Part 6
Makan siang romantis sudah terlaksana. Kini Jagat membawa Shagun menuju tempat bimbingan belajar Shagun.
"Kamu tahu tempatnya di mana?"
"Tahu, Pi," sahut Shagun. Ia lalu menunjukkan arah jalan menuju JM Smart.
"Ini tempatnya?" tanya Jagat saat ia menghentikan laju mobilnya di sebuah bangunan berlantai tiga.
"Iya, itu JM Smart tempatnya Kak Jasmine. Ayo kita turun, Pi," ajak Shagun antusias.
"Iya pelan-pelan aja, Sayang. Jangan buru-buru. Biar Papi bukakan dulu pintu kamu" ucap Jagat.
Jagat turun lebih dulu lalu mengitari mobil untuk membukakan pintu Shagun.
Di dalam gedung JM Smart ada seorang perempuan yang tersenyum seraya berlari keluar dari gedung.
"Bu Clara, ada apa Bu?" tanya Mira saat ia melihat Clara berlari melewati mejanya.
Tak menjawab, Clara hanya terus berlari dengan susah payah karena ia menggunakan sepatu berhak tinggi.
"Pak Jagat, Shagun," sapa Clara ramah seraya mengatur nafasnya dan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari. Rasa ketertarikan Clara pada duda satu anak itu telah membuatnya nekat menanyakan nama duda itu pada pelayan di rumah Jagat sebelum ia tadi benar-benar meninggalkan rumah Jagat Paraduta.
Jagat dan Shagun menghentikan langkah kaki mereka. Jagat memandang Clara dengan wajah datarnya sedangkan Shagun malah memalingkan wajahnya.
"Saya permisi ke dalam dulu." Jagat menggandeng tangan Shagun dan berjalan melalui Clara memasuki gedung.
Clara berdecak kesal karena sikap ayah dan anak itu yang telah mengabaikannya padahal ia merasa jika ia adalah perempuan yang cantik dan nyaris sempurna, penampilannya juga terlihat menarik karena selama ini juga sudah banyak yang memuji kecantikan dan kesempurnaan tubuhnya.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" sapa Mira saat Jagat dan Shagun berdiri di depan meja Mira.
"Selamat sore, saya ingin menemui Bu Jasmine," sahut Jagat.
"Maaf, Pak tapi Bu Jasmine belum datang."
"Belum datang? Kapan Bu Jasmine datang?" tanya Jagat.
Mira terdiam, ia tampak berpikir apakah hari ini Jasmine akan datang ke bimbel ataukah tidak.
"Saya soalnya hanya punya waktu hari ini. Bisa tolong usahakan agar saya bertemu sama Bu Jasmine hari ini?" tanya Jagat.
Clara berdiri di belakang Jagat. Ia ingin tahu apa yang dilakukan duda tampan itu di tempat ini sedangkan Shagun juga tidak ingin melakukan bimbingan belajar lagi.
"Mungkin sebentar lagi Bu Jasmine datang, Pak. Atau Anda bisa menunggu Bu Jasmine di ruang tunggu."
"Ruang tunggu?" gumam Jagat.
"Boleh aku tunggu Kak Jasmine di ruangannya?" kali ini Shagun yang bertanya pada Mira.
Mira terdiam dan sedikit berpikir seraya melihat ke arah Shagun dan Jagat bergantian. "Baiklah kalau begitu. Mari saya antar." Mira berjalan menggiring kedua tamunya itu untuk masuk ke ruang kerja atasannya.
"Silakan duduk, ini ruangan Bu Jasmine. Apa ada lagi yang dibutuhkan?"
"Tidak, terima kasih," sahut Jagat.
"Bisa aku minta minum?" tanya Shagun.
"Shagun ...," tegur Jagat.
"Tidak apa, Pak. Shagun ingin minum apa? Teh botol atau susu kotak?" ucap Mira ramah.
"Susu coklat saja," sahut Shagun.
"Bapak ingin minum apa?"
"Tidak, terima kasih," ucap Jagat.
"Baik, saya permisi dulu." Mira meninggalkan ruangan Jasmine lalu menuju lemari es di sudut ruangannya.
"Bu Mira, untuk apa mereka datang ke sini?" tanya Clara saat Mira sedang mengambilkan minum.
"Saya ya nggak tahulah, Bu Clara. Orang mereka cuma mau ketemu sama Bu Jasmine kok. Nggak ada bilang apa-apa sama saya," sahut Mira.
"Semoga aja mereka nggak ngeluh yang macam-macam soal aku ke Bu Jasmine. Aku masih ingin kerja di sini," gumam Clara sepelan mungkin.
"Bu Clara ada bicara sesuatu?" tanya Mira karena baru saja ia mendengar Clara berbicara meskipun tak begitu jelas.
"Enggak," sahut Clara.
"Ada apa kok Bu Clara kelihatan cemas begitu?" tanya Mira.
"Nggak ada apa-apa. Ya sudah saya mau kembali ke kelas dulu." Clara berlalu meninggalkan Mira.
Mira berjalan menuju ruangan Jasmine untuk menyuguhkan minuman kepada kedua tamunya itu.
"Silakan di minum."
"Loh saya nggak ada minta minum kok," ucap Jagat saat Mira juga menyuguhkan teh botol untuknya.
"Tidak apa-apa, Pak. Silakan diminum, saya permisi dulu."
"Terima kasih."
Mira keluar dari ruangan Jasmine dan kembali ke mejanya. Tepat saat ia kembali duduk di kursinya, Jasmine datang.
"Bu Jasmine."
"Ada apa, Mira?"
"Di ruangan Bu Jasmine ada Shagun dan walinya, Bu," ucap Mira.
"Shagun? Baiklah, teruma kasih." Jasmine berjalan memasuki ruangannya.
"Selamat sore," sapa Jasmine saat ia membuka pintu ruangannya. Ia melihat dua orang yang duduk membelakanginya. Ia pun berjalan hingga berdiri di hadapan tamunya itu.
Mendengar ada sapaan dari arah belakang tubuhnya, Jagat dan Shagun berdiri untuk menyambutnya.
"Kak Jasmine!" seru Shagun antusias membuat Jasmine tersenyum padanya.
"Saya Jasmine." Jasmine berinisiatif mengulurkan tangannya pada pria yang saat ini malah terdiam seraya memandangnya dengan tatapan aneh.
"Maaf, ada yang salah dengan saya?" gumam Jasmine. Ia sedikit risih dengan tatapan dari pria di hadapannya ini.
"Ah maaf ... sa-saya Jagat Paraduta, saya Papinya Shagun." Jagat membalas uluran tangan Jasmine.
"Silakan duduk," ucap Jasmine.
Mereka bertiga duduk bersamaan.
Jasmine kembali mengerutkan keningnya saat pria yang mengenalkan diri bernama Jagat Paraduta itu kembali menatapnya tajam.
Jasmine berdeham untuk menormalkan suasana. "Ada perlu apa Pak Jagat datang ke sini, bukankah biasanaya Bu Monica yang mengantar Shagun?"
"Iya, kebetulan ini saya sedang libur kerja jadi saya sendiri yang datang ke sini untuk mengurus keperluan Shagun."
"Apa ada keluhan? Bukankah Shagun sudah les privat dengan Bu Clara?"
"Aku nggak mau diajarin sama Bu Clara," ucap Shagun.
"Shagun, biar Papi yang bicara sama Bu Jasmine ya," ucap Jagat membuat Shagun menganggukan kepalanya.
"Sepertinya Shagun tidak cocok dengan Bu Clara. Emm ... boleh saya minta ganti guru les privat baru untuk Shagun?" tanya Jagat.
"Guru les privat baru?" gumam Jasmine.
"Aku maunya les sama Kak Jasmine aja. Kalau nggak sama Kak Jasmine aku nggak mau les aja," ucap Shagun.
"Shagun, jangan seperti ini, Sayang. Ini nggak baik," tegur Jagat.
Jasmine tersenyum canggung dengan situasi sulit ini. Karena mana mungkin ia melakukan les privat untuk Shagun di tengah jadwal kerjanya yang cukup padat seperti ini. Lagipula saat ini mamanya juga sudah mewanti-wantinya agar tidak lagi pulang malam.
"Maaf, tapi untuk saya mengajar Shagun secara privat saya tidak bisa, Pak Jagat. Pagi hari sampai sore hari saya harus mengajar di sekolahan dan saya hanya sedikit memiliki waktu untuk datang ke bimbingan belajar saya ini, jadi otomatis saya tidak bisa mengajar les privat Shagun" ucap Jasmine dengan sehati-hati mungkin.
"Papi ...," rengek Shagun. Ia memeluk lengan Jagat seraya menyenderkan kepalanya di lengan sang papi.
Jagat menghembuskan nafas beratnya. "Bu Jasmine, saya minta tolong dengan sangat." Jagat menatap Jasmine dengan tatapan memohonnya.
"Baiklah kalau begitu tapi saya hanya bisa dua kali pertemuan dalam seminggu. Bagaimana?" ucap Jasmine.
Jagat dan Shagun tersenyum, bahkan sekarang ini Shagun sudah menegakan kembali tubuhnya.
"Terima kasih, Bu Jasmine," ucap Jagat.
Jasmine hanya tersenyum menanggapi ucapan Jagat.
"Silakan diminum," ucap Jasmine saat ia melihat dua minuman kemasan di mejanya.
Shagun pun meminum susu kotaknya.
"Emm ... maaf, Bu Jasmine, sepertinya sebelumnya kita sudah pernah bertemu," ucap Jagat.
"Bertemu? Kapan? Bukannya sebelum ini hanya Bu Monica yang mengantarkan Shagun?" tanya Jasmine.
"Kita pernah bertemu di butik beberapa minggu yang lalu dan waktu itu saya juga salah mengambil barang," ucap Jagat mengingatkan.
Jasmine sedikit mengingat-ingat. "Ohh ... yang waktu itu ya?!" seru Jasmine setelah ia mengingat hal itu.
Jagat tersenyum menanggapi ucapan Jasmine.
"Saya tidak menyangka ternyata Anda adalah Papinya Shagun," ucap Jasmine.
"Saya juga tidak menyangka jika Anda adalah gurunya putri saya," ucap Jagat.
"Bisa saya minta nomer ponsel Anda?"
Jantung Jagat berdetak kencang saat perempuan cantik di hadapannya ini langsung tanpa basa-basi meminta moner ponselnya.
"No-nomer ponsel saya?"
"Iya nomer ponsel Anda biar saya gampang untuk menghubungi Anda terkait dengan Shagun, soalnya saya hanya punya nomer ponsel Bu Monica."
"Ohh begitu," gumam Jagat. Ia kemudian memberikan kartu namanya pada Jasmine. "Ini kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya di nomer itu jika ada keluhan tentang Shagun," ucap Jagat.
"Baiklah kalau begitu. Mungkin pelajaran akan dimulai besok. Shagun, kamu siap les sama Bu Jasmine besok kan?"
"Siap kok," sahut Shagun.
"Emm ... ya sudah kalau begitu saya pamit pulang dulu," pamit Jagat.
"Iya, Pak Jagat. Hati-hati di jalan."
Tubuh Jagat menegang saat mendengar ucapan Jasmine. Dengan menyuruhnya hati-hati, kalimat itu adalah kalimat istimewa untuknya.
"Dada, Shagun, sampai jumpa besok," imbuh Jasmine dengan nada cerianya.
"Dada, Kak Jasmine," ucap Shagun.
Jasmine lagi-lagi kembali mengerutkan keningnya saat melihat Jagat yang terdiam di tempat.
"Paj Jagat, Anda baik-baik saja?" Jasmine memegang lengan Jagat.
Secara reflek Jagat berjengkit kaget akibat sentuhan Jasmine.
"Maaf ... maaf," ucap Jasmine karena ia merasa tidak enak telah membuat Jagat terkejut.
"Tidak, Bu Jasmine, saya yang salah. Saya pamit dulu."
"Iya, Pak Jagat. Hati-hati di jalan," sahut Jasmine sekali lagi.
"I-iya."
Jagat melangkah keluar dari gedung JM Smart dengan hati yang goyah. Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi linglung dan tidak tahu akan melakukan apa sampai Shagun menegurnya dengan menggoyangkan tangannya.
"Papi, kita mau jalan ke mana?"
"Ha? Tentu saja kita mau pulang, Sayang," sahut Jagat.
"Lalu kenapa Papi malah ajak aku jalan melewati mobil kita?" protes Shagun.
"Ha?!" Jagat terkejut dengan ucapan putrinya. Ia menolehkan ke sekeliling tempatnya berdiri dan benar saja saat ini ia sudah berjalan melalui tempat ia memarkirkan mobilnya.
"Maafkan Papi, Sayang. Ayo kita jalan balik, tadi Papi lupa parkir mobilnya di sebelah mana," kilah Jagat.
***
Bersambung
25 September 2021
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top