Bab 24

Billy menatap iba pada Edgar yang baru saja keluar dari ruangan Pak Andreas. Wajahnya suram seperti ada segumpal awan hitam menaungi atas kepala Edgar.

Pak Andreas pasti memarahi Edgar habis-habisan, pikir Billy seraya menepuk pundak Edgar guna menguatkan mental rekan seprofesinya. Edgar telah kehilangan semua kliennya gara-gara foto-foto perselingkuhannya yang beredar di media sosial. Image-nya jatuh dan itu sangat berpengaruh pada kepercayaan publik terhadap firma hukum tempat Edgar bekerja.

Billy mengikuti langkah Edgar menuju ke meja kerjanya. Ia ingin menghibur Edgar meskipun itu tidak akan berpengaruh banyak terhadap keadaan yang menimpa sahabatnya.

"Apa kamu sudah bicara pada Fiona?" tanya Billy setelah keduanya saling duduk berhadapan.

"Belum," jawab Edgar dengan suara pelan.

"Kamu harus segera bicara pada Fiona, Ed."

Edgar sudah berencana akan bicara pada Fiona. Namun, ia belum menentukan waktu yang tepat. Selain itu Edgar mesti mempersiapkan mental menghadapi Fiona.

"Apa Fiona sudah tahu tentang foto-foto itu?" cecar Billy menanggapi kebisuan Edgar.

Anehnya, bahu Edgar mengedik.

"Entahlah. Sikap Fiona sedikit berbeda tadi malam. Dia tidak menyinggung soal foto-foto itu, tapi Fiona bersikap tidak seperti biasanya."

Billy menautkan kedua alisnya. Ia kurang paham dengan penjelasan Edgar.

"Sedikit berbeda bagaimana maksudnya?"

"Dia bertanya soal pekerjaan, Bil. Padahal sebelum ini dia sama sekali tidak peduli dengan pekerjaanku. Dia juga mengatakan akan memahamiku seandainya perasaanku berubah. Dia menyadari kondisinya seperti apa. Fiona seolah-olah telah bersiap dengan segala kemungkinan aku berpaling darinya, Bil. Entah karena Fiona punya firasat atau dia sudah mengetahui segalanya. Aku tidak tahu," papar Edgar.

Billy bisa menangkap maksud perkataan Edgar dengan baik. Ia dapat membayangkan bagaimana perasaan Fiona.

"Sekarang kamu hanya perlu jujur pada Fiona, Ed. Sekalipun itu menyakitkan, lebih baik Fiona mendengarnya sendiri dari kamu. Sebelum dia melihat foto-foto itu dari media sosial, lebih baik kamu yang menjelaskan semuanya pada Fiona." Billy memberikan saran terbaiknya pada Edgar.

"Fiona mungkin akan memaafkan aku, Bil. Tapi dia pasti akan meminta padaku untuk melepaskan dirinya. Dan aku tidak mau berpisah dari Fiona, Bil. Aku tidak bisa," rengek Edgar seperti remaja yang baru jatuh cinta.

"Tapi kamu sudah menyakiti perasaannya, Ed. Wajar jika Fiona ingin berpisah darimu. Itu risiko yang mesti kamu tanggung." Bukan ingin menakuti, Billy hanya bicara kenyataan. Edgar telah menyulut api dan jika ia terbakar, itu adalah risiko dari apa yang telah ia perbuat.

"Semua memang salahku dari awal. Aku terlalu lemah melihat penderitaan orang lain," tandas Edgar penuh penyesalan. Pikirannya disesaki dengan kilasan bayangan masa lalu, ketika ia pertama kali mengenal Mira. Akan jauh lebih baik seandainya Mira tidak pernah datang ke dalam hidupnya.

"Tidak ada gunanya menyalahkan diri sendiri, Ed. Yang perlu kamu lakukan sekarang hanyalah memperbaiki keadaan. Meskipun tidak bisa sama seperti semula, kamu harus meyakinkan Fiona bagaimanapun caranya."

Edgar pasti akan melakukan hal itu sekalipun Billy tidak menyuruhnya. Namun, berapa persen kemungkinannya ia akan berhasil meyakinkan hati Fiona? Edgar tak punya gambaran sekalipun itu hanya 0,01 persen.

"Aku harus mengemasi barang-barangku."

"Barang-barang apa?" Billy tercekat. "Jangan bilang Pak Andreas... "

"Aku akan pergi dari kantor ini," ungkap Edgar akhirnya. Tadinya Edgar ingin mengatakan hal ini sejak ia keluar dari ruangan Pak Andreas, tapi Billy lebih dulu membahas hal lain.

"Ed... "

"Ini risiko yang mesti kutanggung, Bil," ucap Edgar dengan memasang wajah tegar.

Billy hanya bisa mendesah pasrah. Ia tak dapat berbuat apa-apa. Billy tak bisa banyak membantu, kecuali memberi dukungan dan semangat. Selebihnya Edgar sendiri yang mesti menyelesaikan urusannya.

"Kapanpun kamu butuh bantuan, hubungi aku, Ed."

Senyum terkembang di bibir Edgar. Nyatanya ia jauh lebih siap dari yang dibayangkan Billy.

"Terimakasih sudah menjadi teman baikku, Bil. Aku akan menghubungimu jika sudah menuntaskan masalahku."

"Jangan sungkan padaku."

"Ya, tentu saja."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top