Part 2


"Silakan duduk, Bu Monica." Jasmine mempersilakan Monica untuk duduk saat mereka sudah berada di dalam ruang kerja Jasmine. Ruangan Jasmine tentu saja terpisah dari ruang para guru pengajar di bimbingan belajar ini. Ruangannya cukup luas, selain ada kursi kebesarannya dan meja serta dua tempat duduk di seberangnya, ruangan ini juga memiliki satu set sofa beserta mejanya. Di dalam ruangan ini juga memiliki kamar mandi.

"Terima kasih, Bu Jasmine." Monica duduk seraya mengamati ke sekeliling ruangan yang tertata rapi dan indah. "Ruangan Bu Jasmine rapi dan indah. Nyaman lagi," ucap Monica.

"Terima kasih pujiannya, Bu Monica," ucap Jasmine.

"Baik, sekarang Shagun ingin diajari tugas yang mana? Untuk hari ini Bu Jasmine sendiri yang membimbing Shagun belajar tapi untuk besok kamu mungkin bisa saja dibimbing oleh guru yang lain. Mengerti kan, Sayang?"

"Mengerti, Kakak Jasmine," sahut Shagun.

Jasmine tersenyum. "Shagun Sayang, murid di sini biasanya manggil saya dengan panggilan Bu Jasmine, jadi Bu Jasmine harap kalau Shagun manggil saya dengan panggilan Bu Jasmine juga," ucap Jasmine.

Shagun menggelengkan kepalanya. "Aku lebih suka manggilnya Kak Jasmine aja."

Monica membelalakan matanya seraya menutup mulutnya yang menganga dengan satu telapak tangannya. Ia merasa jika cucunya ini sangat cerdas mengenali orang.

"Emm ... maaf, Bu Jasmine. Apa Bu Jasmine sudah berkeluarga? Maksud saya menikah?" tanya Monica. "Maaf jika pertanyaan saya lancang," imbuh Monica.

"Saya masih single, Bu."

"Waahh kebetulan sekali kalau begitu," sahut Monica.

"Maksudnya apa?"

"Ohh nggak pa-pa kok. Ya sudah Bu Jasmine bisa lanjutkan saja bimbingan belajarnya. Saya akan diam nunggu di sini," ucap Monica.

Jasmine tersenyum, ia lalu meminta Shagun mulai membuka bukunya agar bimbingannya bisa segera dimulai.

Setelah dua jam berlalu, Shagun dan Monica berpamitan pulang pada Jasmine karena tugas Shagun sudah selesai dikerjakan.

"Papi!" Sampai rumah, Shagun langsung berlari mencari keberadaan papinya karena di luar ia sudah melihat mobil papinya terparkir.

"Shagun, kamu dari mana aja?" tanya Jagat saat putri kesayangannya itu menubruk tubuhnya.

"Papi, aku baru aja ke tempat les baru," sahut Shagun.

"Jagat, kamu sudah pulang?" sapa Monica pada putranya itu.

"Udah, Ma."

"Ayo Shagun, kita pulang," ajak Jagat.

"Kalian mau langsung pulang? Nggak mau makan malam di sini dulu?"

"Nggak, kita makan malam di rumah aja," sahut Jagat.

"Oh iya, hari ini Mama udah carikan tempat bimbingan belajar yang bagus buat Shagun."

"Bimbingan belajar? Ya baguslah kalau gitu."

"Baguslah gimana maksud kamu? Mama carikan tempat les itu gara-gara kamu nggak mau carikan Shagun mama yang baru," ucap Monica.

"Mama ini kenapa sih? Apa hubungannya les sama mama baru?" protes Jagat. Ia menurunkan Shagun ke sofa agar putrinya itu duduk sendiri karena ia akan merasa sangat gerah saat mamanya mulai mendesaknya untuk kembali menikah.

"Ya ada dong, Jagat. Kalau Shagun punya mama baru, Mama kamu ini nggak akan bingung ngajarin tugas Shagun. Kamu tahu kan kalau pelajaran anak jaman sekarang ini susah semua, Mama sudah setua ini dan udah lama nggak sekolah," ucap Monica dengan raut wajah yang cemberut.

"Shagun udah dapat tempat les baru jadi sekarang masalahnya udah selsai kan, Ma? Kalau gitu aku sama Shagun mau pulang sekarang."

"Belum. Ada lagi yang mau Mama bicarain sama kamu."

Jagat mendesah lelah dengan ucapan Monica. "Apa lagi?"

"Guru di tempat les Shagun ternyata cantik banget loh, Jagat. Mana orangnya masih single, ramah, baik, pokoknya sempurna banget deh. Mama rasa perempuan itu cocok buat jadi istri kamu dan juga cocok buat jadi mama barunya Shagun," ucap Monica.

"Shagun sayang, katakan sama Papi kamu kalau Bu Jasmine memang cantik," ucap Monica kepada Shagun.

"Iya, Papi. Kak Jasmine memang cantik, sama seperti aku," sahut Shagun.

"Ma, udahlah. Jangan mulai lagi karena sampai kapan pun hanya Aakriti yang ada di hatiku," sahut Jagat.

"Ayo Shagun, kita pulang." Jagat menggandeng tangan Shagun, mereka berdua meninggalkan rumah Monica.

"Jagat!" seru Monica saat ia melihat putra semata wayangnya pergi meninggalkannya.

Sampai di dalam mobil, Shagun memperhatikan wajah Jagat yang tampak muram. "Papi kalau ketemu sama Oma pasti marah-marah."

"Enggak, Sayang."

"Papi."

"Heemm ...."

"Papi, lihat aku," ucap Shagun.

"Ada apa, Shagun?" tanya Jagat setelah ia menolehkan wajahnya ke arah sang putri.

"Kak Jasmine cantik deh, persis kayak aku sama Mami Aakriti."

"Kak Jasmine siapa?" tanya Jagat tanpa minat. Meski tanpa minat ia harus tetap menanggapi kalimat sang putri karena jika ia tak menanggapi maka putrinya itu akan terus mencercanya dengan kalimatnya.

"Kak Jasmine itu guru di tempat les aku yang baru, Pi."

"Terus manggilnya kenapa Kak? Memangnya dia nyuruh kamu manggil dia dengan sebutan Kakak?"

Shagun menggelengkan kepalanya. "Kak Jasmine minta aku manggil dia Bu Jasmine tapi aku nggak mau soalnya dia cantik dan masih muda. Besok Papi antar aku ke tempat les yang baru ya, supaya Papi bisa tahu bagaimana cantiknya Kak Jasmine."

"Ya kalau dia minta kamu manggil dia dengan sebutan Bu Jasmine ya panggil Bu Jasmine aja, Sayang. Jangan diganti-ganti begitu lagipula nggak enak sama murid yang lain kan?!"

'Nggak pa-pa. Pokoknya aku maunya manggil Kak Jasmine."

Jagat menghela nafasnya. "Baiklah, terserah kamu aja."

Sampai di rumah, Jagat langsung meminta pengasuh agar membawa Shagun ke kamar, setelah itu ia juga melangkah memasuki kamarnya sendiri.

Jagat tersenyum menyapa wajah Aakriti yang terbingkai indah dan ia pajang di dinding kamarnya. Aakriti telah meninggalkan dunia ini sewaktu melahirkan buah cinta mereka, Shagun Aakriti Paraduta. Setiap kali memasuki kamar, hal yang pertama kali ia lakukan adalah tersenyum menyapa foto mendiang istrinya itu.

"Hai, Sayang. Bagaimana harimu? Apakah menyenangkan?" Jagat membuka jas dan dasinya di hadapan foto Aakriti.

"Hari ini sangat melelahkan bagiku. Ternyata Adrian dan Joana telah sepakat untuk mengerjaiku dan membuat aku sulit hari ini, tapi sudahlah ... lupakan saja. Aku akan mandi lalu setelah itu aku akan beristirahat, aku merasa lelah sekali."

Jagat berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan ritual mandinya setelah itu ia membaringkan tubuhnya di ranjang.

***

Hari sudah mulai gelap saat Jasmine memasuki rumahnya. Keinginannya menjadi seorang tenaga pendidik membuat ia total dengan pendidikan yang sudah ia tempuh. Setelah lulus kuliah ia melamar menjadi guru SMA swasta untuk orang-orang elit. Tak hanya itu, setelah beberapa tahun ia mengajar sebagai guru di SMA swasta elit, ia mulai membuka bimbingan belajar. Hingga sekarang bimbingan belajar miliknya itu sudah memiliki beberapa cabang. Ia menggunakan uang tabungannya selama ia sekolah sampai kuliah dan gajinya sebagai guru untuk modal usahanya itu.

Kini bahkan jika Jasmine tak bekerja menjadi guru di sekolah swasta pun ia sebenarnya juga sudah memiliki banyak penghasilan ditambah lagi sampai saat ini sang papa masih terus memberikannya jatah uang saku setiap bulannya.

Kedatangan Jasmine disambut ramah oleh sang asisten rumah tangga di rumahnya.

"Selamat malam, Mbak Jasmine."

"Selamat malam, Bik Lastri." Sahut Jasmine seraya tersenyum lalu berjalan menuju ruang makan.

"Makan malam udah siap semua, Ma? Kak Rose belum pulang ya?" tanya Jasmine saat ia melihat mamanya di dapur.

"Kakak kamu belum pulang, entah mau pulang jam berapa dia. Kamu mau mandi dulu apa mau langsung makan?"

"Langsung makan aja deh, jadi nanti aku bisa langsung istirahat," ucap Jasmine. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang tamu.

"Jasmine, kamu sudah pulang?"

"Papa." Sapa Jasmine saat sang papa baru saja mendudukkan diri di kursi.

"Bagaimana kerjaan kamu, lancar?" tanya Beanjamin.

"Lancar kok, Pa. Cuma tadi di bimbel ada wanita yang ngotot banget minta cucunya dibimbing hari ini juga, padahal dia baru aja daftarin cucunya loh."

"Terus gimana itu?" tanya Benjamin.

"Ya aku ajak mereka ke ruanganku aja, aku ajarin anak itu di ruanganku. Soalnya nggak mungkin juga anak itu tiba-tiba masuk ke kelas di saat kelas udah mulai. Aku nggak tega lihat anak itu kalau sampai besok dia dihukum gara-gara nggak kerjain tugas," sahut Jasmine.

"Mbak Jasmine baik sekali," ucap Bik Lastri yang kebetulan juga mendengar cerita dari Jasmine.

"Emang anak kecil itu nggak punya orangtua?" sambung Mardina, mama Jasmine.

"Ya aku nggak tahulah, Ma. Masa iya aku tanya soal begituan di pertama kita ketemu," sahut Jasmine.

Mardina berjalan seraya membawa satu piring lauk lalu ia letakkan di meja makan. "Kita mulai saja makan malamnya."

"Loh nggak nunggu Rosaline dulu?" tanya Benjamin.

"Rosaline kayaknya pulang malam lagi deh, Pa. Soalnya tadi pas Mama telpon, katanya kita disuruh makan malam dulu aja," ucap Mardina.

"Ya udah kita makan dulu aja deh, Pa. Aka udah lapar banget," ucap Jasmine.

"Ya udah, kita mulai saja makan malamnya," ucap Benjamin.

*** 

Bersambung

Semarang, 14 September 2021

       Silvia Dhaka

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top