7. So hot in here


Yoojin terpaku, membaca seutas pesan singkat yang dikirim oleh bodyguard-nya, mengabarkan keadaan kekasihnya yang ternyata tak berangkat sekolah hari ini karena sakit.

"Permisi." Ia mengangkat tangan, menarik atensi hampir seluruh penunggu kelas yang sedang fokus dan terlarut dalam materi rumit. Lelaki paruh baya berdasi merah dengan sebuah spidol hitam di tangan kanannya menaikkan sebelah alis bingung.

"Saya tidak ikut kelas hari ini, Pak, ada urusan penting."

Yoojin mengangkat buku tulisnya, kemudian berkata, "tugas tiga ratus lima puluh sembilan soal matematika kemarin sudah saya selesaikan," katanya membuat sang guru mengangguk memberi ijin.

"Baik, silahkan taruh saja di atas meja."

.

Pintu dengan tinggi hampir dua meter itu diketuk pelan sebanyak dua kali, lalu Yoojin kembali pada posisi, netranya mengedar sekilas menelisik lingkungan. Sebuah paper bag hitam berlogo salah satu toko kue terkenal di seluruh Seoul berada di tangan lelaki yang tengah tak mengenakan kacamata bulatnya.

Pintu terbuka, muncul sosok wanita paruh baya dengan sebuah celemek pink melingkar di pinggangnya memegang centong nasi dan piring, Yoojin menebak-nebak. "Ah, cari siapa, Nak?"

Yoojin membungkuk sedikit sebagai bentuk rasa sopan. "Saya teman [Name], saya datang mau menjenguk [Name], Bu."

"Oh, temannya [Name]?" Wanita itu tersenyum, reflek membuka pintu masuk rumahnya semakin lebar, menyambut Yoojin dengan ramah. "Mari, silahkan masuk, Nak."

Ini untuk pertama kalinya Yoojin masuk ke dalam rumah [Name]. Asing, batinnya seraya memperhatikan sekitar. Sebelumnya, pemuda itu mengantar sang gadis pulang hanya sampai gerbang depan, tak sampai pintu.

"Ternyata anakku punya teman juga, ya?"

"Eh, ngomong-ngomong, kau tidak berangkat sekolah, bukannya ini masih jam pelajaran, ya?" Yoojin menggeleng. "Saya dapat ijin dari guru untuk menjenguk [Name]."

"Oh, perwakilan kelas?" Yoojin mengangguk, diam-diam ia menarik salah satu sudut bibirnya.

Pemuda itu dipersilahkan duduk di kursi ruang tamu, dengan senang hati Yoojin menaruh pantatnya di atas benda berwarna coklat yang terbuat dari pohon jati itu, ibu [Name]–wanita bercelemek pink itu berkata hendak memanggil putrinya untuk turun menemui Yoojin, Yoojin merasa tak enak, ia takut mengganggu sang kekasih yang sedang rehat.

"Tak perlu, Bu, kalau [Name] sedang istirahat, kasihan."

"Tidak apa-apa." Ibu [Name] mengibaskan tangan santai. "Bocah itu pasti sedang nonton TV, bukannya istirahat, mending ketemu kau saja, 'kan?" Yoojin mengangguk, baiklah.

"Oh, ya! Kau pasti haus dari sekolah sampai kesini, mau minum apa, Nak ..."

Yoojin berdehem. "Yoojin, Bu."

"Ah! Nak Yoojin, mau minum apa?"

"Tak perlu, Bu. Saya belum haus," tolaknya halus, Ibu [Name] mendengus geli. "Tak perlu malu-malu, mau teh? Kopi? Sirup? Es lemon?"

Yoojin tak bisa mengelak menerima tatapan paksa calon mertuanya itu. "Teh saja-"

"ES LEMON!"

Yoojin menoleh kaget ke arah suara.

'Siapa?'

.

Atmosfer di sekitar berubah berat, dua pasang netra itu saling menatap tajam satu sama lain, tak memberi jeda barang sedetikpun lawan untuk berkedip.

"Who the hell are you?"

Yoojin menipiskan bibirnya, merasa dongkol mendengar suara berat keluar dari bibir lelaki di depannya.

"[Name]'s boyfriend," balasnya dengan aksen British yang kental.

"Excuse me?"

Yoojin menaikkan sebelah alisnya. "Yes, i'm her boyfriend. Why are you look confused about that? She doesn't told you?"

"No-"

"ZIN!"

Seorang gadis muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah mereka dengan muka merah padam dan sebuah termometer terapit di antara bibirnya, [Name], ia nampak sangat marah.

"Yoojin?"

"[Name]."

"[Name], siapa bocah ini yang mengaku-ngaku pacarmu?" [Name] nampak bingung, sang lelaki yang disebut melihatnya sedikit kesal. 'Tinggal bilang pacar, apa susahnya?'

"Err, temanku, kok."

"Oh, teman ...."

Yoojin panas, seharusnya tadi ia meminta segelas es lemon pada ibu [Name]. Kenapa gadis itu bilang begitu, sial!

"Yoojin, kau ngapain ke sini?"

"Menjengukmu, dong, kau tak lihat kondisi?" Bocah dengan rambut full gel itu menggerutu, Yoojin membuka mulut hendak menjawab namun terserobot olehnya pun menutup mulut kembali dengan gemas.

"Basa-basi, kok ..." cicit [Name] nampak lucu memutar bola matanya sebal. "Sana sama Mama, jangan di sini!"

Sekali lagi, tuangkan seember es batu ke ubun-ubun Yoojin sekarang juga! Kenapa ia tak pernah melihat sosok [Name] yang seperti sekarang saat sedang berada di dekatnya ataupun bersama orang lain? Bocah kepala gel itu cukup membuat Yoojin gerah.

'Tak apa-apa, Yoojin. Mungkin dia saudara dekat [Name].'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top