Bab 8
Masalah tentang Layla memang belum beres sepenuhnya, tetapi Eldin sudah menyerahkan perkara tersebut pada karyawannya yang berwenang. Saat ini, ia masih harus fokus untuk menggaet klien demi menyukseskan event tahunan yang sebentar lagi akan dilangsungkan oleh GeneralX.
Seperti yang lalu-lalu, Eldin akan selalu ditemani oleh Siren tiap kali hendak bertemu dengan klien di luar kantor. Gadis itu selalu mengambil duduk di bangku penumpang bagian depan, tepatnya di sebelah sopir.
Perjalanan kali ini ada yang berbeda dengan Eldin. Biasanya pria itu selalu sibuk dengan iPad-nya di sepanjang perjalanan, tetapi kali ini bosnya itu tidak melakukan apa pun. Eldin hanya menyandarkan kepalanya pada kursi dan sedikit miring ke kanan. Kedua tangannya berada di atas pangkuannya dengan mata yang terpejam.
Siren sedari tadi tak berhenti melirik Eldin lewat kaca spion tengah. Sesekali memutar kepalanya ke belakang hanya untuk memastikan jika pria itu masih dalam keadaan bernapas. Sebab, sedari pagi tadi, bahkan sejak kemarin, kondisi kesehatan Eldin terlihat memburuk.
Maag-nya yang kambuh masih berdampak sampai sekarang. Wajahnya pun terlihat begitu pucat. Dahinya yang menegang hingga menampakkan garis-garis vertikal yang jelas membuat Eldin seperti sedang menahan rasa sakit.
“Pak, bisa berhenti sebentar?” pinta Siren pada Pak Damar.
“Bisa, Bu.”
Permintaan Siren langsung disambut oleh pak Damar. Pria berumur lima puluhan itu menghentikan mobilnya di bahu jalan. Bertepatan dengan itu pula Siren melepas sabuk pengamannya dan bersiap untuk turun dari mobil.
“Saya pindah ke samping Pak Eldin ya, Pak.” Siren memberi tahu niatnya pada pak Damar agar tidak terjadi miskomunikasi.
“Siap, Bu.”
Siren pun segera berpindah duduk di kursi penumpang di sebelah Eldin. Ia lantas mengisyaratkan pak Damar untuk kembali melanjutkan perjalanannya.
Sebelum bekerja dengan Eldin, Siren sudah pernah mengenal Eldin selama kurang lebih satu tahun. Meski pada saat menjadi kekasihnya ia tidak terlalu peduli dengan pria itu, ia masih ingat dengan beberapa kebiasaannya yang cukup menonjol.
Eldin adalah tipe orang yang cukup sensitif dengan bunyi-bunyian. Ia tadi sempat menebak kalau Eldin akan membuka matanya ketika pak Damar menghentikan mobil, tetapi sampai Siren berpindah posisi, pria itu masih tetap berdiam di tempatnya tanpa adanya pergerakan sama sekali.
Hal itu tentu saja membuat Siren jadi waswas. Jika sudah begini, kondisi kesehatan Eldin patut dipertanyakan. Atau bisa saja pria itu sedang pingsan saat ini.
Duh! Jangan sampai.
“Pak?” Siren memanggil Eldin dengan suara yang cukup keras. Tangannya pun sudah bertengger di lengan atas pria itu untuk menggoyang-goyangkannya.
Percobaan Siren langsung membuahkan hasil. Eldin terperanjat dengan mata yang terbuka lebar. Sesaat pria itu masih tampak linglung dengan netra yang berpindah-pindah ke berbagai arah sebelum fokusnya berlabuh pada Siren yang duduk di sebelahnya.
Alisnya terangkat dan berkerut saat menatap Siren. “Kamu kenapa di sini? Kita udah sampai?” tanyanya, dengan pandangan yang diarahkan keluar jendela mobil untuk melihat kondisi di luar sana.
“Belum, Pak,” jawab Siren, yang serta-merta menghentikan kebingungan Eldin dan mengembalikan tatapan pria itu padanya. “Bapak baik-baik aja?”
Eldin berdeham pelan sembari membetulkan dasinya yang entah kenapa terasa mencekik lehernya.
“Ya.” Dan hanya jawaban singkat itulah yang Eldin berikan pada Siren. Ia lantas memutar kepalanya ke depan, menghindari menatap Siren yang sedang mengamatinya lekat-lekat.
“Kita ke rumah sakit dulu ya, Pak?” usul Siren, yang sudah sepenuhnya menyadari jika kondisi Eldin sedang tidak fit.
“Sebentar lagi kita sampai di lokasi kan, Pak?” Eldin mengabaikan ajakan Siren dan malah melontarkan sebuah pertanyaan pada pak Damar.
“Iya, Pak.”
“Kita bertemu klien dulu,” ucap Eldin, yang kali ini ditujukan untuk menanggapi usulan Siren meski matanya tak sedikit pun berpaling pada gadis itu.
Untuk kali ini Siren langsung menyerah. Lokasi meeting yang sudah dekat tentu membuat Eldin tidak akan mengindahkan ajakannya. Ia hanya bisa menghela napas panjang dengan bibir yang sedikit terbuka tanpa emosi yang jelas.
•••
Pertemuan dengan klien telah selesai dan berjalan dengan lancar. Kesepakatan yang dicapai pun sama-sama menguntungkan bagi kedua pihak. Pertemuan tadi membuat Siren benar-benar menaruh respect yang besar terhadap Eldin.
Bosnya itu benar-benar totalitas dalam pekerjaan. Padahal, ia tadi sangat mengkhawatirkan kondisi Eldin yang sedang tidak sehat. Namun, saat bertemu klien, pria itu benar-benar menutupinya dengan baik. Siren yakin seratus persen klien mereka tadi tidak menyadari jika Eldin sedang sakit.
Melihat kinerja Eldin yang tidak main-main, tak heran GeneralX kini menjadi salah satu perusahaan e-sport yang berkembang dengan pesat. Dedikasinya untuk perusahaan patut diacungi jempol.
“Pak!” Siren refleks berteriak dan cepat-cepat menghampiri Eldin yang berjalan lebih dulu di depannya. “Bapak nggak papa?” tanyanya dengan suara panik sembari memegang sebelah lengan Eldin untuk menopangnya ketika pria itu hampir terjatuh.
Eldin butuh beberapa detik untuk mengembalikan pandangannya yang sempat kabur. Kepalanya memang sudah terasa pusing sejak bertemu dengan klien, tetapi yang dirasakannya saat ini jauh lebih parah.
“Nggak papa,” jawab Eldin, yang lantas menyingkirkan tangan Siren yang sedang memegang lengannya. Ia kemudian melanjutkan kembali langkahnya menuju mobil.
Siren menggigit bibir bawahnya dan membiarkan Eldin berjalan terlebih dahulu.
Satu pikiran random tiba-tiba melintas dalam kepalanya. Selama tiga bulan ia bekerja dengan Eldin, tiap kali ia melakukan kontak fisik dengan pria itu baik disengaja maupun tidak, Eldin pasti akan langsung menghindar. Bosnya itu seperti enggan bersentuhan dengannya.
Entah kenapa, hal itu sedikit mengusik hatinya.
“Ayo, Bu. Kita berangkat sekarang.”
Interupsi dari pak Damar menyadarkan Siren dari lamunannya. Ia lantas menggeleng-gelengkan kepalanya sembari berjalan cepat menuju mobil. Tidak sepatutnya ia merasakan hal itu terhadap bosnya sendiri. Bagaimanapun juga, hubungan mereka saat ini sudah berbeda dengan lima tahun yang lalu.
“Kita ke rumah sakit kan, Pak?” Setelah memakai sabuk pengamannya, Siren memutar badannya ke belakang, mempertanyakan tujuan mereka setelah ini kepada Eldin.
“Ke kantor.”
“Tapi Ba—”
“Saya sudah menghubungi Aldin dan memintanya untuk mengecek kondisi saya di kantor,” sela Eldin sebelum Siren sempat menyelesaikan kalimatnya.
Siren mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya. Kemudian mengembalikan posisinya seperti semula. Meski tidak menuruti permintaannya untuk pergi ke rumah sakit, setidaknya Eldin tetap bersedia untuk mengecek kondisi kesehatannya.
Omong-omong, Aldin adalah adik kandung Eldin yang berprofesi sebagai seorang dokter bedah umum. Jadwalnya cukup padat, tetapi bila sang kakak sudah memintanya untuk datang, maka tak ada alasan bagi Aldin untuk menolak. Lagipula, Aldin terkadang bisa menyesuaikan jadwalnya sesuai kebutuhannya karena rumah sakit tempatnya bekerja adalah milik kakeknya.
Keluarga Eldin memang keturunan old money. Jadi, tidak usah heran dengan harta kekayaannya yang tidak kunjung habis.
Siren jadi teringat dengan masa-masa saat mereka pacaran. Uang jajannya benar-benar aman. Tabungannya pun melimpah. Tiada hari tanpa foya-foya karena Eldin tak pernah absen memberi jatah uang bulanan padanya.
Kalau dipikir-pikir lagi, sosok Eldin saat menjadi kekasihnya adalah seseorang yang nyaris mendekati kata sempurna. Pria itu memang berasal dari keluarga kaya raya, tetapi tetap tidak bersikap sombong sekalipun. Siren pun bisa merasakan jika rasa cinta Eldin padanya benar-benar tulus.
Siren meringis di dalam hati tatkala mengingat momen-momen tersebut. Ia mulai menyadari bahwa dirinya lima tahun yang lalu adalah sosok yang begitu jahat. Terutama pada Eldin yang sudah rela melakukan segalanya untuknya.
Apa yang dialaminya saat ini kemungkinan besar adalah karma yang ia petik dari perbuatannya di masa lampau.
Siren tak akan mengelak. Ia memang pantas mendapatkannya. Kalau tidak mengalami hal seperti ini dalam hidupnya, barangkali Siren akan terus-terusan menyakiti orang lain.
Well, karma does exist.
•••
Hai hai!
Berhubung kemaren ada yang salah kaprah sama kalimat "aku bakal update setiap hari sampe bab 17", jadi aku bakal jelasin dikit. Tolong disimak baik-baik ya, man-teman😭
MY DANGEROUS BOSS BAKAL DI-UPLOAD DI WATTPAD SAMPAI TAMAT.
Tuh, intinya mah itu😭 Pokoknya don't worry be happy. Aku bakal update setiap hari sampe bab 17, nah sisanya aku bakal update 3 - 4 kali dalam seminggu sampai ending. Gitu loh, tayang-tayangku. Sampe sini paham, kan? Kalo gak paham mending kita berantem aja😭👍 Gak deng wkwk. Boleh banget kalo mau tanya-tanya aku, di IG yaa😚
Tapi nih ya, saran dariku, baca cerita ini selagi on going ya.
Yaudah itu aja. Besok kita ketemu lagiiiii. Jangan lupa ramein kolom komentarnya❤🌻
21 Juni, 2024
Follow aku di
Instagram: rorapo
Dreame/Innovel: rorapo_
Karyakarsa: rorapo_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top