6. Boleh?


Yoojin : Selamat pagi

Yoojin : Jangan lupa bawa payungmu ke sekolah hari ini!

[Name] mematikan ponselnya, kemudian mendongak menghadap langit, awan-awan hitam berkumpul menjadi satu seperti raksasa kegelapan, bersiap menumpahkan hujan tak hanya di satu titik. Seluruh Seoul tak lama lagi terjadi hujan deras.

"Huh, okay-bukan masalah," gumamnya mencoba melawan rasa tak ingin beranjak pergi, [Name] menunduk menatap sepasang sepatu yang telah dikenakannya dengan sorot ragu.

'Berangkat atau tidak, ya? Aku malas kalau tiba-tiba di tengah jalan hujan, sial!'

"Nak, masih belum berangkat? Sebentar lagi hujan, loh."

"Iya, nih, berangkat."

"Payungmu sudah, 'kan?"

"Iya, Ibu." Bohong, awas kena karma!

.

"Minum ini!"

"Masih dingin?"

"Mau kupanaskan lagi tehnya?"

[Name] menggeleng, bahunya menggigil parah, badannya kedinginan. Hampir seluruh bagian tubuhnya kini terbalut oleh selimut, jangan tanya bagaimana gadis itu bisa mendapatkannya.

"Tenang, Mi-Jin," lirih [Name].

Mi-Jin berkacak pinggang, lalu mengusap dahinya cemas. "Kau ini bagaimana, sih? Sudah tahu hujan turun sangat deras, bukannya berteduh malah main terabas saja," omelnya seperti ibu-ibu.

"Daripada telat."

[Name] mendengus, lalu meniup pelan secangkir teh di genggamannya yang terasa hangat. "Sana balik ke kelas!"

Mi-Jin menolak. "Kalau kau tiba-tiba pingsan, siapa yang mau menolongmu, huh?" [Name] menghendikkan bahu, menyeruput tehnya santai.

"Aku tak akan pingsan, tenanglah. Titip ucapan terimakasih pada Miru untuk kaos olahraganya!" [Name] menggeliat pelan, kenapa celana olahraga gadis itu ketat sekali, ya? Pantatnya sedikit sakit karna tertekan.

'Aku lumayan menyesal meminjam pakaian bocah itu.'

"Yakin? Kau kelihatan pucat banget."

[Name] menggeleng. "Tidak apa-apa."

Mi-Jin membuka mulut hendak berkata ia akan tetap di sini, namun tiba-tiba pintu UKS terbuka paksa karna didobrak kencang dari luar hingga engselnya bengkok di bagian atas.

"[Name], you okay?"

'Bitch, what the fuck-'

.

"Kan, sudah kubilang untuk membawa payungmu tadi pagi!"

[Name] melengos. "Malas, tasku jadi berat."

Yoojin menghela nafas, menyelipkan helai rambut gadis itu ke belakang telinga karna menutupi wajahnya. "Mau pulang saja?"

"Tidak."

Yoojin merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel. Gerak-gerik pemuda itu seolah hendak menelepon seseorang, [Name] meliriknya tanpa minat, mau apa bocah itu?

"Halo Pak Jinyoung."

"..."

"Iya, aku butuh sesuatu. Kau sedang sibuk?"

"..."

"Sepertinya ada seseorang yang perlu disuntik olehmu."

[Name] yang mendengar kata 'suntik' sontak berjingkat pelan karna kaget. 'Suntik?' Matanya bergulir cemas.

"Tidak, bukan-dia pacarku."

"Heh!" [Name] melotot. "Kau mau membawaku ke dokter?" Tangannya tergerak cepat menaruh secangkir teh yang sedari tadi digenggamnya ke atas nakas, lalu beralih hendak merebut ponsel Yoojin.

"Iya, siang? Jam dua? Oke." Yoojin tersenyum tipis, dengan lihai tubuhnya mengindari gerakan-gerakan [Name] yang hendak merebut ponsel di dekat telinganya, sambil sesekali tangan kirinya menahan lengan gadis itu agar tetap diam di tempatnya dan tak jatuh.

"Tidak! Aku tidak mau ke dokter!"

"Baik, sampai jumpa, Pak Jinyoung."

[Name] menatap netra Yoojin marah saat pemuda itu menyelesaikan aksi meneleponnya. "Kau apa-apaan, sih?"

"Apa?"

"Kau mau membawaku ke dokter-"

"Tidak." [Name] tercengang, Yoojin ini bagaimana, sih? Bocah ini gila atau sinting?

"Siapa yang mau membawamu ke dokter?" Yoojin menaikkan sebelah alisnya, [Name] kebingungan. "Barusan?"

"Heh ...." Yoojin menunduk, menyetarakan wajahnya dengan [Name], kemudian berbisik pelan, "ternyata kau takut disuntik, ya?"

[Name] memicing. "Apa? Takut? Tidak."

"Serius?"

"TIDAK! Apa, sih? Tidak lucu."

[Name] mendorong dahi Yoojin untuk menjauh. "Jauh-jauh, deh, bangsat," umpatnya sebal. "Aku tidak sakit, ngapain ke dokter? Buang-buang duit saja."

Yoojin terkekeh, meraih selimut yang terjatuh di atas lantai, lalu mengenakannya kembali pada tubuh [Name] dengan lembut.

"Pakai baju siapa?"

[Name] membenarkan posisi duduknya. "Teman."

"Kekecilan, ya?" Yoojin tersenyum lembut. "Kau kelihatan tak nyaman." [Name] mengangguk.

"Mau pakai kaos olahragaku saja? Belum kupakai, kok, masih bersih di dalam loker."

[Name] berpikir sejenak, daripada pakai pakaian tak nyaman ini sampai pulang, lebih baik ganti pinjam milik Yoojin, 'kan?

"Lalu, kau nanti pakai apa? Memangnya hari ini kelasmu ada pelajaran olahraga, ya?"

"Tidak, aku ikut ekstrakurikuler tenis." Yoojin ikut duduk di pinggiran brankar. "Nanti aku ijin saja pada gurunya tak ikut kegiatan hari ini."

"Oh." [Name] menimbang. "Boleh?"

"Sure, baby."






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top