9. Love you harder


"[Name]."

Gadis dengan surai mengembang tertiup oleh sepoi angin sore itu menoleh, kedua alisnya terangkat tertuju pada wajah Yoojin yang terpapar oleh sinar senja, hangat menghubungkan keduanya kian saling mendekat.

"Ayo pulang bersamaku," ajak Yoojin dengan senyum manis, kedua tangannya yang semula tersembunyi di balik punggung muncul, sebuah buku tebal dengan sampul berwarna biru terang menarik perhatian [Name], gadis itu menunduk melihat benda di tangan kekasihnya itu terang-terangan.

"Kau pernah baca buku ini?" Yoojin sengaja menyodorkan bukunya itu pada [Name], lalu menggandeng gadis itu berjalan beriringan melalui koridor kelas menuju gerbang keluar. Wangi khas gadis itu dapat sang pemuda cium dari jarak sedekat ini, dingin namun manis.

"Belum," jawab [Name] seraya membuka halaman pertama buku yang telah beralih di tangannya. "Kau sudah lihat ending-nya?" Yoojin diam, tak menjawab. [Name] meliriknya sekilas.

"Banyak yang bilang buku ini tidak seru," kata [Name].

"Bukan tidak seru, mereka saja yang tidak mendalami makna di dalamnya." Yoojin mengangguk.

"Kau paham?" [Name] memberikan kembali buku itu. "Sedikit." [Name] terkekeh pelan membuat Yoojin mengerjap kaget campur senang.

"Kau perlu membacanya ulang, kalau begitu." [Name] menepuk bahunya dua kali, kemudian menunjuk langit barat kota Gangnam yang begitu pekat warna jingganya. "Indah, 'kan?"

Yoojin tersenyum tipis, sedikit menunduk menjangkau raut [Name] yang nampak berseri namun bercampur sendu. Ia dingin, namun hangat, begitu pikir Yoojin pada sosok [Name].

"Apa yang kau inginkan?"

"Apa?"

Yoojin menghentikan langkah diikuti [Name], keduanya saling bertatapan dalam jarak lumayan dekat.

"Apapun, yang kau inginkan."

[Name] diam, menerawang jauh sembari menelisik sepasang manik Yoojin lekat. Perlahan dahinya mengernyit lembut dan bibirnya terangkat masam.

"Yoojin, kau tahu?" Yoojin menaikkan kedua alisnya. "Aku iri sekali pada orang-orang yang punya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai, apapun itu."

"Kulakukan segala hal, semuanya, kukerahkan sekuat tenaga untuk mencari tahu apa yang kuinginkan."

"Kosong," lirih [Name], telunjuknya terangkat menunjuk dada. "Bahkan aku tak tahu apa yang akan kulakukan lima detik lagi."

"Aku hidup seakan hanya garis lurus." [Name] berbalik, memunggungi Yoojin. "Tak ada satu hal cita-cita atau tujuan dalam diriku yang dapat membuatku merasa berjuang."

"Tapi, itu dulu ..." Yoojin yang semula menunduk diam, langsung mengangkat kepalanya.

[Name] berbalik, pupil Yoojin membesar bersamaan dengan jantung yang berdebar-debar kian mengencang. [Name] tersenyum lebar hingga seluruh giginya nampak, kedua sudut matanya menyipit manis menarik bulu matanya untuk bersembunyi.

"Semenjak dirimu menarikku dalam lingkaran ini, aku punya itu."

"Aku ingin mencintaimu," ucap [Name]. "Aku ingin mencintaimu lebih keras lagi."

Garis dalam diri [Name] perlahan membentuk sebuah lengkungan, ia tak lagi hidup tanpa sesuatu.

"Kukatakan sekali lagi mari saling mencintai setengah mati."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top