekolah, kau sangat berharap agar sekolah libur. Begitu kau mendapat liburan, justru kau merasa ingin segera sekolah.
Terus maumu apa?! //plak
Gempa melarangmu untuk pergi ke sekolah hari ini karena belum pulih sepenuhnya, yang tentu saja hal yang sangat kau sukai, karena dengan begitu kau bisa memiliki lebih banyak waktu di rumah.
Setelah mengirim pesan pada ketua kelas, kau beranjak dari kamar dan turun ke lantai bawah. Rumah sangat sepi, mengingat saudara-saudaramu yang lain pergi ke sekolah.
Biasanya, Gempa akan di rumah untuk merawatmu, tapi tugasnya di kampus tidak bisa diabaikan juga. Jadi pagi tadi, dengan paksa kau mendorong kakak ketigamu untuk pergi dengan Halilintar dan Taufan ke kampus.
Pada akhirnya, satu-satunya yang di rumah hanya dirimu seorang.
Oh, ini adalah hal yang paling membahagiakan bagi manusia ras terkuat, yaitu kaum home alone!!
Dengan santai kau menuju dapur, berniat mencari cemilan di kulkas, namun langkahmu terhenti ketika mendengar suara bel pintu.
Pada akhirnya, kau memutar arah dari dapur ke ruang tamu. Begitu pintu terbuka, kau mendapati seseorang yang tak pernah kau sangka akan ada di depanmu.
" ... Paman Sori?"
Sori―yang hendak menekan bel rumah sekali lagi―menoleh begitu mendengar suaramu. Pria muda itu melambai setelah melihatmu berdiri terdiam di balik pintu. "Yo, [Name]-chan~"
Kau bergegas memeluknya dan menatap Sori dengan mata berbinar. "Wah! Kapan paman pulang dari Jepang?"
"Baru saja aku dari bandara," jawab Sori seraya memasuki rumah. Tangannya bergerak mencubit pipimu dengan gemas. "Salah siapa yang membuatku khawatir setelah mendengar keponakanku kecelakaan?"
"Ugh, bukan salahku. Siapa juga yang mau dapat musibah kek gitu?" balasmu merajuk kesal karena ulah pamanmu.
"Haha, tapi yah, syukurlah kamu baik-baik saja." Sori menghela nafas pasrah. "Jika tidak, aku gak tau harus berkata apa pada ibumu."
" ... Kenapa jadi runyam gini? Paman! Mana oleh-olehnya?" Merasakan situasi yang tidak nyaman, kau memutuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Mendengar itu, Sori tersentak kaget dan menepuk kening. "Oh, hampir lupa! Sini! Ada di koper."
Dua koper besar ditarik ke ruang tamu. Kau membantu membawa salah satunya dan mengangkatnya ke lantai atas. "Berapa lama paman di sini?"
"Hmm ... Mungkin sekitar tiga hari. Habis ini aku lanjut ke Singapura."
"Eh? Kok sebentar sekali?" protesmu tidak senang. Bulan lalu, pamanmu tinggal selama seminggu. Sekarang hanya tiga hari. Tentu saja kau tidak senang karenanya.
Sori menepuk pelan kepalamu. "Kalo 'gitu, mau ikut ke luar negeri?"
"Gak. Malas." Tanpa berpikir kau langsung menjawabnya. Sori tertawa mendengar jawaban singkatmu. "Sejak kapan kemalasan Ice menyebar?"
"Sejak negara api menyerang."
Tawa Sori semakin keras.
Ada kamar tamu yang disediakan khusus jika pamanmu berkunjung. Kau mengambil kunci kamar di laci meja milik Gempa, lalu membuka pintu kayu polos yang tampak kontras dengan pintu kamar lain yang memiliki cat warna untuk mewakili kepemilikan.
"Ck ck, sudah kubilang, pintu ini harus dicat juga. Kalo dibiarkan, pintu ini kayak beda alam gitu," tegur Sori sambil geleng-geleng kepala.
"Males yang nge-cat. Lagian juga mau pakai warna apa?" balasmu menggerutu.
Sori berpikir sejenak sebelum menjawab, "Warna polkadot."
" ... Squidward merasuki paman."
"Hei! Aku serius!"
Kau mengabaikan pamanmu dan melenggang memasuki kamar. Sori mengikuti di belakang. Melihat kamar tidur yang bersih, Sori bersiul kagum. "Kalian selalu bersih-bersih, ya?"
"Ya, 'tiap hari Minggu." Kau menarik koper besar ke samping lemari, membuka jendela untuk sirkulasi udara, kemudian dengan semangat berkata, "Ayo, Paman! Cepat! Oleh-olehnya!"
"Oke, oke, tenang saja. Ada banyak kok. Lagian cuma kamu di sini, jadi gak bakal ada yang rebut." Sori meletakkan koper lainnya, lalu membuka resleting. Terlihat beraneka snack makanan dengan tulisan Jepang di dalamnya.
"Yey!" Kau segera mengambil snack Jepang kesukaanmu dan memeluknya seolah-olah makanan itu adalah harta karun berharga. "Arigatou, Oji-san!"
" ... Idih, wibu!"
Buk!
Kau pun menghajar Sori tanpa belas kasihan.
•••
Fakta delapan bersaudara:
Taufan dan [Name] adalah wib―uhuk, maksudku mereka itu anime lovers :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top