Part 56

"Sayang." Jagat berjalan mendekati Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Jangan panggil aku sayang! Hanya dengan menyebutku Sayang, kamu udah langsung bisa membuat aku seperti ini dan aku nggak suka hal itu!" seru Jasmine seraya menatap tajam Jagat. Ia berjalan dengan sekuat tenaganya menahan rasa nyeri di area pangkal pahanya. Dan rasa kesakitannya ini gara-gara pria menyebalkan di hadapannya ini.

"Oke ... Jasmine. Aku udah pesan sarapan buat kita. Sebaiknya kita sarapan dulu." Jagat harus ekstra bersabar menghadapi Jasmine. Selain dirinya yang merasa bersalah, ia juga tak ingin jika sampai Jasmine meninggalkannya hanya gara-gara ia terus-menerus menentang perkataan Jasmine.

"Aku mau siap-siap pulang." Jasmine mencari keberadaan ponselnya untuk memesan tiket pesawat. Kali ini ia akan mengurus kepulangannya sendiri tanpa ingin melibatkan Jagat.

"Mama? Mama khawatir sama aku. Maafin aku, Ma, Pa." Gumam Jasmine seraya menatap layar ponselnya. Matanya berkaca-kaca setelah membaca pesan dari mamanya itu. Mamanya begitu merasa cemas dengan keadaannya di sini, padahal kemarin ia pamit pergi ke Bali untuk bersenang-senang dengan teman-temannya tapi ternyata ia malah berakhir mengenaskan seperti ini.

Jagat bisa mendengar gumaman Jasmine yang menyebut orangtuanya seraya meminta maaf. Mendengar itu dirinya pun juga semakin merasa bersalah. "Sayang—"

"Aku nggak mau dipangil sayang lagi sama kamu." Kalimat Jasmine memotong kalimat Jagat.

"Oke ... Jasmine, kamu mau pulang kan? Tapi sekarang ini aku mohon kamu mau sarapan dulu."

Jasmine memang tak bisa menolak makanan, apalagi kini ia juga merasa kelaparan. Untuk itu ia hanya diam namun tetap berjalan ke arah meja tempat makanan tersedia. Setelah sampai sofa, ia duduk dengan merapatkan kedua kakinya seraya mendesis kesakitan. "Rasanya nyeri banget," gumam Jasmine.

"Nyeri?" tanya Jagat.

Jasmine menyuapkan makanan ke dalam mulutnya tanpa ingin menjawab pertanyaan dari Jagat.

"Tadi aku khawatir banget sama kamu saat aku mendengar kamu teriak. Aku pikir ada hal buruk yang terjadi sama kamu."

Jasmine mengehentikan kunyahannya lalu menolehkan pandangannya ke arah Jagat. "Semuanya memang terjadi karena kamu. Aku sampai kesakitan saat buang air kecil, sampai-sampai aku tadi teriak. Dan ini buat jalan aja rasanya nyeri, kamu tahu nggak?!" seru Jasmine.

"Aku tahu, kamu kesakitan karena ini yang pertama buat kamu tapi selanjutnya udah nggak akan sakit lagi."

Ucapan Jagat mendapat pelototan tajam dari Jasmine hingga ia langsung terdiam.

"Maksud kamu kita harus ngulangi itu lagi kalau aku nggak mau kesatitan dan aku bisa terbiasa, gitu?!" sentak Jasmine.

"Bu-bukan gitu maksud aku, Sayang."

"Udah nggak usah ngomong. Kalau setelah ini kamu sampai ninggalin aku, aku nggak akan tinggal diam. Aku akan habisin kamu!" desis Jasmine.

"Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, Sayang. Aku ini udah cinta mati sama kamu."

"Bullshit!"

"Aku harus buktiin apa lagi sih ke kamu? Oke, sebagai bentuk tanggung jawab aku, pulang dari Bali aku akan langsung datang menemui orangtua kamu untuk melamar kamu." Jagat menatap serius ke arah mata Jasmine.

"Nggak! Jangan datang ke rumah orangtuaku," tolak Jasmine.

"Terus aku harus gimana, Sayang?" Jagat merasa frustasi dengan keinginan Jasmine. Kekasihnya itu ingin jika ia bertanggung jawab dan tak meninggalkannya namun saat ia ingin datang melamar, kekasihnya itu malah dengan tegas langsung menolaknya.

"Aku masih belum siap menikah dan lagipula orangtua aku nggak akan mungkin setuju kita menikah sebelum Kakak aku menikah terlebih dulu," ucap Jasmine.

"Terus aku harus gimana?"

"Udah, nggak usah gimana-gimana. Kita makan aja terus langsung pulang. Terserah kamu mau pulang atau enggak yang penting aku mau pulang sekarang."

"Kamu mau pulang dengan keadaan kamu yang seperti ini? Bukannya kamu masih sakit?"

"Sakit? Aku bahkan sehat bugar, Jagat."

"Tapi punya kamu itu masih sakit kan? Nyeri di bagian itu? Terus gimana kalau orangtua kamu bertanya soal hal itu? Kamu mau jawab apa?"

Jasmine terdiam mendengar pertanyaan Jagat. Setelah ia pikir-pikir, ucapan Jagat memang ada benarnya juga. Bagaimana kalau dirinya tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya di area pangkal pahanya ini? Untuk berjalan rasanya serba sulit karena saat ia merapatkan kedua kakinya ataupun ia benggangkan juga sama-sama terasa nyeri.

"Terus kapan ini akan sembuh?" tanya Jasmine.

"Mungkin besok," ucap Jagat sedikit ragu karena ia sendiri juga tak tahu dengan pasti.

Jasmine melanjutkan memakan sarapannya tanpa bersuara lagi. Ia sudah membatalkan kepulangannya hari ini. Untung saja tadi ia belum memesan tiket pesawat untuk keberangkatannya hari ini.

Jagat pun ikut terdiam dan ikut menikmati sarapannya seraya memperhatikan Jasmine.

Jasmine menghentikan makannya saat mendengar ponselnya berdering.

"Biar aku aja yang ambilkan hp kamu." Jagat beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil ponsel milik Jasmine.

"Mama?" Mata Jasmine melotot ke arah Jagat setelah ia melihat siapa yang sedang menghubunginya itu.

"Angkat aja."

"Ha-halo, Mama." Sapa Jasmine setelah ia menyambungkan telponnya.

"Halo, Jasmine. Dari semalam Mama cemas banget sama keadaan kamu. Tadi malam Mama mimpi buruk tentang kamu, Mama takut ada hal buruk yang terjadi sama kamu. Kamu nggak pa-pa kan?" Mardina memberondong Jasmine dengan pertanyaannya.

"Mama ... Mama tenang dulu ya. Aku nggak pa-pa kok, aku di sini baik-baik aja. Mama jangan khawatir lagi. Mimpi itukan bunga dari tidur."

"Kamu kapan pulang?"

"Aku kan baru aja berangkat, Ma. Ya mungkin beberapa hari lagilah aku baru bisa pulang," sahut Jasmine.

"Jaga dirimu baik-baik. Kalau ada apa-apa kamu harus langsung hubungi Mama dan Papa ya," ucap Mardina.

"Iya, Ma."

"Kamu lagi apa?"

"Ini lagi sarapan."

"Jangan makan banyak-banyak kalau makan bareng sama teman-teman kamu, nanti kamu diomongin loh sama mereka. Cantik-cantik makannya banyak," ucap Mardina.

"Mama ... kok masih aja sih ngomongnya begitu," rengek Jasmine.

"Ya udah, Mama tutup telponnya ya. Kamu jaga diri baik-baik."

"Iya, Ma." Jasmine meletakan ponselnya di atas meja lalu melanjutkan sarapannya.

"Mama kamu kenapa?"

"Mama khawatir sama aku soalnya tadi malam Mama mimpi buruk tentang aku. Mungkin Mama bisa merasakan apa yang terjadi sama aku tadi malam."

"Udah dong, Sayang ... jangan dihabas terus. Lagian tadi malam kamu itu juga nggak nolak kan," ucap Jagat. Lama-lama ia merasa jengah karena terus menerus disalahkan oleh Jasmine.

"Ohh jadi kamu nyalahin aku atas semuanya yang udah terjadi sama kita?!" seru Jasmine tak terima. Matanya kini sudah melototi Jagat.

"Eng ... bukan gitu. Ya habisnya kamu nyalahin aku terus." Jagat memelas menatap Jasmine.

Jasmine tak berucap apapun dan langsung berjalan menuju ranjang seraya membawa ponselnya.

Jagat membersihkan sisa makanan mereka sebelum ia menyusul Jasmine menuju ranjang. Begitu ia mendaratkan pantatnya di tepi ranjang teriakan Jasmine langsung menggema di telinganya.

"Aku juga mau rebahan kali, Yank."

"Rebahan di sofa kan bisa."

Jagat menghela nafasnya lalu beringsut turun dari ranjang. Ia berjalan membuka pintu hendak keluar dari kamar.

"Mau ke mana kamu?"

Langkah Jagat terhenti ketika mendengar pertanyaan Jasmine. "Aku mau ke luar."

"Ke mana?"

"Ya nggak tahu, yang penting nggak dimarahin terus sama kamu," sahut Jagat.

"Ya udah sana pergi!"

Jagat tak menyahuti ucapan Jasmine lagi. Ia keluar dari kamar dan kembali menutup pintunya.

Setelah kepergian Jagat, Jasmine merasa kesepian. Tak ada orang yang ia tatap sinis dan tak ada orang yang ia marahi lagi. Lama-lama ia merasa bosan.

"Ke mana sih itu orang? Udah tiga jam pergi nggak pulang-pulang juga." Jasmine turun dari ranjang lalu keluar kamar. Ia memutuskan untuk mencari keberadaan Jagat.

Setelah cukup jauh berjalan dengan bersusah payah menahan sedikit rasa nyeri di pangkal pahanya, Jasmine tak kunjung menemukan keberadaan Jagat.

Karena haus dan lelah, Jasmine memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya di restoran di lantai bawah. Baru saja ia menginjakan kakinya memasuki restoran, pandangan matanya sudah tercemari dengan pemandangan yang menyesakan dadanya.

"Jagat?" gumam Jasmine.

Jasmine berdiri membeku melihat Jagat yag sedang dirangkul mesra oleh seorang perempuan berpakaian minim.

"Selamat datang, Ibu. Anda sedang mencari Pak Jagat?" Seorang pria datang menyambut kedatangan Jasmine yang sudah diketahui oleh seluruh pewagai resort dan restoran jika ia adalah istri dari Jagat Paraduta.

"Enggak," sahut Jasmine. Ia mencoba menahan air matanya yang hendak turun.

Mendengar suara Jasmine dan seseorang yang menyebut namanya dan nama Jasmine, Jagat pun langsung menolehkan kepalanya ke arah suara.

"Jasmine?" gumam Jagat. Ia tersenyum ke arah Jasmine, namun kekasihnya itu malah pergi meninggalkan restoran ini.

Melihat reaksi Jasmine yang seperti itu setelah melihatnya, Jagat pun langsung menyadari kesalahan apa yang telah ia lakukan. Buru-buru ia melepas rangkulan perempuan di sebelahnya ini lalu berlari mengejar Jasmine yang pastinya masih belum jauh.

***

Bersambung

Semarang, 28 November 2021

Silvia Dhaka


                                            

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top