Part 59

Jangan nunggu tamat dulu baru baca. Aku nggak akan repost dan jangan protes kalau tiba-tiba sebagian partnya aku hapus.

Hari ini aku update dua kali loh.
Selamat membaca.

***

Tak terasa dua bulan sudah berlalu, kini hubungan Jagat dan Jasmine semakin dekat. Kini Jagat tak perlu lagi mengantar jemput Jasmine karena sudah mulai satu bulan yang lalu Jasmine mulai mengemudikan mobilnya sendiri. Meskipun hal itu membuat Jagat khawatir namun ia tetat tak bisa melakukan apa-apa karena itu sudah menjadi keputusan Jasmine.

Sayangnya sampai detik ini Jasmine masih tak ingin membuka hubungannya dengan Jagat pada khalayak umum termasuk pada orangtuanya sendiri dan orangtua Jagat. Dan Jagat pun terpaksa harus menuruti keinginan Jasmine karena Jasmine selalu saja mengancamnya akan mengakhiri hubungan mereka.

Jagat mengangkat kepalanya saat ia menyadari kalau pintu ruangannya terbuka. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia sudah tahu siapa yang saat ini sedang mengunjunginya karena hanya ada dua orang yang tak ingin repot mengetuk pintu saat memasuki ruang kerjanya dan kedua orang itu adalah ppa dan mamanya.

"Papa ingin mengajak kamu makan siang bersama."

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Jagat.

"Papa mau makan siang bersama Om Ben dan Papa mau kamu ikut. Lagipula sudah lama kamu nggak ketemu sama Om Ben kan."

"Baiklah." Jagat berdiri dan merapikan penampilannya lalu berjalan beriringan dengan Barmal keluar dari gedung perkantorannya ini.

Setelah dua puluh menit perjalanan, Jagat dan Barmal pun sampai di restoran tempat Barmal membuat janji dengan temannya yang bernama Ben.

"Hai, Barmal. Akhirnya kita punya waktu luang juga buat makan siang bersama ya," suara Ben menyambut kedatangan Barmal dan Jagat.

"Apa kami terlambat?" Barmal memeluk tubuh Ben sekilas, begitu juga dengan Jagat.

"Nggak, kami juga baru saja sampai," sahut Ben.

"Hai, Rosaline. Bagaimana kabar kamu?" Sapa Barmal seraya memeluk tubuh Rosaline, putri Ben.

"Baik, Om. Om Barmal sendiri bagaimana? Baik kan?!" Sahut Rosaline seraya tersenyum.

"Aku akan semakin baik lagi kalau putraku satu-satunya ini sudah kembali menikah dan memberikanku beberapa cucu lagi," sahut Barmal.

Sahutan Barmal membuat Ben tertawa dan Rosaline tersenyum, sedangkan Jagat hanya mendesah lelah mendengar ucapan papanya itu.

"Hai, Rose, sudah lama kita nggak ketemu ya." Sapa Jagat pada Rosaline seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Rosaline.

"Mari silakan duduk, kali ini kita akan sepuasnya makan makanan selain masakan istri," ucap Ben.

"Kamu ini bisa saja."

Pelayan pun datang untuk mencatat pesanan mereka lalu pergi.

"Ngomomg-ngomong, Rose, kamu semakin cantik dan berkarisma," puji Barmal pada Rosaline.

"Om Barmal bisa saja," sahut Rosaline.

"Tentu saja Rose cantik dan berkarisma, siapa dulu papanya." Celetuk Ben seraya tersenyum bangga.

Barmal dan Jagat tertawa mendengar ucapan Ben.

"Ngomong-ngomong sebenarnya aku kemarin juga baru saja bertemu dengan Rose," ucap Barmal.

"Oh ya? Di mana?" tanya Ben.

"Di kantorku. Perusahanku menjalin kerja sama dengan Artiz Grup dan kebetulan juga Rosaline yang menangani proyek ini."

"Ohh begitu rupanya," ucap Ben.

Pesanan mereka pun datang dengan diantarkan oleh seorang pelayan.

"Mari makan."

"Selamat makan."

"Enak juga ya kalau makan sambil ngobrol-ngorol santai tanpa harus membicarakan masalah pekerjaan seperti ini," ucap Barmal.

"Ya sepertinya kita sudah harus meluangkan banyak waktu untuk bersantai di umur kita yang sudah kepala lima ini," sahut Ben.

"Rosaline sudah kembali menjalin hubungan dengan seorang pria?" tanya Barmal.

"Saya masih fokus pada karir saya, Om."

"Sepertinya kamu ini sama seperti Jagat. Jagat juga seperti itu kalau Om dan Tante desak untuk kembali menikah," ucap Barmal.

Rosaline dan Jagat hanya menyunggingkan sedikit senyuman untuk menanggapi ucapan Barmal.

"Ben, bagaimana kalau kita perkuat hubungan kta dengan menjadi besan? Rosaline single dan Jagat juga single, bagaimana kalau kita nikahkan saja mereka berdua," sambung Barmal.

"Iya itu ide yang bagus," sahut Ben.

Rosaline dan Jagat sama-sama terbatuk kala mendengar percakapan papa mereka itu.

"Papa," tegur Rosaline pada Ben.

"Papa sudah mulai lagi," tegur Jagat pada Barmal.

"Ya mau bagaimana lagi, Jagat ngakunya sudah punya calon istri tapi nggak juga dikenalkan sama aku dan Monica. Aku yakin kalau itu hanya akal-akalannya saja untuk menghentikan aku dan Monica mencarikan calon istri untuk dirinya," ucap Barmal.

"Jagat, kamu ini kenapa betah sekali menduda? Kamu masih cinta sama mendiang Aakriti? Kamu nggak tertarik sama Rosaline?" tanya Ben.

"Nggak, Om. Bukan gitu. Saya sudah menganggap Rosaline seperti saudara perempuan saya sendiri. Dan saya saat ini juga sudah memiliki kekasih tapi sayangnya dia nggak mau saya ajak nikah dulu dan dia juga belum siap aku kenalkan sama Papa dan Mama," sahut Jagat.

"Kamu kurang jago merayu dan meyakinkan perempuan pilihan kamu itu, Jagat. Haaha ... percuma saja kan wajah tampan, karir bagus tapi nggak bisa meyakinkan seorang perempuan," ucap Ben.

"Iya, Om."

"Atau kalau pacar kamu nggak mau segera nikah sama kamu, kamu bisa milih putuskan pacar kamu itu dan memilih salah satu dari anak perempuan Om. Om ini kan punya dua anak perempuan, Rosaline ini punya satu adek yang nggak kalah cantinya sama Rosaline kalau kamu memang nggak suka sama Rosaline," ucap Ben.

"Papa," tegur Rosaline lagi pada Ben.

Ben tak memperdulikan teguran Rosaline dan meneruskan kalimatnya. "Sayangnya anak Om yang bungsu itu nggak ketja kayak kita gini jadi kemungkinan untuk bertemu sangat sulit soalnya dia juga sudah sibuk sendiri. Makanya kapan-kapan kamu main ke rumah Om dong."

"Iya, Om. Kapan-kapan saya akan main ke rumah Om dan berkenalan dengan anak bungsu Om Ben."

"Iya, harus begitu, Jagat. Biarpun kamu nggak mau menjalin hubungan asmara tapi paling nggak kamu main ke rumah mereka dan berkenalan dengan anak bungsu Om Ben. Supaya kita semakin dekat menjalin kekeluargaan dengan keluarganya Om Ben. Besok deh kapan-kapan kalau Papa dan Mama main ke rumahnya Om Ben kamu Papa ajak ya," ucap Barmal.

"Iya, Pa."

Makan siang pun usai lalu mereka kembai ke perusahaan mereka masing-masing karena jam kerja mereka pun juga belum usai.

***

Sekarang ini Jasmine baru saja sampai di rumah mewah milik Jagat. Dua jam yang lalu Jagat menghubunginya untuk mengajaknya malam malam di luar namun seperti biasa, tentu saja ia menolak keinginan Jagat itu karena sampai saat ini pun ia masih takut jalan keluar bersama Jagat. Dirinya masih belum siap mempertontonkan hubungannya dengan Jagat pada khalayak umum.

"Kak Jasmine!" Seru Shagun menyongsong kehadiran Jasmine dan langsung memeluk guru lesnya yang tanpa sepengetahuannya kini sudah merangkap menjadi kekasih papinya.

"Hai, Shagun. Kamu udah belajar?" tanya Jasmine.

"Udah kok, baru aja selesai."

"Bagus kalau gitu. Kalau semester ini kamu bisa lima besar, Kak Jasmine akan kasih kamu hadiah."

"Asiikkk!" Shagun bersorak senang seraya melompat-lompat.

"Shagun sayang, Kak Jasmine mau bicara hal serius sama kamu."

"Mau bicara apa?"

"Kita duduk dulu di sana yuk." Jasmine mengajak Shagun duduk di sofa ruang tengah.

"Ada apa, Kak?"

"Kamu tetap merahasiakan kedatangan Kak Jasmine yang hampir setiap hari ke rumah kamu ini kan?" tanya Jasmine hati-hati.

Shagun menjawab pertanyaan Jasmine dengan anggukan di kepalanya.

"Termasuk Oma dan Opa kamu?" tanya Jasmine lagi.

"Iya. Memangnya kenapa sih Kak Jasmine nggak mau ada orang yang tahu kalau Kak Jasmine sekarang sering main ke rumahku? Padahal kan Kak Jasmine juga sudah kenal baik sama Oma."

"Iya, tapi merasa nggak enak sama Oma kamu kalau Kak Jasmine ketahuan sering main ke sini."

"Ya nggak pa-pa dong, aku yakin Oma pasti senang kalau tahu Kak Jasmine sering main ke sini," ucap Shagun.

"Pokoknya untuk sementara waktu kita rahasiakan dulu ya, Sayang. Kamu mau kan?" Jasmine mencoba kembali meyakinkan Shagun hingga akhirnya Shagun menganggukan kepalanya untuk menyetujui permintaan Jasmine.

"Hai, Sayang." Jagat tersenyum menyapa kedua perempuan yang begitu berarti dalam hidupnya.

Kedua perempuan berbeda generasi itu menolehkan kepalanya ke arah kedatangan Jagat.

"Papi!" Seru Shagun seraya tersenyum menyambut kedatangan sang papi.

"Shagun kamu pergilah ke kamarmu sampai makan malam siap ya. Papi akan bicara dulu dengan Kak Jasmine," ucap Jagat.

"Iya, Papi." Shagun beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamarnya dan meninggalkan papinya hanya berdua bersama Jasmine.

"Kenapa kamu menyuruh Shagun pergi ke kamarnya?" tanya Jasmine.

"Aku mau berduaan sama kamu."

"Nggak, aku mau mandi dulu sebelum makan malam." Jasmine berjalan menuju kamar bawah yang sering ia pakai saat ia berada di rumah ini.

Sampai di kamar, Jasmine mengerutkan keningnya bingung saat ia tak mendapati satu pun pakaiannya di dalam lemari. Padahal biasanya isi lemarinya yang ada di kamar ini penuh dengan pakaian dan asesoris untuknya dan itu adalah pemberian dari Jagat untuk bisa dipakainya saat ia sedang berada di rumah ini.

Jasmine menutup pintu lemarinya, saat ia akan keluar dari kamar, Jagat pun datang menghampirinya.

"Di mana semua pakaianku?" tanya Jasmine.

"Aku sudah memindahkannya."

"Apa?"

Jagat menggandeng tangan Jasmine. "Ikuti aku."

"Kenapa kita ke sini?" tanya Jasmine saat Jagat menariknya memasuki kamar Jagat.

"Mulai sekarang ini menjadi kamar kita," ucap Jagat.

"Jagat, aku nggak mungkin pindah ke kamar ini dan kamu udah tahu alasannya," sahut Jasmine.

"Iya. Tapi aku sudah menyingkirkan alasan kamu itu."

Jasmine kembali mengerutkan keningnya karena tak mengerti dengan ucapan Jagat. Ia mengedarkan pandangan mengelilingi kamar Jagat. Ia kembali menatap Jagat saat ia tak mendapati bingkai besar foto mendiang Aakriti di dinding.

"Ke mana foto Ibunya Shagun?" tanya Jasmine.

"Aku memindahkannya ke kamar Shagun dan Shagun sangat menyukai hal itu."

"Ta-tapi kenapa kamu ngelakuin hal itu? Aku jadi nggak enak dengan mendiang Ibunya Shagun karena kamu menyingkirkan dirinya dari kamar ini dan sebelumnya kamu juga udah membagi hati kamu yang sepenuhnya utuh untuknya kini terbagi buat aku juga," ucap Jasmine.

"Sayang, kamu nggak perlu merasa bersalah kayak gitu. Aku nggak akan mungkin menyingkar Aakriti karena dia memiliki bagian tersendiri di dalam hatiku, dia juga ibu dari putriku. Tapi saat ini kamu juga berharga dan aku juga harus menghargai dan menjaga perasaan kamu. Aku ingin membuat kamu selalu merasa nyaman saat berada bersamaku."

"Makasih ya, kamu udah menjadi pria yang pengertian." Ucap Jasmine seraya memeluk Jagat.

"Iya, Sayang. Ini semua karena aku cinta banget sama kamu."

***

Bersambung

Gimana komentarnya di part ini?
Ada yang makin suka sama Papi Jagat nggak❓😅

Semarang, 30 November 2021

Silvia Dhaka

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top