Bab 22
" ... maaf, kami akan mencari pengacara lain ... "
Edgar masih tertegun dan belum menurunkan ponsel dari telinganya meskipun sambungan telepon telah terputus. Ia baru saja kehilangan kliennya.
Mereka tiba-tiba memberhentikan Edgar sebagai pengacara tanpa alasan yang jelas. Padahal selama ini semuanya berjalan dengan baik. Edgar telah banyak membantu kliennya hingga sejauh ini. Persidangan pertama sudah dilakukan beberapa hari lalu. Sementara persidangan berikutnya akan dilakukan pekan depan. Tapi, mereka malah 'membuang' Edgar seolah tak tahu berterimakasih.
Kenyataan ini membuat Edgar merasa cukup terpukul. Pasalnya ini adalah kali pertama Edgar mengalaminya. Kalau saja mereka memberi alasan yang tepat pada Edgar, mungkin ia masih bisa menerimanya.
"Ed!"
Edgar baru saja meletakkan ponselnya di atas meja ketika Billy datang dan menyerukan namanya.
Edgar mengangkat wajah dan menemukan raut Billy terlihat tegang. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres terjadi.
"Ada apa, Bil?"
"Apa kamu sudah melihat berita di internet? Tidak, tidak. Maksudku apa kamu sudah melihat kabar menghebohkan di media sosial?" tanya Billy setengah panik.
Kepala Edgar menggeleng. Ia sedang sibuk bekerja dan tak punya waktu untuk bermain ponsel. Edgar hanya menerima telepon beberapa menit lalu dan tak membuka platform manapun di ponselnya.
"Tidak. Kabar apa maksudmu?" Edgar memang kurang mengikuti perkembangan media sosial. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kehidupannya sendiri.
Billy tak menjawab pertanyaan Edgar. Pria lajang itu justru menyodorkan ponsel miliknya ke hadapan Edgar.
"Lihat ini," suruh Billy.
Edgar ternganga begitu manik matanya menangkap isi layar ponsel Billy.
Deretan foto Edgar dan Mira terpampang jelas di layar ponsel itu. Tanpa sensor sama sekali. Dan seseorang telah menambahkan sebuah tulisan 'pengacara muda dan selingkuhannya'.
Orang itu telah bertindak lebih jauh dari yang Edgar duga. Ia bukan hanya meneror Edgar, tapi juga mempublikasikan foto-foto itu di salah satu media sosial. Jika pada akhirnya akan menunjukkan foto-foto itu ke hadapan publik, kenapa ia mesti repot-repot mengirimi Edgar foto-foto itu?
"Jangan membaca komentarnya," ucap Billy tanpa berusaha merebut ponselnya dari tangan Edgar. Ia sudah membaca lebih dari 20 komentar dari warganet dan tidak ada satupun yang bernada positif. Semuanya menghujat Edgar. "Sebentar lagi kehidupan pribadimu akan dikuliti habis-habisan," imbuh Billy. Meskipun ia tidak bermaksud menakut-nakuti Edgar, tetap saja itu menakutkan. Siapa yang sanggup menghadapi dunia ketika semua aibnya terkuak ke permukaan? Lantas bagaimana dengan Fiona? Apa yang akan Edgar katakan pada wanita yang sangat ia cintai itu?
"Kamu yang melakukan semua ini, kan?" Edgar menatap tajam ke arah Billy. "Kamu yang sudah mengirim foto-foto itu dan sekarang memublikasikannya di media sosial. Kenapa, Bil? Kenapa kamu melakukan ini padaku, hah?" Edgar berdiri dari kursinya, lantas mencengkeram kerah kemeja Billy.
Billy kaget bukan kepalang. Ia hanya bermaksud memberitahu Edgar, tapi justru Billy yang dicurigai telah menyebarkan foto-foto itu di media sosial.
"Apa-apaan kamu, Ed? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku bukan pelakunya," ucap Billy membela diri. Jika tahu akan terjadi salah paham seperti ini, Billy pasti berpikir ulang sebelum memberitahu Edgar tentang berita itu.
"Jangan menyangkal, Bil. Selama ini hanya kamu yang tahu tentang aku dan Mira. Sebenarnya apa yang kamu harapkan dariku? Kamu ingin karirku hancur?" Edgar masih berpegang teguh pada dugaannya. Meski tidak memiliki motif yang jelas, Billy adalah orang tepat untuk dijadikan sebagai tersangka.
"Teganya kamu berpikir seperti itu padaku, Ed. Kupikir kita berteman selama ini," ujar Billy. Dengan emosi ia menepis tangan Edgar dari kerah kemejanya. "Aku tidak pernah bermain kotor. Kamu sangat tahu itu."
Edgar terdiam. Pria itu mencoba berusaha menjernihkan pikirannya. Ia memang sangat mengenal Billy. Akan tetapi, ada kalanya seseorang berubah seiring berjalannya waktu. Situasi dan kondisi yang mendesak juga bisa merubah niat seseorang.
"Sekarang yang paling penting bukan siapa yang menyebar foto-foto itu, tapi Fiona. Kamu harus menjelaskan semuanya pada Fiona agar dia tidak salah paham." Billy menepuk pundak Edgar pelan.
Edgar jatuh terduduk di atas kursinya. Billy benar. Bagaimana jika Fiona melihat foto-foto itu?
"Apa yang mesti kukatakan pada Fiona, Bil?" gumam Edgar dengan wajah sedih. Pandangannya tunduk ke atas meja. Pikirannya buntu. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi Fiona nanti.
Billy tak punya ide. Sama sekali. Foto-foto itu sudah menjelaskan semuanya. Tidak ada kesalahpahaman karena apa yang terlihat di foto adalah sebuah kenyataan yang tak bisa disangkal.
"Akuilah kesalahanmu. Bilang padanya kalau kamu sangat menyesal. Semoga Fiona bisa memaafkanmu," saran Billy setelah berpikir keras.
Edgar tak yakin jika saran itu akan berhasil. Terlebih lagi Fiona pernah menyuruh Edgar agar melepaskan dirinya. Kondisi Fiona yang tak seperti istri-istri lain, membuat wanita itu kehilangan harapan dan rasa percaya diri. Jika Fiona tahu Edgar memiliki wanita lain, kemungkinan besar Fiona akan meminta Edgar untuk mengakhiri pernikahan mereka.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top