Part 50
Tak terasa satu bulan sudah Jagat dan Jasmine memiliki hubungan khusus. Setiap harinya Jagat selalu menyempatkan untuk mengantar jemput Jasmine karena sejak kecelakan waktu itu hingga sampai saat ini Jasmine masih tak ingin mengemudikan mobilnya sendiri.
Karena itulah tak ada gunanya juga Jasmine meminta Shagun datang ke JM Smart untuk melakukan les privat. Sejak berhubungan dengan Jagat, Jasmine kembali memberi bimbingan belajar Shagun di rumah.
Seperti hari jum'at ini misalnya, dengan dijemput Jagat, Jasmine kembali datang ke rumah Jagat. Kali ini tak hanya untuk menuruti keinginan Jagat namun juga untuk memberikan bimbingan belajar kepada Shagun.
"Kak Jasmine, Papi!" seru Shagun gembira melihat dua orang yang ia sayangi berjalan beriringan memasuki rumah.
"Kamu mau belajar di mana, Sayang?"
"Di ruang kerja Papi aja, aku udah siapkan bukuku di sana," sahut Shagun.
"Oke kalau gitu." Jasmine menggandeng tangan Shagun berjalan menuju ke ruang kerja Jagat.
Jagat pun berjalan mengekori dua perempuan yang sangat ia cintai itu.
Jasmine langsung mulai mengajari Shagun ketika mereka sudah sampai di ruang kerja Jagat. Begitu pula dengan Jagat yang mulai mengerjakan pekerjaannya di meja kerjanya. Sesaat mereka tenggelam dalam pekerjaan mereka masing-masing hingga satu jam setengah sudah berlalu dan Shagun pun sudah menyelesaikan belajarnya dan tugasnya dari sekolahnya.
"Aku udah selesai, aku boleh main di kamar ya, Pi," ucap Shagun meminta ijin.
"Oke," sahut Jagat.
Shagun berjalan keluar dari ruang kerja papinya dengan wajah cerianya. Meskipun ada Jasmine yang masih tetap berada di ruang kerja sang papi namun Shagun tak bertanya kenapa Jasmine masih tetap di ruang kerja papinya dan bukannya pulang seperti yang dulu-dulu. Itu semua karena satu bulan yang lalu Jagat memberikan pengertian kepada Shagun bahwa Jasmine akan tetap di rumah mereka selama Jasmine mau dan biasanya Jasmine akan pulang kalau hari sudah hampir petang. Tentu saja hal itu malah membuat Shagun senang.
"Sayang, ke marilah."
Jasmine berjalan menghampiri Jagat. Ia berdiri di samping kursi Jagat.
"Aku punya sesuatu buat kamu." Jagat mengambil sesuatu dari dalam laci meja kerjanya. Ia lalu menyodorkan dua buah kertas kepada Jasmine.
"Apa ini?"
"Besok kita akan berlibur ke Bali. Aku udah siapkan semuanya," ucap Jagat.
"Besok?! Mana bisa secepat itu?" protes Jasmine.
"Iya, kenapa?"
"Aku belum minta ijin sama Mama dan Papa. Lagian kenapa harus liburan mendadak sih?!"
"Sebenarnya nggak mendadak sih, Shagun udah ngajak aku dari seminggu yang lalu tapi aku baru mutusinnya kemarin."
"Itu namanya mendadak kan, Jagat," protes Jasmine.
"Loh emangnya kenapa? Kan kamu juga senin libur semester kan."
"Aku kan belum persiapan juga."
"Nggak perlu, aku udah siapin semuanya, kita tinggal berangkat aja," ucap Jagat. Ia menarik tubuh Jasmine untuk duduk di pangkuannya.
"Terus gimana nanti kalau Shagun tanya tentang aku yang ikut liburan sama kalian?" tanya Jasmine.
Sampai sekarang pun Jasmine maupun Jagat belum memberitahu Shagun tentang hubungan spesial mereka. Karena selama ini yang mereka lihat Shagun senang-senang saja saat ada Jasmine di tengah keluarga mungil mereka.
"Mungkin Shagun nggak akan tanya macam-macam karena Shagun sendiri juga senang kalau kamu ikut liburan sama kita," ucap Jagat.
"Tapi kalau seandainya Shagun tanya tentang aku gimana?" tanya Jasmine.
"Ya nggak masalahlah, kita jawab aja kalau kamu ini Mami barunya," sahut Jagat.
"Nggak lucu ah! Aku masih belum siap orang-orang tahu tentang hubungan kita, Jagat. Dan satu lagi, jangan lupa mengingatkan Shagun kalau dia nggak boleh cerita yang macam-macam tentang aku ke orangtua kamu."
"Iya," sahut Jagat dengan berat hati. Sebenarnya ia pun tak sabar ingin memberitahukan hubungan spesialnya dengan Jasmine kepada orangtuanya agar orangtuanya tak terus-menerus cemas dengan calon pasangan hidupnya. Dan ia yakin seribu persen kalau orangtuanya pasti akan sangat menerima Jasmine dan akan menyayangi Jasmine selayaknya orangtuanya dulu menyayangi mendiang Aakriti.
"Kalau gitu antar aku pulang sekarang," ucap Jasmine.
"Loh kenapa?"
"Besok pagi kita ke Bali kan, aku juga harsu siapin baju-baju aku kali." Ucap Jasmine seraya turun dari pangkuan Jagat.
"Oke kalau gitu, aku antar kamu." Jagat akhirnya tak mendebat lagi keinginan Jasmine.
Jagat mengantarkan Jasmine pulang ke rumahnya. Seperti biasa, Jasmine tak menawarkan Jagat untuk mampir masuk ke rumah orangtuanya itu.
Sampai di rumah, Jagat terkejut mendapati keberadaan mamanya yang baru saja keluar dari mobil.
"Loh Mama kenapa ada di sini?" tanya Jagat. Ia menghela nafasnya lega karena mamanya tak bertemu dengan Jasmine. Coba saja kalau mereka ketemu dan mamanya itu memergoki dirinya dan Jasmine sedang pacaran di rumah, mamanya ini pasti akan langsung memberondonginya dengan banyak pertanyaan dan pasti akan langsung mendesak dirinya untuk segera menikahi Jasmine. Dan konsekuensinya Jasmine akan marah kepadanya. Bisa-bisa hubungannya yang baru ia bina bersama Jasmine hancur berantakan.
"Kenapa? Mama mau ketemu sama Shagun," sahut Monica.
"Loh kamu kenapa udah pulang dari kantor? Perasaan akhir-akhir ini kamu sering nggak ada di kantor ya," sambung Monica.
"Mama sok tahu ah," sahut Jagat.
Jagat dan monica berjalan beriringan memasuki rumah.
"Mama itu ke kantor buat nemuin Papa kamu ya, tapi kamu selalu aja nggak ada di kantor. Kamu kemana?"
"Pekerjaanku kan nggak cuma ada di kantor, Ma. Aku juga harus keluar juga, cek lapangan, meeting, pokoknya segala macam."
"Tapi Mama mencium sesuatu yang janggal dari kamu." Ucap Monica dengan tatapan curiganya.
"Udah ah, terserah Mama. Mama tunggu di sini biar aku yang panggilkan Shagun."
"Mama bisa ke kamar Shagun sendiri," tolak Monica.
"Mama duduk aja, biar aku aja yang panggilkan Shagun. Oke?!" Jagat berjalan mendahului Monica menuju kamar Shagun.
"Shagun." Sapa Jagat saat ia sudah berada di kamar Shagun.
"Papi, ada apa, Pi?" tanya Shagun.
"Ada Oma di depan."
"Oma?!" Seru Shagun seraya tergesa turun dari ranjangnya.
"Eh tunggu dulu, Sayang," cegah Jagat saat Shagun sudah akan berlari keluar kamar.
"Ada apa?"
"Kamu ingat kan apa yang sering Papi katakan sama kamu tentang Kak Jasmine?"
Shagun sedikit berpikir lalu menganggukan kepalanya.
"Nggak boleh cerita apapun sama Oma, Opa ataupun sama orang lain kalau Kak Jasmine sekarang sering ada di rumah kita," ucap Jagat.
"Oke, Papi!"
"Bagus, kamu memang putri Papi yang sangat cerdas," puji Jagat.
"Aku udah boleh keluar kan?"
"Iya, Sayang."
Shagun berlari menghampiri Monica yang saat ini sedang duduk di ruang tengah.
"Oma!" seru Shagun.
"Shagun, cucu Oma yang paling cantik!" seru Monica.
Shagun langsung menubruk tubuh Monica dan memeluk omanya itu. "Aku kangen sama Oma."
"Oma juga kangen sama kamu. Oh iya, Oma ada kejutan buat kamu."
"Kejutan apa, Oma?" tanya Shagun dengan mata berbinar.
Jagat berjalan santai menghampiri dua perempuan berbeda generasi itu dan ia juga bisa mendengar percakapan di antara keduanya.
"Oma sama Opa mau ngajak kamu pulang ke India," ucap Monica.
"Loh tapi aku sama Papi mau liburan ke Bali, Oma," sahut Shagun.
"Kamu ikut Oma sama Opa saja. Nanti di sana kamu pasti akan senang karena bertemu dengan sepupu kamu. Di sana akan ada pesta pertuangan, nanti kamu akan senang di sana."
"Siapa yang bertunangan, Ma?" tanya Jagat.
"Anaknya Pamanmu, waktu itu Mama sudah memberitahu kamu tapi Mama yakin kamu pasti nggak ingat kan," sahut Monica.
"Mama, kan aku sibuk," kilah Jagat.
"Sesibuk-sibuknya kamu harusnya kamu sedikit saja meluangkan waktu untuk keluarga, Jagat," ucap Monica.
"Yaa ya ya ... aku salah," ucap Jagat.
"Oke, sekarang kamu siap-siap dulu karena besok kita akan berangkat. Kita akan menginap di sana selama satu minggu. Minta pelayan untuk membantumu, Sayang," ucap Monica.
"Papi, berarti liburan kita batal?" Shagun mendongakan kepalanya ke arah Jagat.
"Kamu mau ikut sama Oma dan Opa ke India apa mau liburan sama Papi ke Bali?" tanya Jagat.
Shagun terdiam sejenak untuk menimbang keputusannya. "Aku ikut Oma sama Opa saja. Ke Balinya kapan-kapan lagi aja, Pi."
"Oke kalau gitu. Kita ke Balinya lain kali aja," sahut Jagat.
"Sekarang kamu cepat bereskan barang-barang yang mau kamu bawa," sambung Jagat.
"Oke." Shagun berlari menuju kamarnya.
"Berarti kamu nggak jadi berlibur dong?" tanya Monica.
"Jadi," sahut Jagat singkat.
Ternyata jawaban Jagat membuat Monica sedikit curiga dengan anak semata wayangnya itu. "Kamu mau liburan sama siapa? Sendiri?"
"Ya sama siapa aja juga boleh."
Jawaban Jagat yang sangat ambigu membuat Monica semakin bingung sekaligus curiga. "Kamu mau iburan sama calon menantu Mama?" selidik Monica.
Jagat tak menjawab, ia malah mmenghembuskan nafasnya kasar seraya memalingkan wajahnya.
"Jagat, jawab Mama." Monica sedikit mendorong pundak Jagat agar Jagat kembali menghadap ke arah dirinya.
"Maaa, jangan tanya-tanya soal itu lagi ya. Kalau waktunya udah tiba aku bakal kenalin dia sama Mama dan Papa kok," sahut Jagat malas.
Senyum langsung terbit di bibir Monica. "Berarti sebentar lagi Mama mau punya menantu kan?! Shagun mau punya Mami kan?!" seru Monica dengan mata yang berbinar.
"Iya."
"Syukurlah. Tuhan selalu menjawab doa kita. Selamat ya, Mama ikut bahagia." Monica langsung memeluk tubuh Jagat untuk menyalurkan rasa bahagianya.
"Tapi aku ada satu permintaan buat Mama." Ucapan Jagat membuat Monica mengurai pelukannya.
"Apa?"
"Untuk sementara ini Mama jangan tiba-tiba datang ke sini ya."
"Loh kenapa?!" seru Monica. Ia merasa sedikit tersinggung dengan ucapan putranya itu.
"Terkadang aku membawanya ke sini dan sampai saat ini dia masih belum mau kalau hubungan kita diketahui oleh banyak orang."
"Terkecuali Mama dan Papa kan?! Dia pasti nggak akan nolak kalau kamu mengajaknya bertemu dan berkenalan sama Mama dan Papa." Monica memotong pembicaraan Jagat.
"Nggak, Ma. Dia juga masih belum siap berkenalan seara resmi sama Mama dan Papa," sahut Jagat.
"Loh kenapa begitu?"
"Aku masih meyakinkan dia agar sepenuh hati mau menerima aku. Aku sudah jatuh cinta sama dia, Ma. Dan aku nggak mau kehilangan dia. Aku minta Mama mengerti akan hal itu." Jagat menatap Monica dengan pandangan sendunya dan penuh akan permohonan.
"Iya, Mama mengerti. Mama juga ingin yang terbaik buat kamu dan ingin melihat kamu bahagia bersama pasangan kamu kelak. Mama janji nggak akan tiba-tiba datang ke sini lagi."
"Makasih ya, Ma."
"Tapi sudah sejauh apa hubungan kalian?"
"Kami masih dalam tahap pendekatan. Status kami masih pacaran."
"Syukurlah. Jangan lama-lama pacaran, segera ajak dia menikah dan jadikan dia ratu di hidup kamu."
"Iya, Ma. Itu pasti," sahut Jagat.
***
Bersambung
Semarang, 22 November 2021
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top