Bab 33
Hanya tersisa sekitar tiga hari lagi sampai masa sewa kamar Siren di penthouse Eldin habis. Ia sempat berubah pikiran untuk tidak melanjutkan niatnya yang ingin langsung pindah setelah sebulan tinggal di sini karena hubungannya dengan Eldin yang mulai membaik. Namun, pembicaraannya dengan Trisa kemarin malam membuat ia kembali mempertimbangkan niat awalnya.
Setibanya di rumah, Siren langsung menghubungi Anya. Kakaknya itu memang sempat menawarinya untuk menempati apartemennya saja. Toh, sejak menikah, Anya sudah tidak tinggal lagi di sana. Kakaknya itu sudah tinggal di rumah yang lebih luas bersama suaminya.
Sejujurnya Siren merasa sungkan untuk meminta tolong pada sang kakak. Namun, waktunya begitu mendesak. Kesibukannya di kantor pasti tak akan membuatnya leluasa untuk mencari hunian baru.
Siren sempat kepikiran untuk menyewa kamar kosong di apartemen beberapa teman kantornya, tetapi ujung-ujungnya Eldin pasti akan menggagalkan usahanya.
Pilihannya untuk menempati apartemen Anya pun dikarenakan ia yakin Eldin nantinya tidak akan mengusiknya. Sebab, Siren akan tinggal di tempat kakaknya sendiri, bukan di tempat orang lain.
Siren meletakkan ponselnya di atas nakas sebelum membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Kedua tangannya direntangkan bersamaan dengan matanya yang menatap langit-langit kamar.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Seharusnya Siren sudah tidur sekarang karena besok ia harus bangun pagi untuk bekerja. Namun, pikirannya benar-benar tak bisa tenang, seakan-akan ada banyak benang kusut yang bertebaran di sana.
Yang paling banyak menyita pikirannya tentu saja omongan Trisa kemarin malam. Jujur saja, ada banyak keraguan yang kini berkecamuk dalam dirinya. Di satu sisi, ia memang masih merasa tak pantas untuk disandingkan dengan Eldin. Namun, di sisi lainnya ia yang mulai nyaman dengan pria itu seperti enggan untuk menyudahi hubungan mereka yang sekarang.
Siren bingung.
Pilihan apa yang harus diambilnya.
Kalau saja Siren tidak terbawa suasana dengan kebaikan hati Eldin, ia pasti tidak akan ragu untuk langsung menuruti omongan Trisa. Sayangnya, hubungan mereka belakangan ini sudah berbeda.
Tok! Tok!
Lamunan Siren buyar saat telinganya mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia diam sejenak, sengaja menunggu ketukan lanjuta. Barangkali telinganya salah dengar. Sebab, ini sudah tengah malam.
"Siren?"
Siren langsung terduduk saat telinganya kembali mendengar suara dari luar. Dan kali ini suara tersebut adalah milik Eldin.
"Kamu udah tidur?"
Dahi Siren mengernyit. Ia lantas melompat dari atas ranjang, bergegas membukakan pintu untuk Eldin. Pasalnya, pria itu tak pernah mengetuk pintu kamarnya di larut malam seperti ini. Mungkin saja ada sesuatu buruk yang sedang terjadi.
"Ada apa, El?" Siren tak bisa menyembunyikan nada cemas dalam suaranya begitu membuka pintu kamarnya dan langsung berhadapan dengan Eldin.
"Kamu belum tidur?" Eldin mengintip ke dalam sejenak dan melihat jika kamar Siren masih dalam kondisi terang-benderang.
Siren menggeleng. Ia kemudian memerhatikan Eldin dari atas sampai ke bawah. Pria itu tampak baik-baik saja. Tidak juga terlihat panik kalau memang ada pekerjaan yang belum terselesaikan.
"Ada apa?" Siren kembali mengulang pertanyaan yang sama.
Eldin terlihat mengembuskan napas sejenak sebelum menarik Siren ke dalam pelukannya. Mulutnya juga tak berucap apa pun. Hanya tubuhnya saja yang bertindak.
Siren awalnya kaget. Kedua tangannya masih menggantung di sisi tubuhnya. Matanya pun mengerjap beberapa kali dengan mulut yang setengah terbuka.
"Aku masih kepikiran sama sikap kamu seharian ini. Aku jadi nggak bisa tenang," ujar Eldin, memberi alasan atas tindakannya mengetuk pintu kamar Siren di tengah malam seperti ini.
Siren menarik napas panjang sebelum menggigit bibirnya, bingung harus memberi respons seperti apa. Bahkan, ia juga bimbang harus membalas dekapan pria itu atau tidak. Alhasil, tangannya tetap berada di sisi tubuhnya dalam posisi terkepal erat.
"Aku ada buat salah apa ke kamu?" tanya Eldin. Suaranya memang terdengar lembut, tetapi mengandung rasa penasaran yang begitu dalam.
Siren memejamkan matanya sejenak, lalu menggeleng. Ia sudah tidak bisa lagi menahan diri dan berakhir membalas pelukan Eldin. Kedua lengannya melingkari punggung pria itu dengan erat.
"Kamu nggak punya salah apa pun ke aku," jawab Siren, dengan suara yang terdengar pelan. Dan ia harap Eldin masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Aku ngerasa kamu menjauhi aku lagi," kata Eldin.
Siren menelan ludahnya susah payah. Mulutnya sudah terbuka, tetapi tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari sana.
Siren merasa begitu bersalah ketika melihat Eldin yang malah menyalahkan dirinya sendiri atas sikapnya seharian ini. Padahal, ia pernah berjanji untuk tidak menyakiti pria itu dalam bentuk apa pun lagi.
Siren benar-benar bimbang.
Posisinya serba salah.
Entah keputusan apa yang harus diambilnya. Membiarkan hubungannya dengan Eldin tetap seperti sekarang ini atau menuruti omongan Trisa.
Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Siren berharap jika seharusnya tidak ada satu pun keluarga Eldin yang mengetahui tentang hubungan mereka di masa lalu. Dengan begitu, hubungannya dengan Eldin saat ini tidak akan serumit itu.
Siren tidak harus menjauhi Eldin. Dan Eldin tidak akan kembali dibuat sakit hati olehnya.
Tidak adanya tanggapan dari Siren selama beberapa saat membuat Eldin pada akhirnya mengurai dekapan mereka. Meski begitu, jarak di antara mereka tidak berkurang sedikit pun.
Kedua telapak tangan Eldin yang lebar kini sudah bertengger di wajah Siren, merangkumnya dengan lembut sambil sesekali ibu jarinya memberi usapan di bawah matanya. Maniknya pun menyorot Siren dengan lekat, memerhatikan wajahnya yang selalu terlihat cantik sejak dulu.
"Udah hampir jam satu, kamu nggak tidur?" Siren yang mulai tidak nyaman dengan situasi di antara mereka pun melontarkan pertanyaan tersebut, semata-mata untuk menyingkirkan kesunyian yang terasa menjerat.
"Kalau kamu nggak keberatan, apa aku boleh tidur bareng kamu?" tanya Eldin. Suaranya terdengar enteng, seolah-olah kalimatnya barusan adalah sesuatu yang wajar untuk diucapkan. Sementara Siren sudah melotot lebar di tempatnya. "Cuma untuk malam ini. Dan aku janji nggak akan aneh-aneh," lanjutnya sebelum Siren semakin salah paham dengan permintaannya.
Siren tetap menggeleng meski Eldin telah memberi penjelasan. "Aku ... aku nggak bisa," jawabnya.
"Cuma malam ini, Siren." Eldin kembali membujuk Siren. Sorotnya pun dipenuhi permohonan. "Aku butuh kamu."
Siren menggigit bibir bawahnya berbarengan dengan bola matanya yang turun ke bawah, seakan sedang mempertimbangkan permintaan Eldin.
Sejujurnya keputusan yang kini paling dominan dalam kepalanya adalah kembali menjaga jarak dengan Eldin. Ia bahkan akan pindah ke apartemen Anya beberapa hari lagi. Jadi, setelah ini mungkin hubungan mereka akan kembali asing. Siren tidak akan lagi menerima perlakuan sebaik dan selembut ini dari Eldin.
Atas dasar pemikiran tersebut, pada akhirnya Siren mengangguk, menyetujui permintaan Eldin yang malam ini ingin tidur bersamanya. Ia juga akan menikmati momen kebersamaannya dengan Eldin untuk yang terakhir kalinya.
Persetujuan dari Siren tak ayal mendatangkan senyum yang lebar di wajah Eldin. Ia begitu bersemangat dan langsung memberi kecupan panjang di kening Siren.
Keduanya kini sudah berbaring di atas ranjang king size yang selama ini Siren tiduri seorang diri. Mereka memakai selimut yang sama dan dalam posisi yang saling berhadapan. Eldin masih menunjukkan senyum yang sangat lebar, tampak begitu senang bisa berada dalam kondisi seperti ini bersama Siren.
"Ayo, tidur," cetus Siren. Satu tangannya dibiarkan berkelana di sekitar wajah Eldin, mengusap-usap rahangnya yang terasa kasar.
"Sini." Eldin merentangkan tangannya, meminta Siren untuk masuk ke dalam dekapannya.
Siren mendengkus geli, tetapi tetap menuruti permintaan Eldin. Ia mencari posisi yang nyaman, dan berada dalam pelukan Eldin selalu membuatnya merasa nyaman.
"Selamat malam," lirih Siren, yang mulai memejamkan matanya dan bersiap untuk pergi ke alam mimpi.
Eldin memberi beberapa kecupan di rambut Siren sebelum berucap, "Selamat malam, Cantik. I love you."
•••
Seperti malem minggu sebelumnya, yang jomblo jangan pada iri sama keuwuan Eldin dan Siren yaa😭👍
Sampai ketemu di hari selasa❤🌻
3 Agustus, 2024
Follow aku di
Instagram: rorapo
Dreame/Innovel: rorapo_
Karyakarsa: rorapo_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top