Bab 25
Edgar akan memasuki momen terberat sepanjang hidupnya. Ia mesti menjelaskan situasinya pada Fiona bagaimanapun caranya, apapun bahasanya. Edgar akan membuat sebuah pengakuan dosa di depan wanita yang teramat dicintainya. Ia bahkan tak sanggup membayangkan bagaimana reaksi Fiona nanti setelah mengetahui semuanya.
Edgar menurunkan barang-barangnya dari mobil dan membawanya masuk ke dalam rumah. Hari masih sore saat ia tiba. Matahari juga masih tampak menghias langit barat. Sinarnya terasa hangat menembus setelan yang membungkus tubuh Edgar.
Apa yang dilakukan Fiona di jam-jam segini?
Ruang tamu dan tengah kosong seperti biasa. Fiona nyaris tak pernah mengisi kedua tempat itu di waktu senggangnya. Wanita itu lebih suka tinggal di kamarnya seraya memandangi langit dari balik dinding kaca. Hidupnya terkesan menyedihkan. Padahal dulu Fiona merupakan seorang yang aktif.
Edgar membuka pintu kamarnya perlahan. Ia tak mau membuat Fiona terkejut melihat kehadirannya di jam kerja seperti sekarang. Edgar juga tak ingin mengganggu ketenangan di dalam ruangan karena mungkin saja Fiona sedang istirahat.
Begitu pintu kamar terbuka, kedua mata Edgar seketika melihat sosok Fiona sedang duduk di atas kursi rodanya. Wanita itu membelakangi pemandangan langit yang biasa ia pandangi setiap ada kesempatan. Namun, tak ada Bibi Sul di dalam ruangan itu.
Posisi kursi roda dan raut wajah Fiona mengisyaratkan jika wanita itu sedang menunggunya. Tapi, benarkah seperti itu?
Edgar sempat tertegun dan urung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Ia tak menduga jika Fiona sudah menunggunya.
Wajah Fiona terkesan dingin. Bibirnya terkatup rapat. Namun, sepasang matanya tak lepas mengawasi Edgar.
"Sayang ... "
Dengan langkah berat pria itu maju selangkah demi selangkah, lantas meletakkan sebuah kardus berisi barang-barangnya di atas lantai. Ia merasa gugup setengah mati.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Edgar setelah berhasil meletakkan kardus.
"Katakan," suruh Fiona dengan nada datar.
"Aku telah melakukan kesalahan yang tidak termaafkan..."
"Kesalahan apa sampai-sampai kamu tidak pantas untuk dimaafkan?" tukas Fiona mencecar suaminya.
"Aku sudah mengkhianati cintamu." Edgar tak akan menutupi segalanya dari Fiona. Seperti kata Billy, ia harus jujur dan lebih baik jika Fiona mendengar sendiri dari mulutnya.
"Kamu mencintai wanita itu?" desak Fiona tak menunjukkan mimik kesal atau kecewa. Edgar langsung bisa membaca pikiran Fiona. Wanita itu sudah melihat foto-fotonya bersama Mira di media sosial.
"Tidak sebesar aku mencintaimu... "
Ajaibnya, jawaban Edgar justru mengundang senyum di bibir Fiona.
"Sedikit atau banyak, apa namanya berubah? Apa namanya bukan lagi pengkhianatan?"
"Aku menyesal, Fiona."
"Aku bisa melihatnya," ucap Fiona menukas. Tapi anehnya wanita itu sama sekali tidak marah atau menangis. Fiona justru terlihat tenang, seolah tidak terganggu dengan pengakuan Edgar. "Kamu masih ingat kan, aku sudah pernah menyuruhmu agar melepaskan orang sepertiku dan mencari wanita lain yang sempurna untuk dijadikan istri? Menurutku apa yang kamu lakukan adalah hal wajar, akan tetapi seharusnya kamu mengatakannya dari awal. Mungkin aku bisa mengerti kalau saja waktu itu kamu langsung bilang padaku."
"Maafkan aku, Fiona."
"Jangan minta maaf padaku. Bukankah aku pernah mengatakan aku akan memaafkanmu apapun kesalahanmu. Aku mengerti situasimu, Ed. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri," ujar Fiona masih dengan gaya tenang. Tanpa amarah.
Edgar malah merasa semakin bersalah pada istrinya. Demi menuruti rasa iba, ia justru mengorbankan kepercayaan Fiona.
"Aku sudah bersalah padamu, Fiona."
"Apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Apa kamu masih mencintai wanita itu?" desak Fiona mencoba mengorek isi hati suaminya. "Kalau kamu masih punya perasaan pada wanita itu, kamu bisa pergi padanya. Kamu bisa menikahinya jika kamu benar-benar ingin melakukannya. Aku tidak akan keberatan, Ed," ucap Fiona seolah tanpa beban sama sekali.
"Tidak," tegas Edgar. "Aku ingin kembali padamu, Fiona. Aku menyesali semuanya dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Aku tidak ingin kehilangan dirimu."
Kepala Fiona mengangguk.
"Apa yang membuatmu ingin kembali padaku? Apa karena rasa iba? Kamu kasihan padaku?"
"Aku mencintaimu, Sayang."
"Bagaimana jika perasaanku padamu yang berubah?" tanya Fiona seketika membuat Edgar terbelalak.
Edgar kaget bukan kepalang.
"Aku bukan budak cinta, Ed," tandas Fiona sejurus kemudian. Wanita itu tak seperti Fiona yang biasa dikenal Edgar. Ia berbeda. "Aku tidak akan mempertahankan seseorang yang sudah mengkhianatiku, sekalipun itu suamiku sendiri. Seberapa banyak kamu menyesal, itu tidak akan bisa mengembalikan semuanya seperti semula. Aku memang memaafkanmu, tapi bukan berarti kamu bisa tetap tinggal di sisiku."
"Fiona... "
"Kurasa hubungan kita harus berakhir sampai di sini, Ed. Kamu bisa mengemasi barang-barangmu dan meninggalkan rumah ini," ucap Fiona bernada mengusir secara terang-terangan.
Tubuh Edgar kaku. Jika saja Fiona meluapkan kekesalan dan emosinya dengan amarah yang meledak-ledak, itu akan terlihat wajar baginya. Akan tetapi, sikap Fiona yang dingin dan terkesan kejam, membuat Edgar tak habis pikir. Edgar baru tahu jika Fiona memiliki sisi lain dari dirinya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top