8. You aren't u
"Ada PR, tidak?"
"Kau beruntung," jawab Mi-Jin sambil mengangkat buku catatannya, [Name] tersenyum tipis, bersandar ke tembok sambil melepas jaket tebal membalut seragamnya. "Pinjam, ya? Besok kukembalikan." Gadis bercepol merah berdehem.
"Yakin sudah sembuh seratus persen?"
"Sudah Mamah Mi-Jin." Mi-Jin mendengus, menepuk pelan jidat gadis itu, lalu berkata ingin pergi ke toilet sebentar, [Name] mengangguk saja sambil menengok keluar jendela kelas, jam segini masih begitu sepi oleh para murid yang datang ke sekolah.
"Oi, sudah sembuh [Name]?" Pemilik nama menoleh segera saat lamunannya diinterupsi. "Haneul, tumben berangkat pagi." Haneul duduk di atas meja [Name], bocah itu terlihat kusut hari ini, tak ada make up tebal yang setia nangkring di wajahnya.
"Do i look weird?" tanyanya saat sadar oleh tatapan [Name].
"Tidak."
Haneul maupun [Name] tak berkata lagi, keduanya diam hingga kelas mulai ramai dan bel masuk berdering. Mi-Jin masuk kelas lagi dengan tergopoh-gopoh, gadis itu khawatir ia akan terlambat oleh urusan alam, beruntungnya guru belum sempat masuk hingga jam pelajaran kedua.
.
"Ayo ke kantin bersamaku."
[Name] menatap tangan Yoojin dengan raut dingin. "Aku mau ke ruang club." Yoojin menaikkan alisnya, bingung, mau apa jam istirahat ke sana?
"Aku mau menemui Rua. Kalau mau ke kantin, pergi saja sendiri."
"Aku ikut denganmu," tahan Yoojin saat [Name] hendak beranjak pergi sendiri, pemuda itu menatap sepasang netra indah itu lekat. "A-aku juga mau menemui Choil Ma," katanya memberi alasan sedapatnya.
"Oke, ayo."
Setelahnya mereka berdua berjalan beriringan di sepanjang koridor menuju ruang klub dengan jantung berdebar.
'Apa aku harus?'
'Meski sudah beberapa kali, ini tetap menegangkan."
.
"Maaf, Rua."
Gadis cantik yang tengah menggenggam sebuah bolpoin itu membulatkan mulutnya kaget setelah mendengar rentetan kalimat penuh permohonan maaf dari [Name].
"[Name], kau serius? Maksudku–kenapa? Ini sangat tanggung."
[Name] menghendikkan bahunya.
"Untuk masalah lomba bulan depan–aku sudah dapat orang lain sebagai pengganti, dia juga tak kalah keren sepertiku, dendanya akan kubayar, kalian tenang saja."
"Bukan begitu!" Im Rua, mulutnya mengutas senyum tertekan. 'Haduh, masalah Big Deal belum selesai, anak satu ini malah mau keluar.'
Yoojin di meja pojok tengah berbincang dengan Choil Ma masalah klub, diam-diam menguping pembicaraan kedua gadis itu. Kaget, saat mengetahui bahwa alasan [Name] datang kesini untuk menemui Im Rua karna ingin keluar dari klub.
Rua menghela nafas panjang, dengan berat hati gadis itu memberikan sebuah kertas berbentuk seperti formulir yang diambilnya dari laci meja. "Baiklah, kuhargai keputusanmu." [Name] nampak mengeluarkan sebuah pena dari saku seragamnya, terlihat gadis itu telah bersiap sedemikian rupa, Yoojin menahan nafas dibuatnya.
'Padahal aku gabung klub ini untuknya.'
"Tanda tangani kolom atasnya saja."
"Oke."
Rua semakin menurunkan kedua sudut bibirnya saat melihat [Name] dengan santai menggores tanda tangan di atas kertas yang diberikannya. Tak disadari hatinya berdenyut sakit. "Sudah?"
"Sudah, terimakasih, Rua."
Yoojin menatap pemandangan itu dengan raut datar, tak memperdulikan suara Choil Ma memanggil-manggil namanya tepat di samping telinga.
"Maaf, Rua."
'Nak, kurasa kau harus keluar dari kegiatan tambahanmu di sekolah. Kau selalu jatuh sakit seperti ini hampir tiap bulan karna kurang istirahat.'
'Tidak, Ibu. Aku baik-baik saja-'
'Tapi, Nak ...'
'Oke, Baiklah.'
Yoojin menyadari satu hal. Selama ini [Name] tidak menjadi dirinya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top