Part 73
Keesokan paginya setelah diperiksa oleh Dokter, Jasmine sudah diperbolehkan pulang. Jagat membantu Jasmine berkemas, sebenarnya tak ada yang harus dikemas karena Jasmine tak membawa pakaian selain pakaian yang ia pakai saat datang ke rumah sakit, dan pakaian itu pun juga sudah kotor. Di rumah sakit ia memakai pakaian rumah sakit, jadi kemarin ia tak terlalu memusingkan hal itu.
Jasmine ingin meminta tolong Bik Lastri untuk membawakan pakaian ganti untuknya, namun ia tak ingin merepotkan Bik Lastri. Jika ia ingin meminta tolong pada Jagat pun ia sedang tak ingin. Semalam kekasihnya itu sudah membentaknya dengan begitu keras hingga ia syok. Tadi malam sampai detik ini ia masih belum ingin bicara pada Jagat. Bahkan saat tadi pagi ia muntah-muntah pun ia tak ingin melibatkan Jagat, meskipun pada akhirnya Jagat jugalah yang menggendongnya menuju ranjang rumah sakit. Dan Jagat jugalah yang membuatkannya teh hangat.
"Aku udah belikan baju buat kamu pakai pulang. Mungkin sebentar lagi Joana datang." Ucap Jagat saat melihat Jasmine kembali mengambil pakaiannya yang sudah dimasukan ke tas.
Jasmine tak menjawab ucapan Jagat. Ia pikir saat ini ia akan kembali memakai pakaiannya yang kemarin lalu setelah sampai rumah ia bisa mandi dengan air hangat lalu berganti pakaian.
Tok tok tok.
"Permisi." Pintu kamar terbuka, dan munculah Joana di ambang pintu.
"Joana, kamu sudah datang. Bawa sini pakaiannya."
"Baik, Pak." Joana menyerahkan paperbag pada Jasmine.
"Terima kasih." Setelah mengucapkan terima kasih kepada Joana, Jasmine langsung berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
"Joana, kamu urus pembayarannya dulu, setelah itu kamu bisa berangkat ke kantor," ucap Jagat.
"Baik, Pak."
"Hari ini saya nggak masuk ke kantor. Saya masih harus menemani Jasmine di rumah."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi. Selamat pagi."
"Iya, selamat pagi."
Joana keluar dari kamar inap Jasmine. Seperti yang diperintahkan atasannya barusan, ia akan membayar tagihan rumah sakit Jasmine lalu setelah itu ia akan menuju ke kantor karena pekerjaannya akan semakin banyak jika ia terus bersantai saat tak ada pimpinannya di kantor.
Pintu kamar mandi terbuka, Jagat melongo dan hampir meneteskan air liurnya jika saja Jasmine tak mengeluarkan dehamannya. Wajah Jasmine cemberut tanpa mengeluarkan aura persahabatan sedikitpun untuknya. Meskipun begitu ia tetap terpesona. Hanya dengan melihat Jasmine cemberut saja ia sudah merasa tergoda, apalagi jika sampai Jamsine tersenyum nakal kepadanya.
Dalam hati Jagat mengumpati Joana yang membelika mini dress untuk Jasmine. Tubuh wanitanya itu begitu sempurna tanpa cela. Dress itu sangat pas melekat di tubuh Jasmine. Sepertinya benar yang dikatakan oleh kebanyakan orang yang mengatakan bahwa aura wanita hamil itu berbeda. Ya, ia akui itu karena semakin hari, Jasmine terlihat semakin cantik di matanya.
"Baiklah ... mari kita pulang."
Jasmine tak menjawab, ia hanya berjalan mendahului Jagat keluar dari ruang inapnya. Sampai di depan, seperti yang sudah ia prediksikan, supir Jagat sudah siap di samping mobil untuk membukakan pintu kedua majikannya.
Tanpa banyak kata Jasmine memasuki mobil Jagat. Tanpa harus ia bertanya, ia sudah tahu akan melaju ke mana mobil ini. Setelah mobil melaju selama beberapa waktu, benar saja kini mobil yang ia tumpangi sudah memasuki gerbang rumah mewah Jagat setelah security membukakan pintu gerbang.
Seperti biasa, kedatangan majikan selalu disambut oleh beberapa pelayan di teras rumah. Seorang pelayan mengambil barang jinjingan majikannya itu.
"Kamu mau langsung istirahat di kamar atau mau makan, atau mau ke taman?" tanya Jagat.
Jasmine tak menyahuti ucapan Jagat. Ia hanya terus berjalan sampai ke lantai dua di mana kamarnya berada. Kamar dirinya dengan Jagat yang biasa ia pakai.
Saat ini tak aada hal lain yang ingin Jasmine lakukan selain tidur. Sepertinya tidur adalah kebutuhan yang paling penting dalam hidupnya saat ini. Setelah sampai kamar, ia langsung membaringkan tubuhnya dan tak lama setelah itu ia pun sudah terlelap.
Setelah Jasmine tidur, Jagat menuju ruang kerjanya. Hari ini sampai Jasmine pulih ia akan bekerja di rumah. Hanya beberapa jam Jagat berkutat dengan pekerjaannya, setelah itu ia kembali lagi ke kamar untuk menemani Jasmine. Ia bahkan ikut berbaring satu ranjang dengan wanitanya itu.
Pintu kamar diketuk dari luar, Jagat terpaksa turun dari ranjang untuk membukakan pintu.
"Tuan, makan siang sudah siap."
"Iya."
"Permisi, Tuan."
Setelah pelayan pergi, Jagat berjalan menghampiri Jasmine. Ia membelai kepala Jasmine penuh kasih sayang. Sudah beberapa jam berlalu tapi wanitanya ini masih saja terlelap.
"Sayang, bangunlah dulu. Kamu harus makan," bisik Jagat di telinga Jasmine.
Jasmine mengerakan tubuhnya dari miring menjadi terlentang.
"Bangun dulu, kita makan siang dulu," ucap Jagat lagi.
"Aku ngantuk banget. Aku juga males makan," sahut Jasmine dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Iya nanti tidur lagi tapi kita harus makan dulu. Anak kita pasti juga lapar kan? Kasihan dia."
Jasmine akhirnya mengangguk lalu mendudukan tubuhnya.
"Turun pelan-pelan." Jagat membantu Jasmine turun dari ranjang.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan.
"Shagun belum pulang?" tanya Jasmine.
"Shagun pulang ke rumah Mama." Jagat menarikan kursi untuk diduduki Jasmine.
"Kamu mau makan sama apa, Sayang?" tanya Jagat. Kali ini ia ingin melayani Jasmine. Ia akan melakukan apapun yang Jasmine minta.
"Nggak usah pakai nasi deh, sayur sama ayamnya aja."
"Loh nanti kamu nggak kenyang, Sayang."
"Kalau nggak kenyang kan bisa makan yang lainnya. Oh iya, aku lagi pengen makan sosis bakar, bakso bakar, cumi, emm ... terus apa lagi ya? Oh iya, sama jus mangga juga," ucap Jasmine.
Jagat tersenyum menatap Jasmine. Sepertinya suasana hati Jasmine mulai membaik.
"Aku akan minta pelayan menyiapkannya."
"Heemm." Jasmine mulai memakan makanannya.
Jagat akhirnya bisa sedikit lega karena kali ini Jasmine memakan makanannya dengan benar.
Setelah makan siang, Jasmine tak ingin kembali ke kamar. Ia memutuskan untuk menikmati hembusan angin di gazebo taman belakang.
Jagat meminta beberapa pelayannya untuk menyiapkan gazebo dengan menggelar kasur lipat lalu membawa beberapa bantal agar Jasmine bisa tidur di gazebo.
Jasmine berbaring di atas kasur empuk yang sudah digelar di atas lantai gazebo. Beberapa kali ia menghirup udara segar lalu menghembuskannya perlahan. "Di sini rasanya nyaman sekali. Sejuk. Oh iya, mana pesananku tadi?! Jus jeruknya dulu tolong bawa ke sini." Jasmine sudah kembali ke dirinya yang semula, mengomel tanpa henti.
"I-iya, Sayang," ucap Jagat pada Jasmine.
"Kalian mendengar perintah Nyonya kalian kan?! Cepat ambil yang dia inginkan," ucap Jagat pada para pelayannya.
"Baik, Tuan." Kedua pelayan itu pun pergi memasuki rumah.
Tak lama kemudian tiga pelayan datang untuk menyajikan makanan yang diinginkan nyonya majikannya. Setelah menyajikannya mereka bertiga pergi. Satu masuk ke rumah dan dua lagi berdiri sedikit menjauh dari tempat majikan mereka. Mereka harus berjaga barangkali jika majikannya membutuhkan sesuatu lagi.
Dengan antusias Jasmine meminum jus mangganya dan juga makanan yang ia inginkan.
"Sepertinya aku butuh pijatan. Apa kamu bisa memanggilkan orang ahli pijat? Kakiku pegel semua."
"Ya bisa." Jagat memberikan kode kepada pelayannya untuk mendekat.
"Panggilkan ahli pijat untuk Nyonya Jasmine sekarang."
"Iya, Tuan."
"Berapa menit orangnya akan datang?" tanya Jasmine.
"Mungkin sekitar setengah jam, Nyonya," sahut pelayan.
"Baiklah."
"Saya permisi, Tuan, Nyonya." Pelayan itu segera pergi untuk memenuhi perintah majikannya.
"Kalau harus menunggu setengah jam lagi itu artinya lama."
"Kamu mau aku pijit?"
"Boleh?" tanya Jasmine.
"Tentu saja." Jagat langsung memposisikan dirinya untuk memijat kaki Jamsine.
***
Bersambung
Semarang, 15 Desember 2021
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top