5. Rain
"[Name]."
Gadis itu menoleh, lalu menyorot malas sepasang netra manipulatif Yoojin, ia menaikkan sebelah alis.
"Mau main ke arcade game?" [Name] menolak, ia sudah lelah dan ingin segera pulang ke rumah, membayangkan dirinya berguling-guling di atas kasur yang empuk membuat bahunya sedikit rileks. "Kau mau kesana memangnya?" tanya gadis itu.
"Tidak, aku hanya menawarimu," balas Yoojin sambil tersenyum tipis, diambilnya kesempatan emas menggenggam tangan mungil kekasihnya yang dingin itu lembut. "Mau langsung pulang?"
"Ayo," ucap [Name], mendongak menatap langit yang kian berubah gelap, lampu-lampu pinggir jalan mulai menyala satu-persatu, malam segera tiba. Yoojin menghela nafas, membatin kecewa, kenapa hari ini terasa berlalu begitu cepat?
"Aku akan menghubungi Mandeok, kita pulang bersama, ya?" [Name] meliriknya sekilas sebelum menggeleng. "Tak perlu, aku mau pulang sendiri."
Yoojin menggigit bibir bawahnya. "Mau gelap, aku khawatir."
[Name] mendengus. "Tenang saja, aku akan baik-baik saja dan selamat sampai rumah," celetuknya santai, toh, dia sudah biasa kemana-mana sendiri, mau malam atau pagi, hujan, badai, petir, angin topan sekalipun.
"Tidak, kau pulang bersamaku," sentak Yoojin tak terbantahkan.
[Name] mengeryit tak senang, dalam hati ia mengumpati raut pemuda itu yang nampak keukeh sekali. "Ya, sudah, terserah," desahnya, tak mau memulai argumen yang dapat membuang waktu. Satu kata yang terus berputar di kepalanya, yaitu 'pulang'.
"Oke, tunggu sebentar!"
.
"Bisa kau lepas tanganku?"
"Tidak."
[Name] mendesis kesal, senyum Yoojin tak sedikitpun luntur. Mereka berdua duduk bersebelahan di kursi penumpang mobil, dengan tangan bergandengan, tak lepas sejak awal masuk, salahkan Yoojin jika nanti sampai rumah tangan [Name] keram.
"Bos, lima belas meter di depan sana kelihatan macet total, apa saya harus putar balik dan cari jalan lain?"
'Pakai tanya lagi-'
"Tunggu saja sampai lancar," ucap Yoojin santai, [Name] hampir menjatuhkan rahangnya. Bocah ini–sinting atau bagaimana? Orang melihat jalan di depan sana macet seharusnya cari jalan lain, bukannya didatangi dan ditunggu sampai lancar, memperburuk keadaan saja!
"Belok kiri saja, ada jalan lain ke rumahku lewat sana, sedikit rumit, sih, tapi lebih baik daripada menunggu." [Name] angkat suara saat mobil mewah yang ditumpanginya perlahan menepi.
Yoojin menatapnya sontak. "Oh, ya?" [Name] mengangguk.
"Aku lumayan muak dengan bau air conditioner mobilmu, kau pakai pewangi jeruk?" tanya [Name] sambil menutup lubang hidungnya.
Yoojin mengerjap kaget, ia langsung menggeleng mendengar ucapan gadisnya itu.
"Tidak, ini lavender."
"Sama saja."
[Name] melempar pandangannya ke luar jendela, Yoojin ketar-ketir. "Kau tak nyaman?" [Name] mengangguk jujur, ia sangat tak suka wewangian menyengat.
"Ah, maaf, lain kali aku tak akan pakai pewangi ini lagi."
[Name] meliriknya dari sudut mata. "Tak perlu, lakukan sesukamu, toh, ini mobilmu ...."
Mandeok di kursi pengemudi hanya menyimak dalam diam perbincangan kedua insan di kursi belakang itu, namun diam-diam pula dalam batin pemuda itu mengalami shock berat, dikiranya [Name] ini tadi hanya teman atau rekan bisnis bosnya, ternyata kekasih, toh? Pantas pemuda berkacamata bulat itu terlihat sedikit ... mesra (?) pada [Name].
Yoojin menghela nafas. "Ambil jalan ke kiri, Mandeok."
"Baik, Bos!"
[Name] menyandarkan kepalanya ke kaca, mulutnya tergerak kecil menggumamkan sesuatu tanpa suara. Yoojin melihat tingkah gadis itu merasa gemas.
"Kau bicara apa?"
[Name] menggeleng, memperbaiki posisi kepalanya saat mobil perlahan berjalan kembali. "Ternyata mau hujan, Yoojin." Jemarinya menunjuk ke arah langit.
Yoojin mengangguk, setelah itu perlahan rintik air turun membasahi kaca jendela mobil yang ditumpangi ketiga insan itu di dalamnya. "Kau suka hujan?" tanya [Name].
"Tidak," jawab Yoojin sambil mengelus punggung tangan kekasihnya lembut.
"Kenapa?" [Name] berbalik, lalu bersandar ke kursi sambil menatap mata Yoojin lekat. "Biasanya orang-orang sepertimu menyukai hujan, mereka menenangkan–kata orang-orang, sih."
"Berisik." [Name] terdiam.
"Hujan berisik, aku tak bisa mendengar suaramu di tengah bising mereka."
Yoojin tersenyum lembut. "Aku lebih suka dirimu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top