Bab 3

"Hai, Ed!"

Edgar baru saja menutup pintu mobil ketika seruan itu terdengar cukup lantang sehingga bisa menarik perhatian segelintir orang yang kebetulan sedang berada di area parkir gedung tempat mereka bekerja.

Billy, teman seprofesi Edgar, tampak mengayun langkah-langkah lebarnya menuju ke arah Edgar yang sedang berdiri menunggunya. Ia juga baru saja memarkir kendaraannya, akan tetapi agak jauh dari mobil milik Edgar.

"Mobil baru?" sapa Billy seraya melirik sekilas ke arah mobil yang terparkir di sebelah tubuh Edgar. Itu bukan mobil yang biasa dipakai Edgar dan Billy sangat hafal dengan kendaraan teman seprofesinya itu.

"Bukan. Ini mobil milik Fiona. Terjadi sesuatu dengan mobilku kemarin."

"Sesuatu apa?"

"Kecelakaan kecil. Tapi bukan masalah besar. Hanya penyok sedikit. Sekarang ada di bengkel," urai Edgar menjelaskan kejadian yang ia alami semalam, tapi tidak detail.

Kedua pengacara tampan itu mulai melangkah meninggalkan area parkir sambil berbagi obrolan ringan.

"Bagaimana kabar Fiona?" Billy memberanikan diri untuk bertanya keadaan istri Edgar setelah tadi nama Fiona sempat disebut.

"Masih sama seperti sebelumnya." Edgar tak perlu menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi Fiona yang sekarang pada Billy karena memang tidak ada perkembangan sama sekali pada tubuh istrinya.

Billy tidak menambahkan pertanyaan lain tentang kondisi Fiona. Jawaban yang diberikan Edgar sudah cukup baginya.

"Pak Edgar!"

Saat kedua pria itu memasuki gedung, nama Edgar diteriakkan seseorang dari balik meja resepsionis.

Langkah kaki Edgar tertahan, begitupun Billy.

Seorang wanita cantik berusia 28 tahun yang biasa menghabiskan waktu seharian di belakang meja resepsionis, tampak berjalan ke arah Edgar dan Billy. Orang-orang biasa memanggilnya Lisa.

"Ada surat untuk Pak Edgar," ucap Lisa dengan menyodorkan sebuah amplop cokelat berukuran besar ke hadapan Edgar.

Edgar mengernyit. Biasanya akan ada seseorang yang datang ke kantor Edgar guna membawakan surat-surat yang dikirimkan untuknya dan bukan dengan cara seperti ini. Tak seperti biasanya, Lisa tampak terburu-buru hari ini.

"Dari siapa?" Dengan mengabaikan kebiasaan yang ada, Edgar menerima amplop itu tanpa berpikir panjang. Mungkin Lisa memiliki alasan tersendiri kenapa ia melakukan hal itu, pikir Edgar tak ingin berprasangka buruk. "Tidak ada nama dan alamat pengirimnya," gumam Edgar setelah memeriksa amplop yang dipegangnya. Edgar hanya menemukan nama dan alamat firma hukum di mana ia bekerja, tapi tak mendapati nama atau alamat si pengirim.

"Tadi ada kurir yang membawanya kemari dan dia mengatakan kalau amplop itu harus sampai ke tangan Pak Edgar secara langsung. Itu pasti berkas yang sangat penting, jadi saya menyerahkannya sendiri pada Pak Edgar," tutur Lisa.

"Baiklah. Terima kasih kalau begitu." Edgar mengucapkan terima kasih pada Lisa dan tak lagi memperpanjang tanya jawab di antara mereka.

Lisa berbalik dan kembali ke meja resepsionis, sementara Edgar dan Billy meneruskan langkah mereka menuju lift. Masih belum terpikirkan oleh Edgar siapa orang yang paling diduga mengirimkan amplop itu. Sedang Billy justru menggodanya.

"Bagaimana kalau itu surat kaleng?" bisik Billy dengan sengaja. "Kamu sedang menangani kasus penganiayaan, kan?"

Edgar malah tidak berpikir ke arah itu. Selama ia menjadi pengacara, Edgar tidak pernah merasa diancam atau diintimidasi oleh pihak manapun. Entah jika hal-hal semacam itu menimpanya suatu hari nanti.

"Memangnya kita sedang bermain film?" seloroh Edgar menanggapi ucapan Billy.

Billy hanya mengumbar senyum mendengarnya.

Pintu lift terbuka dan keduanya pun masuk. Kehadiran beberapa orang yang turut serta masuk ke dalam lift membuat percakapan Billy dan Edgar tertahan selama mereka berada di dalam ruangan itu.

"Kapan kamu akan bertemu dengan klien?" tanya Billy setelah mereka keluar dari lift dan nyaris mencapai ruang kerja masing-masing.

"Siang ini."

Namun, bukannya menuju ke ruangannya, Billy justru menyusul langkah Edgar ke ruang kerjanya.

"Apa kamu tidak ingin membukanya sekarang?"

Ketika sampai di mejanya, Edgar justru meletakkan amplop yang diterimanya dari Lisa alih-alih langsung membukanya. Rupanya tingkah Edgar terus diawasi Billy sejak tadi.

"Oh." Edgar menatap rekannya dengan wajah linglung. Ia yang mendapatkan amplop, tapi Billy yang penasaran dengan isinya. "Kamu ingin tahu apa isinya?" pancing Edgar sengaja ingin menguji kesabaran Billy.

"Memangnya kamu tidak?" balas Billy kesal.

Edgar mengedik ringan. Namun, pria itu mengulurkan tangannya untuk meraih amplop cokelat itu dari atas meja, kemudian membukanya demi memenuhi rasa ingin tahu Billy.

"Apa isinya?" Billy yang sudah dirundung rasa penasaran, seketika menghampiri tempat Edgar berdiri dengan tangan memegang beberapa lembar foto yang baru saja ia keluarkan dari dalam amplop cokelat pemberian Lisa.

Mata Billy terbelalak lebar. Pria itu bahkan merebut lembar-lembar foto itu dari tangan Edgar dengan paksa.

"Kupikir kalian sudah tidak berhubungan lagi." Ucapan pelan meluncur dari bibir Billy. Tatapannya beralih ke arah Edgar yang berdiri kaku di sebelahnya. 

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top