01/10
Aku jadi tidak enak karena sudah membuat (Name) pingsan....
-------
Bottle flipping, adalah permainan botol yang sempat trend di kalangan anak remaja. Mengingat cara memainkannya yang sangat mudah, tentunya permainan ini sukses membuat para remaja di luar sana jadi tertarik untuk memainkannya.
Apalagi jika di dalam permainan itu diselipkan sebuah tantangan untuk pemain yang kalah. Sudah dapat dipastikan bahwa alur permainannya akan jadi semakin menyenangkan.
Tuk
Satu botol air minum yang hanya berisi separuh, berhasil berdiri tegak setelah dilempar ke udara. Hal ini membuat seorang remaja dengan nama tag Frostfire itu berseru keras saat melihat hasil permainannya.
"NGYAHAHA! SUDAH KUDUGA KALAU PERMAINAN INI SANGAT MUDAH!"
Blaze berdecak ketika mendengarnya. Ia kemudian meraih botol itu dengan paksa lalu melemparnya ke tempat Glacier berada.
"Glac, jangan tidur! Sekarang giliranmu."
Glacier bangun, lalu meraih botol yang sempat Blaze lempar tadi. Lengan kirinya terlihat sedang mengusap sebelah matanya, sedangkan lengannya yang lain melempar botol yang barusan ia ambil ke atas.
Lemparannya terlihat begitu lemah di sana, membuat botol air itu hanya berputar sebanyak dua kali saja di udara. Dan begitu botol itu menyentuh permukaan, hasil yang sudah perkirakan pun terlihat.
Tanpa harus menggunakan keberuntungan sedikit pun, Glacier berhasil membuat botol itu jatuh dengan posisi horizontal, yang berarti sekarang ia kalah dari permainan.
Glacier tertegun, sedangkan duo api itu tersenyum miring melihatnya. Ia kemudian meneguk selivanya dengan kasar di sana.
'perasaanku gak enak....'
--------
Waktu berlalu dengan cepatnya. Tidak terasa sekarang sudah memasuki jadwal terakhir dari semua mata pelajaran.
Para murid terlihat begitu lesu di dalam kelas, sedangkan pengajar mereka masih terlihat bersemangat untuk memberikan mereka pelajaran.
Kata demi kata terpampang di papan tulis, dan semua itu seharusnya menjadi catatan penting untuk semua murid yang ada di kelas itu.
Murid-murid yang rajin mungkin akan tetap menyalin semua materinya, tapi bagi mereka yang sebaliknya, hal itu tidak mungkin mereka lakukan. Karena menyalin materi sebanyak papan tulis itu sangat melelahkan untuk mereka.
Glacier adalah salah satu contoh murid yang tidak menyalin materi kali ini. Biasanya ia memang termasuk kategori anak rajin di kelasnya. Namun karena sekarang pikirannya kacau, Galcier jadi malas untuk melakukannya.
Ia lebih memilih untuk menjatuhkan kepalanya di atas meja, lalu kemudian menatap lurus ke samping tepat dimana seorang gadis yang pendiam berada.
Ia jadi teringat kembali dengan tantangan yang ia dapatkan saat bermain tadi.
"Astaga, aku kalah. Baiklah, apa tantangannya?"
"Hihi, tantangannya adalah–"
"Nyatakan perasaanmu pada (Name)."
"APA?"
Glacier hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat itu. Mengingat orang yang mereka maksud itu adalah seorang gadis dingin nan tegas di dalam kelas mereka, tentu tantangan itu jadi sangat mustahil untuk ia lakukan.
Seandainya bisa, ia ingin sekali menolak tantangan itu.
"Astaga ... Aku harus bagaimana?"
Glacier membenamkan wajahnya di atas meja. Memaksa otaknya untuk berpikir keras di sana.
Tidak lama ia berdiam diri, Glacier akhirnya langsung bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menghampiri tempat duduk (Name) berada. "Sudahlah. Lakukan saja, Glac!"
Sepertinya ia lupa kalau sekarang guru mereka masih ada di sana.
"(Name), ada yang ingin kukatakan." Tanpa memperhatikan keadaan sedikitpun, Glacier langsung berkata demikian di hadapan (Name). Membuat semua intensi mendadak teralihkan kepada mereka.
(Name) hanya berdemen untuk merespon dirinya. Sedangkan guru beserta murid-murid yang lainnya justru menjadikan mereka sebagai tontonan gratis dadakan.
Jangan salah paham kalau guru mereka tidak marah dengan aksi Glacier yang tiba-tiba memotong pembahasannya, tapi ia hanya penasaran dengan apa yang ingin pemuda itu katakan.
"Aku menyukaimu." dengan nada pelan Glacier berkata demikian. Membuat suasana kelas ini jadi sedikit berubah.
(Name) spontan mendongak, menatap Glacier dengan wajah yang terlihat sedikit syok. "Ya? Barusan kau bilang apa?"
"Aku menyukaimu, (Name)." Lagi-lagi (Name) tertegun mendengarnya, dan netranya pun terlihat mengecil di sana. Rawut wajahnya mulai berubah, lalu akhirnya ia jatuh dari kursinya dengan kedua matanya yang terpejam di sana.
"(NAME)!"
----------
Sekarang sudah waktunya jam pulang, tapi Glacier terlihat masih berdiri di depan pintu sekolah. Ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu sekarang.
"Glacier? Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak ingin pulang?" Dari arah belakang, terlihat salah satu saudara sekaligus adik kelas --Sori--.
Glacier mengembuskan napasnya di sana, membuat Sori mengkerutkan keningnya. "Hah ... aku masih kepikiran soal (Name)."
"Kak (Name)?"
"Iya. Aku tidak sengaja membuatnya pingsan tadi."
"APA?" Sori tentunya kaget mendengar pelanturan Glacier barusan, dan karena hal ini juga Glacier jadi mau tidak mau harus menjelaskan semua kronologisnya.
"Oh, jadi kak (Name) pingsan setelah kakak mengatakan perasaan?" Glacier mengangguk.
"Dan, kakak juga belum sempat menjelaskan kalau itu hanyalah tantangan?" Lagi-lagi Glacier mengangguk.
"Kalau begitu, kenapa kakak tidak menjelaskannya langsung kepada (Name)? Ku lihat tadi dia sudah pulang lewat jalan taman sana." sambil menunjuk arah yang dimaksud, Sori menjelaskan pendapatnya.
"Sungguh? Kalau begitu, aku akan langsung menghampirinya. Terimakasih atas sarannya, sori!" Tanpa ba bi bu Glacier langsung berlari ke arah jalan yang Sori maksud. Meninggalkan sang remaja yang mengangguk menjawab perkataannya.
"Iya!"
---------
Niat hati ingin mencari sang gadis untuk menjelaskan semuanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. (Name) ternyata sudah terlebih dahulu menemukan dirinya, dan sekarang ia sedang di tahan sang gadis untuk diminta penjelasan.
Seharusnya kalau sudah begini, pekerjaan Glacier jadi lebih mudah bukan? Setidaknya ia tidak harus mengelilingi taman untuk mencari keberadaan sang gadis. Tapi kenapa atmosfer nya jadi seperti ini?
Dengan posisi Glacier berada diantara tembok dan (name).
"Kau mau kemana?"
"A–Aku cuma–" Glacier panik. Ia tidak akan menduga kalau (Name) lah yang akan menemukan dirinya.
"Hah, sudahlah. Sekarang apa kau ingin mendengar jawabanku?" Glacier mengangguk dengan patah-patah. Membuat (Name) spontan membuang mukanya ke samping.
"Ck, aku juga menyukaimu." dengan nama perlahan (Name) berucap, membuat Glacier spontan mengatakan, "Ya?"
Ia kemudian mendekati sang gadis, lalu kemudian kembali menanyakan apa yang baru saja sang gadis katakan.
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa mendengarmu, (Name)."
(Name) berdecak, lalu kemudian menjawab pertanyaan Glacier dengan lantangnya. "AKU JUGA MENYUKAIMU DASAR, BO–*bib*"
Karena suara (Name) yang mendadak membesar, perhatian semua orang yang ada di taman pun sekarang mulai teralihkan kepada mereka berdua.
Glacier sendiri juga hampir saja terkejut mendengarnya.
"Jadi ... Kau juga menyukaiku?" Ragu-ragu (Name) mengangguk. Membuat Glacier spontan mengulas senyumnya di sana.
"Kalau begitu, maukah kau menjadi milikku, (Name)?" Dengan wajah yang sudah memerah, (Name) mengangguk untuk menjawab pertanyaan Glacier.
Bonus
"Tapi kenapa kau pingsan tadi, (Name)?" tanya Glacier, seketika ingat kejadian di sekolah.
"Ada laba-laba di atas kepalamu tadi," jawab (name) dengan wajah memerah
"... "
----------
... tapi setidaknya sekarang aku sudah mengetahui semua perasaannya dengan jelas. Hehe.
Salam hangat, 24 Juli 22
--Aul
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top