TIGA-MY DAUGHTER

Tiga

Setiap anak kecil pada dasarnya sangat polos dan menggemaskan, jika suatu saat dia berubah maka ada suatu hal yang membuatnya berubah.

Seperti Risha, anak yang ceria berubah menjadi ketus dan judes karena dipisahkan dengan papanya. Dipisahkan dari orang yang sangat Risha sayangi dan juga ditambah dengan mamanya yang sering menegurnya karena bertindak sesuka hati. Risha menjadi pemberontak dan selalu memancing amarah mamanya disetiap kesempatan.

"Risha maunya jamur," ucap Risha untuk kesekian kalinya, membuat Ara sangat kesal.

"Risha, sekarang makan apa yang ada. Jangan cari yang nggak ada," tegur Ara, dia sudah lelah menghadapi Risha yang banyak mau, tidak seperti biasanya. Risha melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap wajah mamanya. Tidak ada takut sedikitpun dari raut wajahnya.

"Risha nggak mau makan kalau bukan sama jamur," kekeh Risha, dia tetap ingin makan jamur, bukan yang lain.

"Risha, sekarang makan ayam aja ya, atau mau sosis?" tawar Fauzan, tetapi Risha tetap menggeleng.

"Nanti kamu sakit, loh,"

"Risha diet," jawab Risha polos. Sampai Fauzan terkekeh mendengarnya, anaknya ini kan masih kecil tetapi sudah tau apa itu diet.

"Jangan diet, kamu kan udah kecil," Risha memandang Fauzan dengan pandangan sebal, tidak suka dibilang 'kecil', papanya saja selalu bilang Risha udah besar.

"Kamu banyak maunya," celutuk Sima, dia sudah kesal karena tidak jadi makan, padahal dia udah lapar.

"Biarin,wlee,"

"Risha,"

"Yaudah, papa beli dulu jamurnya," ucap Fauzan membuat Risha tersenyum, Fauzan bahagia karena bisa membuat Risha tersenyum.

"Mas, udahlah nggak usah diturutin. Nanti kebiasaan," cegah Ara ketika Fauzan bangkit dari kursi. Fauzan menatap istrinya sebentar kemudian beralih ke Risha yang sedang mengejek Sima.

"Nggak papa, yang penting Risha mau makan," balas Fauzan.

"Atau kamu suruh anak buah kamu aja, jangan kamu langsung," tawar Ara.

"Nggak papa, aku mau beliin sendiri untuk Risha,"

"Oke,"

Setelah Fauzan pergi, Ara menatap Risha yang sedang mengejek Sima. Ara merasa tidak enak karena Risha selalu merepotkan Fauzan, berbeda dengan Sima yang sudah lama tinggal dengan Fauzan.

"Sima, makan dulu, Nak," ajak Ara, karena dia tau kalau Sima sudah lapar.

"Iya, Ma," Sima menerima piring yang disodorkan Ara dengan semangat dan langsung makan dengan lahap.

"Risha mau kemana?" tanya Ara ketika melihat Risha akan turun dari kursi, bukannya duduk tenang malah mau pergi-pergi.

"Mau nonton," jawab Risha santai kemudian langsung melenggang ke ruang keluarga. Ara menggeleng melihat kelakuan Risha.

🐇🐇🐇

"Risha," panggil Fauzan kemudian duduk di sebelah Risha yang asik menonton televisi. Sebelah tangan Fauzan memegang piring dan sebelahnya lagi memegang gelas.

"Risha," panggil Fauzan lagi sambil meletakkan gelas di meja.

"Ya,"

"Makan dulu ya," Risha langsung menoleh, tangannya berniat mengambil piring yang dipegang Fauzan. Tetapi sebelum piring itu disentuh oleh Risha, Fauzan langsung menjauhkannya dari jangkauan Risha.

"Papa suapin," ucap Fauzan.

"Nggak mau," tolak Risha kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya, berusaha menghalangi suapan Fauzan masuk ke dalam mulutnya.

"Harus mau," goda Fauzan.

"Nggak," Risha langsung lari, tetapi ditahan oleh Ara yang baru datang.

"Cepat makan," suruh Ara.

" Risha,"

"Papa udah beliin jamur untuk kamu, tapi kamu malah nggak mau makan. Kok Risha sekarang gini," ujar Ara, mencoba membujuk Risha. Dan benar saja, Risha langsung menatap Fauzan yang juga menatapnya.

"Makan ya," ucap Fauzan yang diangguki Risha, Fauzan langsung menyuapi Risha dengan senang hati.

Setelah Risha menghabiskan makanannya tanpa protes, giliran Sima yang protes pada Fauzan karena yang disuapin hanya Risha, bukan dirinya.

"Papaaa," rengek Sima untuk kesekian kalinya, tetapi Fauzan hanya mengelus kepala Sima tanpa berniat bicara.

Ara yang tau apa yang sedang dipikirkan suaminya langsung menghibur Sima, dan menjauhkan Sima dari Fauzan.

"Nggak papa sayang, tadi kan Risha lagi ngambek, makanya disuapin sama papa." ucap Ara, Sima memandang papanya yang masih diam.

"Papa nggak sayang sama Sima lagi ya, Ma," ucap Sima dengan lirih, mukanya sudah memerah menahan tangis. Risha yang menyadari Sima akan menangis langsung mengejek Sima.

"Cengeng, bentar-bentar nangis. Cupu," ejek Risha sambil menyodorkan jempolnya dengan terbalik.

"Risha,"

"ARA,"

Ara yang menyentak Risha langsung dibalas Fauzan, Fauzan tidak suka kalau Risha disentak seperti itu. Fauzan yang sadar telah membentak Ara, langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Dia hampir hilang kendali.

Sima langsung menangis mendengar bentakan papanya, meskipun bukan dirinya yang dibentak tetapi Sima tetap terkejut. Sedangkan Risha tetap fokus menonton film kartun, tidak peduli dengan sekitarnya yang sedang tegang.

"Ke kamar yuk," ajak Ara pada Sima, Sima mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Risha gimana, Ma?" tanya Risha yang sadar akan ditinggal, dia tidak tau apapun di rumah ini. Kecuali dapur sama ruang keluarga.

"Risha sama Papa," jawab Fauzan, Risha langsung tersenyum lebar mendengar itu.

"Om antar Risha pulang, ya?" tanya Risha dengan semangat. Fauzan menggeleng membuat Risha langsung melipat kedua tangannya di depan dada.

"Risha sama papa Fauzan," jawab Fauzan.

"Papaaaa," rengek Sima, tidak terima karena papanya lebih memilih bersama Risha.

"Kamu sama Mama," ucap Fauzan membuat Sima manyun.

"Ayok Sima," Sima mengikuti Ara menuju kamarnya, membiarkan papanya bersama Risha. Dia masih takut dengan Fauzan karena bentakan tadi, sehingga tidak berani membantah Fauzan.

"Risha, sekarang kamu tinggal di sini, sama papa Fauzan, Mama Ara, sama Sima juga. Sekarang ini rumah kamu," ucap Fauzan, Risha menatap Fauzan dengan pandangan lempeng, seakan tidak peduli dengan ucapan Fauzan.

"Nggak mau, Risha nggak mau ninggalin Papa," jawab Risha, suaranya sudah tidak senyolot tadi, bahkan suaranya seperti orang yang sedih. Fauzan merasa bersalah karena telah membuat Risha sedih, tapi ini sudah jadi keputusannya dan dia tidak akan mundur. Fauzan tidak ingin kehilangan Risha untuk kedua kalinya.

"Risha, Papa Fauzan juga sayang sama Risha. Jangan gini sayang," ucap Fauzan sambil memeluk Risha, membiarkan Risha menangis di pelukannya. Fauzan sakit melihat Risha menangis, tetapi Fauzan sudah bertekad tidak akan membuat Risha menangis lagi.

"Papa gimana?" tanya Risha, wajahnya masih dibasahi air mata. Dengan lembut Fauzan menghapus air mata putrinya.

"Nggak gimana-gimana sayang, Papa Juna pasti juga kangen sama Risha." Fauzan bingung harus menjelaskan apa pada Risha, tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya.

"Udah ngantuk?" tanya Fauzan karena Risha hanya diam. Risha menggeleng dalam pelukan Fauzan.

"Mau papa bacain cerita?" tawar Fauzan. Senyum Fauzan terbit ketika Risha mengangguk. Dan langsung menggendong Risha ke kamarnya.

"Mau cerita apa?" tanya Fauzan.

"Putri yang cantik kayak Risha," Fauzan terkekeh mendengar ucapan Risha.

"Sini," Fauzan mulai cerita sambil mengelus kepala Risha.

Cklek

Fauzan menoleh ke sumber suara, ternyata Ara yang masuk. Ara duduk di sebelah Risha yang sudah tidur kemudian mengecup dahinya.

"Mas," panggil Ara pelan.

"Ya?"

"Jangan terlalu ngabaikan Sima karena Risha, Mas," ucap Ara, dia sedih mendengar ucapan Sima tadi yang mengatakan kalau Fauzan lebih sayang sama Risha daripada dirinya.

"Aku nggak ngabaikan Sima, aku cuma mau lebih dekat dengan Risha," bantah Fauzan.

"Tapi nggak gitu juga, Mas,"

"Ra, aku nggak mau Risha tetap jauh dari aku. Dan aku bisa egois supaya Risha bahagia hidup dengan aku," Ara diam mendengar ucapan Fauzan, karena Ara tau kalau Fauzan sama saja dengan Juna kalau sudah marah. Mereka akan melakukan apapun.

"Jangan sampai Sima mikir kalau kamu nggak sayang sama dia," setelah mengucapkan itu Ara langsung tidur sambil memeluk Risha, membiarkan Fauzan memikirkan semua ucapannya.

🐇🐇🐇

Hai guys

My daughter update nih.

Gimana part ini?

Jangan lupa voment ya 😍😍

💞 ily

Rabu, 5 Agustus 2020

Revisi: Rabu, 12 Juli 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top