Part 45

Jangan lupa kasih vote 🌟 ya.
Kalau satu partnya ada 100 vote, aku update sehari tiga kali biar kayak minum obat.

Hari ini aku udah update 2 part ya.

Selamat membaca

***

Cukup lama Jagat dan Jasmine mengobrol hingga tiba-tiba hujan turun dan membuat mereka berlari memasuki rumah.

"Ada apa ini, kenapa tiba-tiba saja hujan?" Gerutu Jasmine ketika ia sampai di teras.

"Sudahlah, Sayang, kenapa harus menggerutu?" ucap Jagat.

"Gara-gara hujan pakaianku jadi basah begini. Rambutku juga," ucap Jasmine.

"Kamu nggak perlu menggerutu begitu, kamu kan bisa mengganti pakaian, lagipula ini juga sudah sore dan sekalian saja kamu mandi di sini. Setelah itu kita akan makan malam romantis baru setelah itu aku antar kamu pulang."

"Aku mau pulang sekarang aja."

"Ini masih hujan, Sayang."

"Kita naik mobil jadi kita nggak akan kehujanan kan?!"

Tiba-tiba saja ada sambaran petir hingga suara dan kilatannya membuat Jasmine berteriak dan langsung memeluk tubuh Jagat. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan Jagat.

"Cepat ayo kita masuk. Kata Mama kalau ada petir jangan berdiri di depan pintu." Jasmine melepaskan dirinya dari pelukan Jagat lalu berlari menggeret tangan Jagat agar segera memasuki rumah.

"Tutup pintunya, tutup juga kordennya," ucap Jasmine.

"Kenapa harus ditutup semua?" tanya Jagat. Meskipun begitu ia tetap mematuhi ucapan Jasmine.

"Aku bisa kaget-kaget terus kalau lihat kilatan petir," ucap Jasmine.

"Kamu takut sama petir?"

"Gimana nggak takut kalau sama petir?! Emang ada yang nggak takut sama petir?!"

Jagat berjalan menghampiri pelayannya. "Tutup semua pintu dan jendela. Tutup juga semua jendela dan pintu kaca dengan korden."

"Baik, Tuan." Pelayan itu segera pergi dan mengabarkan perintah tuannya itu kepada semua temannya karena sangat tidak mungkin jika hanya dirinya sendiri yang akan bekerja menutup pintu dan jendela dengan korden.

Jasmine melihat beberapa pelayan berlari menuju ke sekeliling rumah, bahkan ada juga yang langsung berlari menuju lantai atas.

"Kenapa mereka semua berlari seperti itu?" gumam Jasmine yang masih bisa didengar oleh Jagat.

"Mereka akan menutup semua jendela dan pintu kaca dengan korden."

"Memangnya biasanya pintu dan jendela kaca di sini nggak pernah ditutup sama korden?" tanya Jasmine.

"Nggak. Hanya tempat-tempat tertentu saja yang ditutup. Palingan juga di kamar," sahut Jagat.

"Sudahlah, sekarang sebaiknya kita mandi dan ganti baju sebelum kita terserang flu," sambung Jagat.

"Kita?" gumam Jasmine menirukan ucapan Jagat.

"Iya, kita. Aku sama kamu."

Jasmine langsung menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi bagian dadanya. Ia menatap Jagat dengan pandangan yang was-was.

"Kamu ini kenapa?" tanya Jagat heran melihat sikap Jasmine. Namun sedetik kemudian Jagat tersenyum kala ia mengetahui isi dalam pikiran Jasmine.

"Aku bisa saja mengabulkan keinginanmu itu, Sayang," ucap Jagat.

"Ke-keinginan apa? Aku nggak punya keinginan apapun," ucap Jasmine.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu pasti berpikir kalau kita akan mandi bersama kan?!" ucap Jagat.

"Ka-kamu mau melakukannya?" tanya Jasmine terbata. Ia menatap Jagat takut-takut. Biar bagaimana pun Jagat adalah seorang pria yang sudah lama tak menyentuh seorang perempuan karena cukup lama menduda. Ia takut jika Jagat akan berbuat nekat kepada dirinya.

"Kalau kamu mau, aku akan dengan senang hati melakukannya, Sayang." Ucap Jagat seraya tersenyum pada Jasmine.

Jasmine memundurkan langkahnya menjauhi Jagat dan bersiap-siap akan berlari menghindari Jagat jika duda tampan di hadapannya ini sampai berbuat nekat kepadanya.

Jasmine terpekik terkejut karena Jagat telah menarik tangannya. "Apa yang mau kamu lakukan?!" seru Jasmine.

Jagat menarik tangan Jasmine menaiki anak tangga lalu membawanya masuk ke sebuah kamar.

Saat berada di dlam kamar, barulah Jagat meepaskan tangan Jasmine dari genggamannya. "Cepatlah mandi sebelum kamu flu. Kamar mandinya di sebelah sana. Aku akan mandi di kamar mandi sebelah." Jagat menyerahkan sebuah handuk kimono kepada Jasmine lalu ia segera keluar dari kamarnya.

Jasmine terpaku melihat kepergian Jagat. Ia pikir tipe pria seperti Jagat akan berbuat hal yang tidak-tidak mengingat di beberapa kali pertemuan Jagat selalu saja mencuri-curi kesempatan untuk melakukan kontak fisik dengannya.

Tanpa harus berpikir panjang lagi, Jasmine segera memasuki kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya dan setelah itu ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kimono handuk yang tadi Jagat berikan kepadanya.

Keluar dari kamar mandi ia menuju meja rias untuk mencari sisir rambut. Ia menyisir rambutnya seraya memperhatikan keadaan sekitarnya. Kamar ini sangat rapi dan bersih, sepertinya Jagat menyukai kebersihan dan kerapian.

Mata Jasmine terpaku pada sebuah bingkai foto yang terpajang di atas nakas. Ia mengambil bingkai itu dan menelitinya dengan seksama. Di dalam bingkai itu ada foto Jagat yang sedang bersama seorang perempuan. Sepertinya ini foto pernikahan, ia mengetahuinya dari pakaian yang dipakai Jagat dan perempuan yang bersamanya itu.

"Ini pasti Maminya Shagun. Siapa ya namanya? Ohh iya, Aakriti. Beberapa kali Jagat pernah menyebut nama itu. Ini foto pernikahan mereka memakai pakaian khas adat India ternyata," ucap Jasmine.

"Cantik," gumam Jasmine memuji paras Aakriti.

Jasmine lalu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Jagat, di atas meja ia juga mendapati beberapa foto Jagat bersama Shagun. Ada sebuah bingkai foto berukuran besar menempel di dinding yang menarik perhatiannya. Ia pun berjalan menghampiri foto tersebut.

Terdengar suara pintu terbuka, Jagat muncul di ambang pintu. Ia melihat tangan Jasmine yang sedang membawa bingkai foto pernikahannya dulu bersama Aakriti.

"Dia adalah Aakriti. Dia Maminya Shagun." Ucap Jagat seraya mendekat ke arah Jasmine.

"Dia sangat cantik dan terlihat sangat elegan di foto itu," ucap Jasmine.

"Iya, dia bukan hanya menjadi istriku tapi juga menjadi teman baikku selama kami hidup bersama. Sayangnya kami hanya memiliki sedikit waktu untuk bersama."

"Kamu sangat mencintai Maminya Shagun?"

Jagat mengambil alih bingkai foto pernikahannya dengan Aakriti dari tangan Jasmine. "Iya. Cinta itu perlahan tumbuh setelah kami resmi menikah dan hidup bersama."

"Kalian saling jatuh cinta setelah kalian resmi menikah?" tanya Jasmine terheran.

"Ya ... kami menikahkarena perjodohan. Di hari perkenalan dan pertemuan pertama kami, kami sudahsaling menyetujui perjodohan itu karena kami sama-sama nggak punya pasangansaat itu. Dan setelah itu kami mencoba untuk saling mendekatkan diri kamimasing-masing. Semua terjadi begitu sangat singkat. Kami berkenalan, lalu beebrapabulan kemudian kami bertunangan lalu menikah. Saat proses pendekatan sebelummenikah itupun kami juga nggak pernah bertemu karena aku tinggal di sinisedangkan Aakriti di India. Baru setelah menikah aku membawanya ke sini. Namun takdirberkata lain. Tuhan lebih menyayangi Aakriti hingga Tuhan mengambil Aakritikembali begitu cepat dari kami semua."

Jasmine ikut merasa sedih dengan cerita singkat yang diceritakan oleh Jagat. "Aku turut bersedih atas meninggalnya Aakriti."

Jasmine sedikit mengukir senyum tulusnya dan menggenggam tangan Jagat mencoba untuk menguatkan.

"Eemm ... apa kamu punya pakaian bersih lain?" tanya Jasmine mengalihkan topik pembicaraan. Ia tak suka dengan suasana melow seperti ini karena ia adalah tipe perempuan yang mudah sekali mengeluarkan air mata, entah itu air mata sedih ataupun bahagia.

"Pakaianmu sedang dicuci, aku emm ... tunggu sebentar." Jagat berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia mencari pakaian yang bisa dipakai oleh Jasmine. Tak banyak yang bisa ia temukan dari dalam lemarinya. Hanya ada kaos dan kemeja serta celana panjang dan pendek miliknya.

Pilihan Jagat tiba pada sebuah kemeja berwarna putih miliknya lalu ia berikan pada Jasmine. "Pakai ini saja dulu."

Jasmine menerima kemeja itu dengan ragu-ragu. "Apa nggak ada pakaian yang lainnya lagi selain kemeja ini?" Jasmine meneliti kemeja Jagat yang ukurannya terlalu longgar untuk ukuran tubuhnya.

"Aku hanya punya kemeja seperti itu dan kaos. Kalau memakai cenala milikku pasti akan sangat nggak muat. Sebenarnya aku bisa membelikan pakaian buat kamu tapi di luar hujannya begitu sangat deras jadi aku tak tega menyuruh orang untuk membelikan pakaian buat kamu," ucap Jagat.

"Ya udah kalau gitu aku pakai kemeja ini aja." Jasmine berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Tak butuh waktu lama untuk berganti pakaian, kini Jasmine sudah keluar dari kamar mandi. Kemeja Jagat begitu longgar saat ia pakai. Ia berjalan ragu menghampiri Jagat. Untung saja tadi pakaian yang ia kenakan tak terlalu basah jadi pakaian dalamnya masih bisa ia gunakan.

***

Bersambung

Semarang, 18 November 2021

Silvia Dhaka



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top