Keluar|1

Halilintar x Reader
[Hanya hubungan keluarga]
:
:
:
:
Warn: bahasa yang di gunakan tidak baku, dan sedikit tak beraturan.

"Kenapa memanggilku? "

Halilintar menatap Ayahnya dengan sinis. pasalnya dia yang sedang bersantai di kamar malah tiba-tiba di panggil ke ruangan milik Ayahnya.

Amato yang merupakan Ayah dari Halilintar dan saudaranya yang lain hanya diam, tersenyum tipis.

"Jangan menatap Ayah dengan tajam begitu dong. "

"Terserah. katakan kenapa kau memanggilku, " ucap Halilintar kesal.

Amato terkekeh pelan, menatap Halilintar. Sudah bertahun-tahun, kini tak terasa putra nya itu telah tumbuh menjadi lebih dewasa. Bahkan wajahnya benar-benar sangat tampan, mirip sekali dengan dirinya.

'Nampaknya keadaan mu sudah lebih baik sejak saat itu, Hali... ' batin Amato, menyesap kopinya dengan nikmat.

"Bagaimana skripsi mu? " ucap Amato, menatap Halilintar.

"Dari semua hal kau hanya mau menanyakan itu? " ucap Halilintar kesal.

Halilintar kesal bukan tanpa alasan, ia tau bahwa Amato pasti sudah mengetahui tentang skripsi nya lebih dulu.

"Aku hanya ingin mendengar nya dari mu. Sudah tugas ku sebagai ayah untuk menanyakan nya kan. " ucap Amato

Halilintar berdecih kesal, menatap Amato sebal. "sudah selesai, tinggal sidang. "

"Sudah ku duga, anak ku memang hebat seperti ku. "

"muncung mu bebal sekali, " ucap Halilintar malas.

"Sejak kapan kau jadi lebih tidak sopan sih. " ucap Amato, menatap Halilintar heran.

"Dan sejak kapan kau jadi suka ikut campur urusan ku? Pikirkan wajah mu, sudah penuh kerutan. " ucap Halilintar.

Amato tersentak, dengan cepat membuka laci mejanya dan mengambil sebuah cermin kecil.

"Astaga... Aku perlu perawatan nanti. " Gumam Amato, mengusap pipinya.

'Sifat narsis si kacamata pasti turun darinya' batin Halilintar

"Sudah selesai kan? Aku akan pergi. " ucap Halilintar, berdiri dari duduknya.

"Oh tunggu! Berikan ini kepada kepala Sekolah SD hayarana. " ucap Amato, memberikan sebuah kotak pada Halilintar.

"Aku bukan kurir. "

"Tapi kau anak ku. Sama aja! "

Halilintar berdecak sebal, berjalan keluar dari ruangan itu. Amato tertawa pelan, menatap bingkai foto yang ada di mejanya.

'Dia makin tampan... Mirip seperti mu, Boboiboy' batin Amato, tersenyum sendu.

■■■■■

"jancok, kembalikan rendang ku!! " amuk Solar, bersiap-siap melempar gelas ke wajah Blaze.

Blaze tersenyum lebar, menatap Solar penuh tatapan ejekan. Dengan cepat dia memasukkan potongan daging rendang ke mulut nya.

"Habis!! Mnhmm... Enaknya~" ucap Blaze, menatap puas wajah Solar yang terdiam.

"AKAN KU BUNUH KAU!! " jerit Solar, memukul wajah Blaze.

Blaze dengan cepat berlari, tertawa riang. "coba saja kalau bisa, dasar narsis!! "

"dasar bedebah!! "

"Wlee ga kena!! Ga kena!! "

"mulai lagi... " ucap Ice malas, memakan makanan nya dengan santai.

"Jangan lari-lari, nanti jatuh. " ucap Gempa cemas.

Tak lama kemudian, Blaze malah terjatuh. Sialnya dia malah terjatuh di hadapan Halilintar sampai menarik celananya. membuat celana Halilintar turun.

Seketika semua orang terdiam, menatap Blaze tak percaya. Dengan takut-takut ia mendongakkan kepalanya, tersenyum kikuk.

"bangsat... " gumam Halilintar, menatap Blaze dingin.

Blaze melunturkan senyum nya, menatap Halilintar ketakutan. 'Mampus lah aku... '

"Hai bang... Kolor mu bagus ya. " ucap Blaze pelan.

Halilintar tak menggubris, ia memukul kepala Blaze dengan kuat dan menendang nya menjauh. Dengan cepat memakai celananya kembali.

"Adoy!! " lirih Blaze, nengusap kepalanya yang berdenyut.

"Mampus kau. " bisik Solar, menginjak kuat paha Blaze.

"GYAAAH!! BANGSAT! " jerit Blaze, menatap Solar kesal.Solar tersenyum remeh, kembali duduk ke tempat nya.

"kak Hali, ga mau makan dulu? " ucap Gempa, berusaha mencairkan suasana.

"sibuk, " ucap Halilintar sambil berjalan keluar rumah.

"Sakit banget.. " ringis Blaze.

"masih untung kak Blaze ga dibikin bonyok kayak kandang ayam seperti bulan lalu. " ucap Thorn, tersenyum polos.

"tampang polos gitu, mulut mu tajam banget ya Thorn. " gerutu Blaze.

"Kan ajaran kakak. " ucap Thorn, tersenyum lebar.

Gempa menghela nafas kecil, menggeleng pelan. "sudah, lanjutkan makannya. "

■■■■■

Halilintar menatap sekolah itu dengan malas, perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Tidak seperti kebanyakan sekolah, tempat ini justru terlihat seperti kafe. Warna dindingnya yang tidak berwarna mencolok, serta lingkungan nya benar-benar terlihat sangat bersih. Bahkan ada air mancur di sekolah itu.

Halilintar sibuk memandang sekitar. Ia menoleh ketika seorang anak kecil jatuh tepat di hadapannya. Halilintar hanya diam, menatap anak itu.

Mereka berdua saling bertatapan cukup lama, hingga anak itu menangis kencang. Halilintar mengacak surainya malas, perlahan berjongkok di depan anak itu.

Halilintar membersihkan lutut anak itu dengan sapu tangannya, menempelkan sebuah plester di lututnya yang terluka.

"cengeng." ucap Halilintar malas, perlahan meninggalkan anak itu.

Anak itu hanya diam, menatap plester bergambar monyet itu dengan binar ceria di matanya. "Pak'e... "

■■■■■■

Halilintar sudah memberikan kotak itu pada sang kepala sekolah. Sialnya dia malah di paksa untuk melihat acara pentas yang di adakan sekolah itu.

'Kalau dia ga ngancem, udah ku pites si jambol itu' batin Halilintar. suasana hatinya benar-benar buruk sekarang. untung nya suara anak-anak yang tidak terlalu cempreng tidak membuat nya naik pitam.

Tibalah penampilan seorang gadis kecil yang memakai kostum bebek. Halilintar hanya diam, menyadari bahwa anak itu adalah anak yang dia tolong tadi.

"Halo! Nama ku [Name]!! Mbeeek! " ucap [Name], tersenyum lebar.

'Kostum bebek.. Tapi kenapa malah ngomong kayak kambing?' batin Halilintar heran.

"Aku tinggal di panti asuhan. Kata ibu panti, kedua orang tuaku sudah tiada. " ucap [Name], membuat orang-orang menatap nya kasihan.

"Tapi sekarang tidak lagi... Karena dia akan jadi bapak ku!! " ucap [Name] antusias, menunjuk Halilintar.

"HAH!? "

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top