Bab 39
Usai kebakaran yang menghanguskan pabrik garmen milik kedua orang tua Edgar saat itu, kehidupan keluarga mereka berubah drastis. Sekalipun mendapatkan uang asuransi, kedua orang tua Edgar tak bisa memulai usaha serupa. Mereka harus menggaji sejumlah karyawan dan membayar utang dengan menggunakan uang dari asuransi. Pasalnya tak ada satupun investor yang tertarik untuk menanamkan investasi pada usaha yang akan dibangun kedua orang tua Edgar. Alhasil mereka memutuskan untuk membuka usaha warung makan kecil-kecilan dengan menyewa sebuah kios di tepi jalan. Penghasilannya dipergunakan untuk modal berjualan kembali dan sebagian ditabung.
Sementara Edgar, pria itu telah mengunjungi banyak kantor firma hukum dan mengontak sejumlah kenalan, tapi tidak ada satupun yang menerimanya. Tanpa naungan sebuah kantor firma hukum, Edgar bukanlah apa-apa. Tidak akan ada yang mau menggunakan jasanya sebagai seorang pengacara. Jika ingin membuka kantor sendiri, Edgar tidak mampu secara finansial. Apalagi kedua orang tuanya mengalami kebangkrutan.
Lalu Emily, wanita itu menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya bekerja sebagai dosen dan rumah tangga mereka baik-baik saja.
Siang ini, setelah setahun berlalu, Tuhan kembali mempertemukan Fiona dan Edgar dalam situasi yang tidak menyenangkan. Edgar yang telah putus asa dan hilang kendali, menahan tubuh Fiona dengan mencekal lengan wanita itu kuat-kuat. Edgar ingin Fiona kembali padanya dan mengulang semuanya dari awal lagi.
Namun, dalam situasi Fiona yang terpojok, tiba-tiba sebuah suara terdengar berseru dari kejauhan.
"Fiona!"
Sontak saja Fiona dan Edgar mengalihkan perhatian ke arah sumber suara.
Dari kejauhan tampak Krisna sedang berlari ke arah mereka berdua usai membanting pintu mobil Fiona yang baru selesai diperbaiki. Kedatangan pria itu sama sekali tidak diprediksi Fiona karena Krisna tidak mengirimkan kabar apapun. Akan tetapi, begitu melihat Krisna, seketika Fiona merasa lega bukan kepalang.
"Lepaskan dia!"
Begitu tiba di hadapan Edgar, Krisna langsung menyuruh pria itu agar melepaskan cekalannya pada lengan Fiona.
Edgar melepaskan tangan Fiona meski dengan terpaksa. Akan ada perkelahian jika Edgar ngotot mempertahankan cekalannya.
"Pergilah. Ini bukan urusanmu," usir Edgar yang tampak tidak suka melihat Krisna. Bukan kali ini saja, tapi sejak dulu Edgar tidak pernah menyukai Krisna. Ia selalu merasa cemburu jika Fiona diantar Krisna.
"Apa kamu tidak melihat jika Fiona tidak ingin bicara denganmu?" ucap Krisna berani. Toh, sekarang Edgar bukan siapa-siapa. Ia hanya mantan suami Fiona yang tidak harus dihormati olehnya.
Edgar mengulum senyum melihat tingkah Krisna yang sangat jauh berbeda dengan saat ia masih berstatus sebagai suami Fiona.
"Apa karena aku bukan suami Fiona lagi, kamu bisa bersikap seperti ini padaku?" Edgar merasa tidak terima dengan perlakuan Krisna.
"Ya, jadi pergilah." Krisna masih cukup bersabar menghadapi Edgar.
"Kalau aku jadi suami Fiona lagi, apa kamu akan menghormatiku?"
"Fiona tidak akan pernah kembali padamu lagi, mengerti? Fiona adalah wanitaku. Jadi menjauhlah dari hidup Fiona," ucap Krisna bermaksud mengusir Edgar. Namun, terselip sebuah pernyataan dalam ucapan Krisna. Apakah ia sengaja ingin membuat Edgar merasa cemburu dengan kalimatnya ataukah Krisna keceplosan?
"Apa?!" Edgar berteriak nyalang. "Sejak kapan Fiona jadi wanitamu, hah? Kamu hanya supir, Kris. Kamu tidak pernah pantas bersanding dengan Fiona. Camkan itu!"
"Aku memang supir. Tapi aku tidak akan pernah berselingkuh dari wanita yang kucintai. Mengerti?"
Edgar merasa tertohok saat Krisna menyindirnya dengan terang-terangan. Pria itu benar-benar di luar dugaan Edgar. Jadi firasat buruk yang dirasakan Edgar selama ini tentang Krisna memang benar adanya?
"Kamu pikir, Fiona menyukai orang sepertimu? Kalau Fiona menyukaimu, seharusnya sejak dulu dia menikah denganmu, bukan denganku." Edgar tak ingin kalah sekalipun dalam berdebat dengan Krisna. Dilihat dari segi apapun Edgar jauh lebih unggul daripada Krisna, baik secara fisik maupun pendidikan. Meskipun tidak mengenakan setelan jas mahal, Edgar masih tetap setampan dulu. Hanya bobot tubuhnya yang sedikit berkurang dari sebelumnya.
Krisna tidak berkutik didera dengan pertanyaan itu. Kenyataan bahwa Fiona tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman tidak dapat Krisna pungkiri.
"Aku menyukainya."
Pernyataan mengejutkan keluar dari bibir Fiona tiba-tiba. Membuat Edgar dan Krisna tercekat bersamaan. Wanita itu berhasil menyelamatkan harga diri Krisna di depan mantan suaminya.
"Selama ini aku tidak pernah sadar kalau aku menyukai Krisna bukan sekedar sebagai teman, tapi sebagai seorang pria. Kalau aku menyadarinya sejak awal, aku tidak perlu mengalami semua ini," tandas Fiona kemudian.
"Tidak mungkin. Kamu berbohong, kan?" Raut wajah Edgar menyiratkan sikap keberatan atas ucapan Fiona. Bisa saja Fiona mengatakan hal itu untuk menyakiti hatinya. Wanita itu pandai menyembunyikan perasaannya. Edgar baru menyadari semua itu sesaat sebelum ia pergi meninggalkan rumah Fiona.
"Ayo kita pergi, Kris. Aku sudah terlambat menghadiri rapat," ucap Fiona pada Krisna demi menghentikan drama itu. Ia sudah muak beradu argumen dengan Edgar yang kini kewarasannya mesti dipertanyakan.
"Baiklah."
"Fiona, tunggu!"
Edgar hendak mencegah Fiona pergi, tapi mendadak Krisna pasang badan. Membuat Edgar tak bisa menahan Fiona untuk mengurungkan niatnya pergi dari tempat itu.
Perasaan Edgar seolah tercabik ketika menatap kepergian Fiona bersama Krisna. Hingga detik ini ia masih tidak memercayai jika Fiona menyukai Krisna. Pria itu bukanlah level Fiona.
Fiona pasti sengaja berbohong untuk membuat hatinya terluka. Edgar membuat kesimpulan sendiri dalam pikirannya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top