Part 9

Hari cepat sekali berlalu hingga tanpa terasa kini sudah saatnya Jasmine kembali mengunjungi rumah Shagun untuk memberinya bimbingan belajar. Kali ini ia sengaja datang lebih awal untuk menghindari Jagat. Ia pikir jika ia datang di sore hari maka Jagat sudah pulang dari kantor lalu jika ia datang di siang hari seperti ini ia akan aman dan tak akan bertemu dengan papi dari murudnya itu.

Begitu mobil Jasmine terlihat, security di rumah Jagat langsung membukakan pintu gerbang tinggi itu hingga ia bisa langsung masuk tanpa harus membunyikan klakson mobil terlebih dahulu.

Seperti biasa, sebelum Jasmine sempat memencel bel pintu rumah, sudah ada satu pelayan yang menyambut kedatangannya di depan pintu.

"Selamat siang, Bu Guru. Kebetulan Nona Shagun baru saja pulang dari sekolah," ucap pelayan itu.

Jasmine hanya tersenyum menanggapinya lalu ia berjalan memasuki rumah bersama pelayan itu.

"Mau langsung ke ruang kerja Tuan besa atau mau tunggu di sini dulu, Bu Guru?"

"Saya tunggu di sini dulu deh."

"Kalau begitu saya panggilkan Non Shagun dulu." Pelayan itu berjalan menuju kamar Shagun.

Jasmine mendudukan dirinya di sofa ruang tengah untuk menunggu Shagun siap belajar.

"Loh, Kak Jasmine kok udah datang jam segini? Ini kan masih siang?" Ucap Shagun seraya berjalan menghampiri Jasmine.

"Iya, nggak pa-pa ya kalau saya datang siang?" ucap Jasmine.

"Ya udah nggak pa-pa."

"Kita mau belajar di sini atau di ruang kerja seperti kemarin?" tanya Jasmine.

"Bagaimana kalau kita belajar di taman saja?"

"Taman? Boleh juga," sahut Jasmine dengan antusias.

"Ayo." Shagun menggandeng tangan Jasmine dan membawanya ke taman.

Sampai di taman Jasmine dan Shagun mendudukan diri mereka di sofa yang terletak di teras.

"Wahh di sini sejuk banget ya. Tanamannya banyak," ucap Jasmine.

"Iya."

"Di rumahku juga banyak tanaman," gumam Jasmine.

"Emangnya Kak Jasmine suka tanaman juga?"

"Iya, lebih tepatnya Papanya Kak Jasmine," ucap Jasmine.

"Nona, ini tasnya." Seorang pelayan menyerahkan tas sekolah milik Shagun pada nona majikannya itu.

"Silakan diminum, Bu Guru, Nona." Pelayan lain lagi datang membawakan minuman dan camilan untuk Jasmine dan Shagun.

"Terima kasih," ucap Jasmine.

Dua pelayan itu berjalan pergi setelah menyelesaikan tugas mereka.

"Shagun sayang, di rumah kamu ini ada berapa banyak pelayan emang?" tanya Jasmine karena ia heran setiap saat datang ke rumah ini ia melihat wajah pelayan yang berbeda-beda.

"Ada dua puluh lima orang termasuk security."

"Waahh ... banyak juga ya," gumam Jasmine.

"Memang di rumah Kak Jasmine ada berapa pelayan?" kini giliran Shagun yang bertanya.

"Emm ... nggak banyak kok. Cuma ada Bik Lastri asisten kepercayaan kami sekeluarga dan ada juga tiga pelayan lainnya yang buat bersih-bersih rumah," sahut Jasmine.

"Ya udah sekarang ayo kita mulai belajarnya," ucap Jasmine.

"Iya."

Jasmine mulai memberi bimbingan belajar Shagun.

Di lain tempat Jagat uring-uringan setelah mendapat telpon dari rumahnya kalau guru les Shagun sudah datang siang ini.

"Adrian, kamu handle semuanya, saya buru-buru mau pulang." Jagat mengendorkan dasinya seraya berjalan tergesa meninggalkan ruangannya.

"Joana, cepat hubungi supir untuk menunggu saya di depan." Ucap Jagat seraya berjalan melalui meja Joana.

"Baik, Pak," sahut Joana.

"Ada apa dengan Pak Jagat?" tanya Joana pada Adrian yang baru saja keluar dari ruang kerja atasannya itu.

"Aku juga nggak tahu," sahut Adrian.

***

Dengan cemas Jagat duduk di dalam mobilnya. Ia merasa tak sabar seakan jarak antara rumah dan kantornya teramat sangat jauh.

"Cepat kemudikan mobilnya. Saya harus segera sampai rumah!" seru Jagat.

"Ba-baik, Tuan," sahut supir. Sesuai intruksi dari majikannya itu, ia langsung menambah kecepatan mobilnya.

Tak lama kemudian mobil berhenti, Jagat langsung berjalan tergesa menuju ruang kerjanya. Sampai di ruang kerjanya ia terheran karena tak mendapati keberadaan Shagun dan Jasmine. Ia pun kembali menutup pintu ruang kerjanya.

"Tuan, Anda mencari Nona Shagun dan Bu Guru?" tanya seorang pelayan pada Jagat.

"Iya, di mana mereka?"

"Mereka ada di teras, Tuan," sahut pelayan.

"Baiklah."

"Tuan, apa Anda ingin dibuatkan sesuatu?" tanya pelayan mencegah Jagat pergi.

"Buatkan saya minuman dingin saja." Sahut Jagat setelah itu ia berjalan menuju teras.

Jagat menormalkan nafasnya sebelum ia mencapai teras. Ia pun juga membenahi pakaiannya terlebih dulu agar perempuan yang ingin ia temui itu tak ilfil padanya. Setelah ia rasa tak berantakan barulah ia kembali melangkahkan kakinya menghampiri Jasmine dan Shagun.

Dari jauh ia sudah mendengar percakapan antara Shagun dengan Jasmine. Mendadak Jagat tersenyum, ternyata putrinya itu sudah sangat nyaman dengan Jasmine. Jika Shagun sudah nyaman dengan Jasmine maka tentu saja ia tak perlu mendekatkan mereka berdua jika ia benar-benar menginginkan Jasmine untuk menjadi maminya Shagun.

"Shagun." Jagat tak tahu harus berkata apa saat tiba di teras belakang, untuk itulah ia memanggil nama putrinya.

"Papi!" seru Shagun dengan nada cerianya. "Papi sudah pulang?"

"Iya, kan kemarin Papi udah ngomong sama kamu kalau siang ini kita akan makan siang bersama," bual Jagat. Ia mendudukan tubuhnya di samping tempat duduk Shagun.

Shagun tampak sedikit berpikir dan mengingat-ingat. "Kapan Papi ngomong begitu sama aku?" tanya Shagun.

"Kemarin, Sayang ... kamu pasti lupa. Ya udah, kamu lanjutkan saja belajarnya."

"Iya, Papi."

Kali ini Jasmine sengaja tak menyapa Jagat dengan senyumannya karena ia masih takut dengan pemikirannya sendiri jika papi dari murid lesnya ini adalah pria mata keranjang yang mesum.

"Amit-amit," gumam Jasmine selirih mungkin.

"Bu Jasmine, Anda mengucapkan sesuatu?" tanya Jagat.

"Tidak, Pak," sahut Jasmine dengan senyuman yang ia paksakan.

"Shagun, ayo kita mulai lagi belajarnya," ucap Jasmine.

"Iya," sahut Shagun.

"Pak Jagat, apa bisa Anda meninggalkan kami berdua saja di sini?" ucap Jasmine dengan wajah seriusnya.

Jagat gelagapan mendengar permintaan Jasmine. Bagaimana mungkin ia meninggalkan tempat ini sedangkan ia saja sudah dengan susah payah ingin segera sampai di rumahnya hanya untuk bertemu dengan Jasmine.

"Permisi, Tuan, ini minuman Anda." Seorang pelayan menyuguhkan minuman Jagat di atas meja setelah itu ia langsung pergi.

"Minuman saya ada di sini. Boleh saya menghabiskan minuman saya ini dulu? Setelah itu saya akan pergi. Saya janji tidak akan mengganggu kalian belajar," ucap Jagat.

"Baiklah," sahut Jasmine.

Jasmine memulai mengajari Shagun dengan terus mencoba tak menghiraukan keberadaan Jagat yang diam-diam memandang ke arahnya. Tanpa ia menoleh pun ia juga sudah tahu jika saat ini papi dari murid lesnya ini tengah menatap ke arahnya.

Berulang kali Jasmine menghela nafasnya untuk mencoba menguatkan dirinya agar lebih sabar lagi menghadapi Jagat.

'Sebenarnya maminya Shagun di mana sih? Aku harus ketemu sama maminya Shagun nih. Aku akan minta maminya Shagun buat nungguin Shagun kalau lagi les privat sama aku gini biar suaminya nggak jelalatan lagi yang lihatin aku sampai ngiler kayak gitu. Emang dasarnya aku cantik dan seksi sih, tapi gila aja aku sampai mau sama suami orang kayak dia gitu. Dasar buaya!' seru Jasmine dalam hati. Tak sadar ia sampai mematahkan pensil yang ia pegang.

Jagat yang sedari tadi memang sedang memperhatiakn Jasmine mendadak terkejut saat tiba-tiba pensil yang dipegang Jasmine patah menjadi dua bagian.

"Bu Jasmine, Anda baik-baik saja?" tanya Jagat.

"Ha? Apa?" gumam Jasmine yang masih belum sadar jika ia sudah mematahkan pensil yang ia pegang.

"Pensilnya ... patah," ucap Jagat.

"Ha?!" Jasmine menunduk untuk melihat pensil yang ada di tangannya. Ia pun seketika menjadi terkejut saat ia melihat pensil yang ia genggam terbelah menjadi dua bagian.

"Loh kok bisa?" gumam Jasmine seraya mendelik ke arah pensilnya.

"Apa Anda atlit karate, Bu Jasmine?"

"Bu-bukan ... saya hanya tidak sengaja mematahkan pensil ini. Maaf," ucap Jasmine dengan senyum masamnya.

"Anda tidak perlu meminta maaf pada saya, Bu Jasmine. Itukan pensil milik Anda sendiri. Kalau pensil milik saya Anda patahkan dengan seperti itu mudahnya entah bagaimana masa depan saya kelak karena orangtua saya masih ingin cucu laki-laki," gumam Jagat sedikit melantur untuk itulah dibagian ia berbicara melantur ia lirihkan nada suaranya agar Jasmine dan Shagun tak mendengarnya dengan jelas.

"Maaf, apa Anda mengatakan sesuatu?" tanya Jasmine.

"Tidak," sahut Jagat cepat.

Jasmine memutar bola matanya malas, ia lalu kembali memfokuskan dirinya kepada pelajaran Shagun.

Satu jam sudah berlalu, Jasmine menolehkan kepalanya ke arah Jagat dan gelas minuman pria itu di atas meja. Ia mengerutkan keningnya karena sampai sekarang minuman dingin itu masih tersisa lebih dari setengah hingga gelasnya mengembun di luarnya dan airnya pun merembes membasahi kain di atas meja.

'Itu memang sengaja nggak diminum atau nggak doyan sama esnya sih? kenapa dari tadi masih utuh aja? Heran deh aku sama dia. Jadi nih orang maunya apa coba?! Aku aduin sama istrinya kapok dia ntar malam nggak dikelonin.' Ucap Jasmine dalam hati seraya melihat ke arah minuman dingin Jagat.

"Bu Jasmine mau minuman dingin juga?" tanya Jagat saat ia menyadari bahwa saat ini Jasmine memperhatikan gelas minumannya.

"Ha?! Enggak kok." Jasmine menolehkan pandangannya ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Waktu mengajar saya sudah habis jadi saya harus segera pergi." Jasmine memberesi buku-bukunya dan memasukkan bukunya ke dalam tasnya.

"Shagun, kamu juga beresin buku-buku kamu ya. Jangan terlalu malas dengan menyuruh pelayan untuk mengemasi barang-barang pribadi kamu, Sayang. Kamu mengerti maksud Kak Jasmine kan?" ucap Jasmine pada Shagun.

"Iya, Kak. Mulai sekarang aku akan belajar mandiri supaya bisa jadi kayak Kak Jasmine," sahut Shagun.

"Ya sudah kalau gitu Kak Jasmine pergi dulu ya. Sampai ketemu minggu depan," ucap Jasmine

Tepat saat Jasmine berdiri, pelayan datang.

"Tuan, makan siang sudah siap."

"Baiklah," sahut Jagat. Setelah itu pelayan pun pergi dari hadapan Jagat.

"Bu Jasmine, bagaimana kalau Anda makan siang dulu bersama kami?" tawar Jagat.

"Maaf tapi saya harus segera pergi. Saya masih banyak urusan lain," tolak Jasmine secara halus dan dengan sedikit senyuman.

"Wah sayang sekali ya," ucap Jagat.

"Kak Jasmine, ayo dong ikut makan siang sama aku dan Papi. Biar makan siang kami nggak sepi kayak biasanya," ucap Shagun dengan tatapan penuh permohonan.

Jagat tentu saja langsung girang dalam hati saat mendengar permohonan putrinya kepada guru lesnya itu.

"Tapi Kak Jasmine masih banyak urusan, Shagun sayang," sahut Jasmine.

'Sayang? Andai saja panggilan itu juga Bu Jasmine sematkan untukku,' gumam Jagat dalam hati.

"Ayolahh, Kak Jasmine ...," rengek Shagun. Sekarang ini ia bahkan sudah menggelayuti tangan Jasmine agar Jasmine menyetujui permintaannya.

Jasmine berpikir sejenak karena ia merasa tak tega melihat wajah Shagun yang memohon seperti ini.

"Baiklah," sahut Jasmine pada akhirnya setelah beberapa saat ia menimbang-nimbang keputusannya.

"Yeee!!" Shagun meloncat-loncat sangking girangnya.

Jika tak sedang tetap menjaga image pasti saat ini Jagat juga akan meloncat kegirangan seperti halnya Shagun.

***

Bersambung

Semarang, 30 September 2021

Silvia Dhaka

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top