4. First date
Yoojin : Aku dalam perjalanan kesana
Satu kalimat itu adalah pesan terakhir yang dikirim oleh Yoojin padanya dua jam lalu, [Name] memandanginya sebal sambil mengeratkan genggaman pada ponsel.
"Bocah sialan ..." Berani-beraninya ia dibuat menunggu selama ini!
[Name] beranjak dari bangku, lalu berjalan mendekati sebuah tong sampah di dekat jalan, melempar dua lembar tiket di tangannya ke dalam benda ramah lingkungan itu sambil mengumpat kesal. Ponselnya dibuka lagi, ia mengirim sebuah pesan pada Yoojin, dengan menggerakkan dua jemarinya penuh emosi mengetik di atas layar, tak sabar mengubah status pemuda itu menjadi seorang mantan.
[Name] : Batal, aku pulang
[Name] mendengus kasar, lalu menggigit bibir bawahnya kencang, rasanya ingin menangis saja kali ini, sudah capek-capek dandan, pakai baju rapi, rela buang uang saku untuk naik ojek online sampai kemari, malah tidak jadi.
'Bangsat!'
"[NAME]!"
[Name] menggerakkan netranya ke sudut mata, kemudian mendelik kaget, melihat sosok pendek familiar berlari kearahnya dengan pakaian tak karuan.
"I-IM SO SORRY! Maaf–tadi macet banget di sana, jadi aku lari ke sini–maaf membuatmu menunggu lama!"
"Kau habis darimana?" [Name] menatapnya dari atas hingga bawah, batinnya diam-diam bergumam kasihan. Namun tak lama, rasa simpatinya tiba-tiba lenyap begitu saja saat mengingat dirinya sendiri tadi yang telah menunggu bocah itu hingga pantatnya hampir bersatu dengan bangku. "Yoojin, kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?" Yoojin mengerjap, mulutnya masih terengah-engah mengambil nafas, kedua alisnya naik.
"I don't know."
"Bocah sialan, putus saja kita." [Name] melengos setelah menyentak pemuda itu dengan ucapannya yang terdengar santai.
"Hei–kenapa?" Yoojin menarik bahu [Name] yang hendak kabur. "Lepas!"
"Kenapa kau semudah itu mengatakan putus?"
"Kenapa tidak? Aku tidak mencintaimu." [Name] menepis genggaman Yoojin dengan raut dingin.
Yoojin mengeryit tak suka, lalu secara perlahan tatapannya berubah melunak, pemuda itu melepas kacamatanya dan mengusap wajahnya kasar.
"Maaf, aku mengacaukan kencan pertama kita." [Name] menatapnya seolah bocah freak. "Jujur, aku tak suka orang yang hanya bisa berkata maaf untuk bertanggung jawab pada apa yang telah dikacaukannya," ketusnya.
Yoojin menarik nafas, ia tersenyum. "Masih mau masuk?" Tunjuknya pada gedung museum yang mulai sepi.
[Name] menggeleng. "Tiketnya, tuh, di sana." Gadis itu menunjuk tong sampah tadi, Yoojin sedikit tercengang.
'Bukan tipe sabaran, ya?'
"Pungut aja kalau mau masuk, masuk sendiri, aku sudah muak."
[Name] berjalan pergi, Yoojin tertawa kecil di tempat, kemudian berlari kecil menjajarkan langkahnya dengan kekasihnya itu.
"Mau es krim?"
"No."
"Makan?"
"C'mon, aku sudah lapar."
.
"Makanmu banyak, ya?"
[Name] menghentikan aksi mengunyahnya, bola matanya bergulir beralih menatap Yoojin yang nampak sedang tersenyum geli. Sebelah alisnya naik bentuk rasa bingung.
"Kenapa? Kau keberatan?" Sudut bibirnya dielap dengan jari tengah. "Tidak, kau kelihatan lucu saat mulutmu penuh," ucap Yoojin, [Name] membalasnya dengan dengusan.
"Makanlah makananmu, jangan lihat aku!"
Yoojin menopang dagu. "Kenapa?"
[Name] menelan kunyahannya, kemudian dengan sedikit serak menjawab, "kau mau matamu kujadikan sup?" Yoojin reflek tertawa dengan nada rendah, tangannya tergerak membenarkan posisi kacamata bulat di wajah tampannya.
"Boleh."
[Name] hendak memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya terhenti. Ia memandang Yoojin dengan raut tak dapat diartikan. "Serius?"
"Boleh." Yoojin mengangguk.
"Orang gila."
"Apapun untukmu, sayang."
"Banyak omong."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top