LIMA-MY DAUGHTER

Lima

Setelah mengantar Risha dan Sima ke sekolah, Fauzan langsung menuju ke kantornya. Sebelumnya Fauzan sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari tau apa rencana yang sedang disusun Juna, karena Fauzan yakin Juna tidak akan diam saja ketika Risha dibawa olehnya.

Fauzan keluar dari mobilnya setelah supir pribadinya membukakan pintu untuknya. Pandangan Fauzan langsung berubah menjadi dingin, Fauzan berjalan menuju ruangannya diikuti lima bodyguardnya.

"Suruh Tio menemui saya," ucap Fauzan kemudian masuk ke dalam ruangannya. Kelima bodyguardnya menunggu di depan pintu.

Fauzan membuka kancing jasnya dan langsung duduk.

"Permisi, Tuan,"

"Duduk," perintah Fauzan sambil menatap lurus ke arah depan. Jika di saat seperti ini, maka Fauzan berubah menjadi orang yang dingin, berbeda jika sedang bersama keluarganya.

"Begini Tuan, tidak ada hal mencurigakan pada  Juna. Semuanya sama, setiap hari Juna pergi bekerja seperti biasa," lapor orang suruhan Fauzan. Fauzan diam menderita semua itu, ada yang janggal.

"Baik, saya harap Anda tidak berkhianat," ucap Fauzan membuat Tio sedikit bergetar.

"Baik Tuan, saya permisi," setelah Tio keluar dari ruangan Fauzan, Fauzan langsung menyelesaikan pekerjaannya, dia ingin pulang lebih cepat dan bertemu dengan Risha.

🐇🐇🐇

"Halo cantik," Risha bergidik mendengar ucapan itu, dia melirik orang yang berdiri di samping mejanya.

"Kenapa sih?" tanya Risha langsung, dia terganggu dengan kehadiran murid baru di kelasnya ini.

"Aku mau temenan," ucap anak laki-laki itu sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Tapi aku nggak mau," Risha langsung mengeluarkan kotak makannya dan meletakkannya di atas meja.

"Kata Mama aku, kita nggak boleh sombong," anak laki-laki tadi masih ngotot ingin berteman dengan Risha, seolah penolakan Risha tadi tidak berarti apa-apa.

"Yaudah, nggak usah dekat-dekat sama orang sombong kayak aku. Hush hush," Risha mendorong tangan kecil anak laki-laki tersebut agar menjauh dari tempat duduknya.

Risha langsung memakan bekalnya, tidak peduli pada anak laki-laki yang baru saja diusirnya.

"Kamu temenan sama kami aja," ajak Sima, daritadi Sima memperhatikan Risha yang bersikap tidak sopan.

Risha langsung menoleh ke belakang, mata bulatnya langsung melotot karena anak baru itu berjuang menuju meja Sima dan teman-temannya.

Risha langsung berlari.

"Nggak boleh, dia teman aku. Kamu jangan ambil teman aku lagi dong," ucap Risha sambil memeluk anak laki-laki tadi.

"Tadi kamu nggak mau temenan sama aku," balas anak laki-laki yang dipeluk Risha.

"Mau kok, ayo." Risha langsung menariknya ke arah mejanya.

"Kamu jangan temenan Sima, dia jahat," ucap Risha sambil melotot.

"Iya,"

"Oh iya, nama kamu siapa? Aku Cakra," ucap Cakra pada Risha, Risha menatap malas ke arah Cakra, sebenarnya Risha nggak mau berteman dengan Cakra, tapi dia juga nggak mau kalau Cakra jadi temannya Sima.

"Risha,"

"Kita temenan ya?" Risha mengangguk saja, seolah tak peduli dengan apa yang diucapkan Cakra.

"Kamu makan lagi, gih," suruh Cakra saat menyadari Risha belum memakan makanannya.

"Nggak mau. Nggak enak," jawab Risha lesu, daritadi dia belum makan karena makanan ini tidak sesuai dengan seleranya. Cakra menatap makanan Risha, perasannya tidak ada yang salah dengan makanan itu.

"Emang kenapa?"

"Bukan masakan mama," jawab Risha pelan.

"Yaudah, kamu makan roti aku aja," Cakra langsung mengambil roti yang berada di tasnya.

"Ini," ucap Cakra sambil menyerahkan roti yang dipegangnya. Tanpa ragu Risha mengambilnya.

"Makasih Cakra, kamu baik," Cakra langsung tersenyum malu mendengar pujian Risha.

"Sama-sama Risha,"

🐇🐇🐇

"Kamu nggak main sama mereka?" tanya Cakra ketika melihat Risha duduk sendirian menunggu jemputan, tidak seperti temannya yang lain, asik bermain berbagai macam mainan.

"Nggak ada yang mau main sama aku," jawab Risha, matanya memperhatikan teman-temannya yang asik bermain, dia ingin bergabung. Tetapi Risha tidak ingin main dengan Sima.

"Loh kenapa?" Cakra ikut duduk di samping Risha.

"Aku nggak mau main sama Sima, tapi mereka mau main sama Sima," jawab Risha.

"Kenapa kamu nggak mau main sama Sima?" tanya Cakra penasaran, emang Sima punya salah apa?

"Nggak suka aja, dia nggak bisa bilang R," Cakra mengernyit, emang apa hubungannya?

"Masa karena Sima nggak bisa bilang r  sih." Risha menyengir, sebenarnya bukan itu alasan Risha, tetapi kata papanya jangan cerita hal yang benar ke orang asing, nanti dijahatin.

"Risha," Risha menoleh kemudian cemberut, tidak suka dengan kehadiran Fauzan.

"Sima dimana sayang?" Risha diam saja tanpa berniat menjawab pertanyaan Fauzan.

"I don't know, because I don't care," jawab Risha. Meskipun dia khawatir ucapannya salah.

"Kamu pintar ya, udah bisa bahasa Inggris," ucap Fauzan kemudian mengacak rambut Risha, dan langsung ditepis oleh empunya.

"PAPAAAA," Fauzan menoleh kemudian menyambut Sima dengan pelukan.

"Ayo pulang, papa," ajak Sima saat sudah berada di gendongan Fauzan.

"Ayo, pamit dulu sama temannya. Ayo Risha," ajak Fauzan.

"Dadah Cakla." Cakra membalas lambaian Sima.

"Ayo Risha," ajak Fauzan lagi.

"Risha nunggu di jemput Papa, om duluan aja," suruh Risha, dia yakin pasti papanya akan menjemputnya.

Fauzan menurunkan Sima dari gendongannya dan langsung menggendong Risha.

"NGGAK MAU. CAKRA TOLONG, AKU DICULIK. TOLOOOONG," teriak Risha, membuat banyak pasang mata memperhatikan mereka.

"Risha, Papa nggak mau nyulik kamu sayang," ucap Fauzan menenangkan Risha.

"Om mau nyulik Risha?" tanya Cakra, kasian pada Risha yang terus berteriak.

"Nggak kok, om ini papanya Risha," jawab Fauzan. Sedangkan Cakra mengangguk saja meskipun tidak puas dengan jawaban yang diterimanya.

"Kami duluan ya, ayo Sima,"

"Sima mau digendong Papa," ucap Sima yang tidak terima jika Risha yang digendong papanya.

"Kali ini Risha dulu ya," Fauzan langsung berjalan ke arah mobilnya, diikuti Sima yang manyun.

"Lepas, hiks." Risha menangis karena rindu dengan papanya dan tidak bisa bertemu. Ara dan Fauzan sangat jahat bagi Risha.

"Kamu yang cengeng, bukan aku," cibir Sima, emangnya Risha doang yang bisa gitu. Tetapi Risha tidak memperdulikan ucapan Sima, dia sibuk dengan kerinduannya pada Juna.

"Sima jangan gitu, jalan Pak,"

"Papa belain Lisha terus. Nggak mau bela Sima,"

"Sima bukan gitu," Fauzan yang merasa bajunya semakin basah berhenti membujuk Sima, dia lebih memilih menenangkan Risha.

"Risha, papa nggak jahat, Nak. Papa sayang sama kamu, udah jangan nangis lagi, ya," Risha tidak menjawab dan tetap menangis di pelukan Fauzan, tanpa Risha sadari, dia nyaman dengan pelukan Fauzan.

"Papa,"

"Kenapa?" Sima terdiam mendengar jawaban Fauzan yang terdengar sedikit kesal, Fauzan memang kesal karena dirinya diganggu saat ingin memanjakan Risha.

"Kenapa papa yang jemput? Biasanya Mama," tanya Sima pelan.

"Papa udah janji mau beliin Risha bando," jawab Fauzan, tangannya masih mengusap punggung Risha dengan sayang.

"Sima dibeliin juga kan, Pa?" tanya Sima dengan semangat. Fauzan mengangguk saja, membuat Sima semakin tidak menyukai Risha. Gara-gara Risha, papanya jadi tidak sayang lagi padanya.

Kalau Risha tidak ada, maka papanya akan kembali sayang padanya. Risha harus pergi, itu yang dipikirkan Sima selama perjalanan.

🐇🐇🐇

Hai guys

My daughter update nih.

Gimana part ini?

Jangan lupa voment ya 😍😍

💞 ily

Senin, 10 Agustus 2020

Revisi: Kamis, 13 Juli 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top