Part 8
Tersedia pdf.
1. Menjadi Wanita Kedua ---------- 40 k
2. Menjemput Cinta ------------- 40 k
3. Merajut Cinta Halal ----------- 40 k
4. Unwanted Married ------------ 45 k
5. Tenggelam Cinta Masa Lalu ------ 45 k
6. Sang Ratu ----------------- 45 k
Setiap pembelian 3 judul pdf, akan mendapatkan potongan harga 20 K.
Minat wa 089668046446
***
Jagat berjalan tergesa memasuki rumahnya setelah ia baru saja turun dari mobilnya. Bahkan sang asisten pribadinya pun juga merasa heran dengan tingkah Jagat.
"Selamat sore, Tuan." Sapa seorang pelayan saat ia sudah berada di dalam rumah.
"Guru lesnya Shagun sudah datang?" tanya Jagat.
"Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Tuan."
"Sudah diberikan minum?"
"Sudah, Tuan."
"Baiklah. Buatkan aku kopi dan antarkan ke ruang kerjaku." Jagat berjalan menuju ruang kerjanya.
Saat akan membuka pintu ruang kerjanya entah mengapa tubuh Jagat menegang dan jantungnya pun mulai berdetak tak beraturan hingga keringat dingin mulai keluar di wajahnya.
Jagat membuka pintunya perlahan. Tepat saat ia membuka pintunya, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Jasmine. Ia terdiam mematung selama beberapa saat hingga ia melihat senyuman indah dari bibir perempuan yang sejak kemarin telah membayanginya hingga mengganggu konsentrasinya.
"Selamat sore, Pak Jagat," sapa Jasmine setelah ia merasa aneh dengan sikap Jagat.
"Papi!" Shagun berlari memeluk kaki Jagat.
"Shagun, kembalilah belajar, Nak."
"Ayo Papi, aku akan memperlihatkan pada Papi kalau aku bisa mengerjakan tugasku sendiri dan setelah dikoreksi Kak Jasmine, semua pekerjaanku benar semua," ucap Shagun. Ia menarik tangan Jagat dan mengajaknya duduk di sampingnya. Ia menunjukan bukunya pada Jagat.
Jagat melihat buku Shagun dengan sesekali melirik ke arah Jasmine yang juga tengah memperhatikan Shagun seraya tersenyum.
"Papi, tunggulah di sini. Aku akan menyelesaikan belajarku dengan baik," ucap Shagun.
"Tapi bagaimana jika Papi di sini malah mengganggu belajarmu?" tanya Jagat.
"Tidak apa jika Anda ingin tetap di sini asalkan Anda tetap diam saat saya mengajari Shagun," ucap Jasmine.
"Iya, baiklah. Saya akan menunggu di sini," ucap Jagat.
"Tuan, ini kopi Anda." Seorang pelayan datang untuk menyuguhkan kopi padanya.
"Terima kasih."
Setelah pelayan pergi, Jagat meminum kopinya seraya diam-diam memperhatikan Jasmine.
Karena merasa diperhatikan, Jasmine menolehkan pandangannya ke arah Jagat. Ia tersenyum canggung kepada Jagat. Ia merasa aneh dengan sikap dari papi muridnya ini, meski begitu ia hanya bisa diam.
Dengan dalih ingin menunggui dan memperhatikan Shagun belajar, Jagat sampai tetap duduk di sebelah Shagun hingga bimbingan belajar usai.
"Oke, semua tugas kamu sudah selesai dan waktunya juga sudah habis sekarang saatnya Bu Jasmine pamit," ucap Jasmine pada Shagun.
"Iya, Kak Jasmine."
"Shagun, kamu nggak mau manggil saya dengan sebutan Bu Jasmine?" tanya Jasmine.
"Mengapa aku harus manggil Kakak dengan sebutan Bu Jasmine?"
Shagun menatap Jasmine dengan wajahnya yang terlihat sangat menggemaskan hal itu tentu saja membuat Jasmine tersenyum.
"Saya kan guru kamu, Shagun."
"Cuma guru les bukan guru di sekolah, jadi nggak pa-pa kan?" ucap Shagun.
"Ya udah kalau gitu deh, khusus kamu boleh manggil Kakak. Kakak Jasmine boleh juga kok," ucap Jasmine.
Shagun tersenyum mendengar ucapan Jasmine yang akhirnya membolehkannya memanggil guru les privatnya itu dengan sebutan kakak.
"Pak Jagat, saya pamit pulang dulu karena waktu mengajar saya sudah habis," ucap Jasmine pada Jagat yang sedari tadi terus saja memperhatikannya.
"Iya. Mari saya antar sampai pintu depan," ucap Jagat. Ia berdiri menggiring Jasmine berjalan keluar rumahnya.
Selama perjalanan tak ada pembahasan apapun antara Jagat dan Jasmine hingga tak terasa sampailah mereka di samping mobil Jasmine terparkir. Saat Jasmine akan membuka pintu mobilnya, Jagat lebih dulu membukakan pintu untuk Jasmine.
"Emm ... terima kasih. S-saya pamit pulang dulu, Pak," ucap Jasmine seraya tersenyum canggung. Sikap Jagat yang menurutnya aneh tentu saja membuatnya menjadi sangat canggung dan takut karena bagaimana mungkin ia diperlakukan istimewa oleh pria yang sudah berkeluarga. Ia merasa bahwa papi dari murid lesnya ini begitu berlebihan kepada guru les seperti dirinya ini.
"Iya. Hati-hati di jalan."
Jasmine masuk ke mobilnya setelah itu tanpa basa-basi lagi ia menjalankan mobilnya meninggalkan rumah mewah Jagat.
Sampai mobil Jasmine menghilang dari pandangannya, Jagat masih tetap berdiri di tempatnya.
"Pak, jadi kita kembali ke kantor?" tanya seorang pria perjas rapi yang baru saja datang menghampiri Jagat hingga membuyarkan lamunan Jagat.
"Iya." Jagat lalu berjalan masuk ke mobilnya.
"Papi!" seru Shagun yang ternyata telah menyusulnya hingga teras.
Terpaksa Jagat turun dari mobilnya untuk berpamitan pada putri kecilnya itu.
"Shagun sayang, Papi harus kembali ke kantor sebentar. Hanya dua jam setelah itu Papi akan pulang."
"Tapi Papi makan malam di rumah kan?" tanya Shagun sengan wajah memelasnya.
"Tentu saja, Sayang. Kamu tunggu Papi di rumah ya, Papi nggak akan lama," ucap Jagat meyakinkan Shagun.
"Baiklah kalau begitu. Da Papi," ucap Shagun.
"Dada, Sayang." Setelah mencium puncak kepala Shagun, Jagat kembali memasuki mobilnya yang saat ini akan dikemudikan asisten pribadinya.
Mobil pun berjalan dan Shagun kembali memasuki rumah.
***
"Apa-apaan sih tuh orang. Apa jangan-jangan papinya Shagun itu laki-laki mesum yang mata keranjang? Udah punya anak istri kok masih aja ganjen sama perempuan lain," gumam Jasmine seraya melemparkan tubuhnya di atas ranjang.
Pulang dari rumah Shagun, Jasmine memang langsung pulang ke rumah. Jarak rumah Shagun yang cukup jauh telah menyita waktunya sehingga saat ia datang ke rumah Shagun untuk memberikan bimbingan belajar maka ia tak akan datang ke bimbingan belajarnya.
Jasmine dengan mudah meninggalkan bimbingan belajar karena di sana sudah ada Mira yang ia percaya untuk urusan bimbelnya. Segala sesuatu yang terjadi pasti akan cepat sampai di telinganya berkat Mira.
"Aku telpon Mira dulu deh, barang kali aja dia nunggu aku datang ke bimbel." Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya.
"Halo, Mira." Sapa Jasmine saat sambungan telponnya terhubung.
"Halo, Bu Jasmine."
"Mira, saya nggak datang ke bimbel hari ini ya. Tolong kamu handle semuanya ya. Kalau ada tamu yang cari saya bilang aja kalau besok sore saya baru datang."
"Baik, Bu."
"Ya udah, terima kasih."
"Eh tunggu dulu, Buk."
"Iya, ada apa, Mira?" tanya Jasmine yang tak jadi mengakhiri sambungan telponnya.
"Bu Jasmine, saya kok ada merasa aneh sama sikapnya Bu Clara ya?"
"Clara? Ada apa dengan Bu Clara?" tanya Jasmine.
"Kemarin tiba-tiba Bu Clara lari-lari, saya tanya dia nggak jawab. Eh ternyata Bu Clara lari-lari itu gara-gara mau menyambut Shagun dan papinya datang ke sini. Aneh kan, Bu," adu Mira.
"Iya, tapi ngomong-ngomong kenapa Bu Clara sampai lari-lari buat nyambut kedatangan Shagun sama papinya Shagun?"
"Saya juga nggak tahu dengan pasti sih, Bu. Tapi setelah saya pikir-pikir kayaknya Bu Clara itu mau nyambut kedatangan papinya Shagun, bukan Shagunnya," sahut Mira.
"Masa sih?"
"Waktu saya lihat dari tatapannya Bu Clara mungkin aja Bu Clara itu naksir sama papimya Shagun, Bu."
"Masa Bu Clara naksir sama suami orang sih?" gumam Jasmine.
"Yaa sah-sah aja sih, Bu. Apalagi kalau mau merubah nasib jadi orang kaya kan. Saya yakin seratus persen kalau papinya itu pengusaha tajir makanya setelah beberapa kali Bu Clara datang ke rumah Shagun dia langsung naksir sama papinya Shagun. Apalagi wajah papinya Shagun yang tampan di luar batas, udah persis kayak aktor bollywood."
"Udah ah, kamu ini ada-ada aja, Mira. Udah ya, saya tutup telponnya."
"Iya, Bu."
Jasmine meletakkan ponselnya kembali ke atas ranjang. Ia tak menyangka tentang kabar yang baru saja ia dengar dari Mira. Meski ia juga menyadari bahwa Jagat adalah pria sukses, mapan dan sangat tampan, tapi itu tak serta merta menjadi patokan untuk seseorang menambatkan hatinya kan.
"Ya udahlah, terserah mereka aja," gumam Jasmine.
***
Bersambung
My Daughter's Teacher sudah tersedia di aplikasi KBM sampai part 35.
Semarang, 28 September 2021
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top