Bab 6
Bibi Sul berhenti sejenak persis di depan pintu kamar Fiona. Di tangannya terdapat sebuah nampan kecil dan di atasnya ada sebuah gelas berisi air perasan jeruk lemon. Wanita itu sedianya akan mengetuk pintu, tapi samar-samar ia mendengar suara Fiona sedang berbicara sendiri. Mungkin ia menelepon seseorang, pikir Bibi Sul tidak berburuk sangka. Pasalnya bukan kali ini saja Bibi Sul mendapati Fiona berbicara dengan seseorang di telepon. Meskipun kondisi Fiona terbatas, ia masih aktif memantau laju perkembangan perusahaannya dari rumah.
Wanita itu memilih untuk menunggu beberapa saat hingga telinganya tak menangkap suara Fiona lagi.
Bibi Sul baru mengetuk pintu setelah memastikan suasana kembali hening di dalam ruangan milik Fiona. Wanita itu masuk tanpa menunggu aba-aba dari pemilik kamar.
Fiona tampak duduk di atas kursi rodanya dengan menghadap keluar dinding kaca yang tirainya terbuka lebar. Pemandangan langit biru yang bersih tanpa awan terpampang jelas di hadapannya.
"Ini minumannya, Nyonya," ucap Bibi Sul seraya meletakkan gelas berisi air perasan jeruk lemon ke atas meja yang berada di sebelah kanan kursi roda Fiona. Di sana juga sudah tersedia sepiring buah anggur kesukaan Fiona.
Fiona hanya berdeham pelan.
Bibi Sul lantas berdiri di samping kursi roda Fiona, menunggu jika wanita itu membutuhkan bantuannya. Biasanya Bibi Sul akan menemani majikannya itu nyaris sepanjang hari karena Fiona sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan banyak hal.
Di rumah itu Bibi Sul digaji dengan sangat tinggi. Upahnya merawat Fiona sebanyak sepuluh kali lipat dari gaji pelayan restoran. Sebagai seorang pemilik perusahaan besar, bukan hal yang sulit bagi Fiona untuk membayar mahal asisten rumah tangganya.
Bibi Sul dipekerjakan pertama kali di rumah itu adalah sehari sebelum Fiona dibawa pulang dari rumah sakit pasca mengalami kecelakaan. Sebelumnya ia bekerja sebagai asisten rumah tangga di tempat lain dan mengalami tindak kekerasan. Bibi Sul merasa beruntung karena ia diterima bekerja di rumah Fiona setelah lepas dari penderitaan di rumah majikan lamanya.
Meskipun telah mengabdikan diri pada keluarga itu selama tujuh bulan terakhir, Bibi Sul tak cukup mengenal sifat dan karakter Fiona yang sesungguhnya. Fiona tak pernah berbagi cerita atau obrolan pribadi padanya sehingga membuat Bibi Sul cukup berhati-hati dalam berkata atau bertindak. Sebuah kesalahan kecil mungkin bisa berpengaruh pada pekerjaannya, pikir Bibi Sul.
Fiona meraih gelas berisi air perasan jeruk lemon buatan Bibi Sul, lantas menyesapnya perlahan. Ia suka dengan minuman itu apalagi Bibi Sul yang membuatnya.
"Apa menurut Bibi aku bisa sembuh jika menjalani terapi?"
Usai meletakkan kembali gelasnya di atas meja, Fiona menegur Bibi Sul. Tanpa sedikitpun menoleh ke arah Bibi Sul yang masih berdiri tegak di samping kursi rodanya.
Bibi Sul cukup heran mendapat pertanyaan seperti itu. Terlebih Fiona bukanlah tipe orang yang suka berbagi obrolan dengannya. Fiona terbiasa meminta bantuan Bibi Sul untuk melakukan ini-itu, tapi bukan berbincang layaknya seorang manusia dengan manusia. Fiona hanya akan berbicara pada Edgar, suaminya.
"Bagaimana jika aku tetap tidak bisa berjalan meskipun sudah melakukan terapi?"
Satu pertanyaan belum terjawab, Fiona malah mengajukan sebuah pertanyaan lagi. Membuat Bibi Sul kebingungan. Jawaban apa yang kira-kira bisa membuat majikannya merasa puas? Karena Bibi Sul tak tahu apakah terapi bisa menyembuhkan kaki Fiona atau tidak.
Ponsel milik Fiona yang tergeletak di atas meja bergetar dan seketika mengalihkan perhatian wanita itu dari menunggu jawaban Bibi Sul.
"Bibi istirahat saja. Kalau aku butuh sesuatu, nanti akan aku hubungi," ucap Fiona bermaksud mengusir Bibi Sul dengan cara halus.
"Baik, Nyonya." Bibi Sul mundur selangkah, lantas berjalan ke arah pintu tanpa menimbulkan suara berarti. Wanita itu juga membuka dan menutup pintu kamar Fiona dengan hati-hati.
Setelah memastikan jika Bibi Sul sudah keluar dari kamarnya, barulah Fiona meraih ponselnya yang masih bergetar. Sebaris angka tanpa nama tertera di layar ponselnya.
"Ya?"
" ... "
"Bagus. Aku akan mengirimkan tugas selanjutnya untukmu."
" ... "
"Aku akan mentransfernya setelah ini."
" ... "
Tanpa mengucapkan apapun, Fiona menutup sambungan telepon. Lalu beberapa saat kemudian, wanita itu membuka sebuah aplikasi di ponselnya dan mentransfer sejumlah dana ke sebuah rekening.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top