Bab 13
"Edgar sudah sadar, Fi... "
Setelah mengucapkan 'halo' Dokter Frans langsung memberitahu Fiona kabar yang baru saja ia dapatkan pagi ini. Ia sukses membuat Fiona terkejut sekaligus tidak percaya.
"Apa?" seru Fiona spontan. Wanita itu baru membuka mata beberapa menit lalu, bahkan ia belum sempat mencuci wajahnya. Fiona masih ada di atas ranjang, menunggu Bibi Sul selesai menyiapkan kamar mandi.
"Dari kabar yang kudapat, Edgar membuka matanya semalam."
"Lalu bagaimana keadaannya?" tanya Fiona penasaran. Melihat kondisi mobilnya ketika mengalami kecelakaan, semestinya Edgar mendapatkan cedera cukup serius, pikir Fiona. Mungkin tidak seharusnya Edgar sadar secepat ini.
"Pagi ini masih akan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Kemungkinan nanti siang hasilnya baru akan keluar," ujar Dokter Frans mentransfer seluruh informasi yang diperolehnya pagi ini.
"Oh."
"Aku akan menghubungimu nanti siang setelah mendapat kabar lengkapnya."
"Baiklah."
Fiona menurunkan ponsel dari telinga. Wanita itu tertegun cukup lama.
Tuhan belum berkenan untuk memanggil Edgar ke sisi-Nya, batin Fiona. Lantas apa yang akan dilakukan Fiona selanjutnya? Apakah ia akan merancang sebuah skenario baru atau berhenti melakukan balas dendam? Toh, Mira sudah pergi ke kampung halamannya seperti yang diinfokan orang suruhan Fiona. Edgar juga sudah menerima 'pelajaran' yang diberikan oleh Fiona.
"Apa kita akan ke kamar mandi sekarang?" Bibi Sul mendekat dan bersuara sedikit lirih karena tidak ingin mengejutkan Fiona.
"Sebentar, Bi. Aku harus menelepon seseorang. Bisakah Bibi keluar sebentar?" pinta Fiona pada Bibi Sul.
"Baik, Nyonya." Bibi Sul menjawab dengan patuh. Ia tidak punya hak untuk membantah segala perintah yang diberikan Fiona. Wanita itu buru-buru pergi dari hadapan Fiona dengan langkah perlahan.
Siapa yang akan dihubungi Fiona? Apakah orang suruhannya?
Fiona mencari sebuah nama di kontak telepon miliknya, lantas menekan ikon hijau. Tak butuh waktu lama panggilannya telah terhubung.
"Halo..." Suara seorang pria menjawab panggilan Fiona.
"Maaf, aku mengganggumu sepagi ini," ucap Fiona sadar diri. Memang saat ini sudah tidak terlalu pagi, tapi Fiona tahu betul jika para pekerja kantoran biasanya baru membuka mata di jam-jam rawan seperti sekarang.
"Tidak. Kamu tidak menggangguku. Aku sudah bangun dari tadi."
Fiona tak ambil pusing apakah pria itu sedang berbohong ataukah berkata benar. Terkadang kata-kata semacam itu hanya sebuah formalitas agar lawan bicara tidak merasa canggung.
"Apa aku bisa meminta bantuanmu?"
"Tentu saja. Tapi bantuan apa?"
"Bisakah kamu menjadi kuasa hukumku? Aku ingin mengajukan gugatan cerai," ucap Fiona.
Pria di ujung telepon terenyak mendengar permintaan Fiona yang sebentar lagi akan menjadi kliennya.
"Bisa. Tapi kudengar Edgar sedang koma... "
"Dia sudah sadar semalam," beritahu Fiona seperti yang didengarnya dari Frans yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit tempat Edgar dirawat.
"Oh, benarkah?"
"Ya."
"Tapi apa harus secepat ini? Mengingat kondisi Edgar yang mungkin belum pulih benar."
"Dia pasti akan pulih dengan cepat," tukas Fiona yakin seyakin-yakinnya. Setelah mengalami kecelakaan sehebat itu dan Edgar masih selamat, itu tandanya Edgar akan pulih dalam waktu singkat. Gugatan cerai tidak akan berpengaruh apapun pada kondisi fisik maupun mentalnya. Lagipula sebelum terjadi kecelakaan itu Fiona sudah 'mengusir' Edgar. Dengan jelas Fiona mengatakan jika hubungan di antara mereka telah berakhir. Harusnya Edgar tidak syok mendapat gugatan cerai dari Fiona.
"Baiklah. Kalau begitu kirimkan dokumen-dokumennya ke kantorku. Aku akan mengurusnya."
"Ya. Aku akan menyuruh orang untuk mengirimkannya."
Sejenak tidak ada balasan dari ujung telepon.
"Apa kamu baik-baik saja, Fi? Sejujurnya aku jauh lebih mencemaskan keadaanmu daripada Edgar."
Fiona tersenyum miris.
"Aku masih kuat menghadapi kenyataan, Bil. Tidak usah mencemaskanku," ujar Fiona.
"Baiklah kalau begitu. Aku menjadi tenang mendengarnya."
"Sebelumnya aku berterimakasih padamu, Bil."
"Tidak masalah, Fi. Sekalipun Edgar adalah sahabatku, tapi kamu adalah klienku. Aku bekerja secara profesional," ucap Billy berusaha meyakinkan Fiona. Wanita itu telah resmi menjadi kliennya.
"Katakan saja berapa yang kamu inginkan... "
"Tidak, tidak. Aku tidak akan meminta sepeserpun darimu, Fi."
"Jangan seperti itu, Bil."
"Sungguh, Fi. Aku tidak meminta bayaran darimu. Anggap saja ini bantuan gratis dariku," ujar Billy.
"Terserah kamu."
Fiona menutup telepon. Bahkan Billy berjanji tidak akan meminta bayaran darinya. Mustahil. Fiona tidak pernah menerima bantuan cuma-cuma dari siapapun. Ia terbiasa memberi harga untuk semua bantuan yang orang berikan padanya. Kali ini pun Fiona tidak akan menerima bantuan gratis dari Billy. Ia pasti akan membayar pria itu dengan harga yang pantas.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top