Part 2 - Hadiah untuk Mr. Axellio

Jam istirahat dihabiskan oleh hampir seluruh murid untuk membicarakan tentang guru baru yang ketampanannya membuat satu sekolahan gaduh. Bukan hanya siswi dari kelas X-XII tetapi juga para guru wanita ikut membicarakan Sky Axellio.

Hanya dalam hitungan jam Sky menjadi idaman baru dikalangan wanita, dan menjadi pemudar cahaya bagi kaum pria di sekitarnya.

Allara duduk di kantin bersama dengan Ivy, sejak tadi ia mendengarkan para gadis menyebutkan tentang Sky sembari menyeruput sekotak susu strawberry di tangannya. Gadis-gadis itu bahkan terang-terangan untuk mendatangi Sky dan meminta nomor ponsel. Ckck, sungguh sangat pemberani.

Allara meremas jemarinya. Wajah kesalnya membuat Ivy yang sejak tadi sibuk bermain ponsel kini menghentikan kegiatannya.

"Ada apa dengan ekspresi itu?" Ivy mengerutkan keningnya.

Allara menjatuhkan wajahnya lemas ke meja. "Aku telah merusak kesan pertama bertemu dengan Mr. Axellio."

"Menyerah saja, Allara. Kau bersaing dengan hampir seluruh siswi dan guru wanita di sekolah ini." Ivy mengingatkan Allara lebih cepat. Ia tidak ingin sahabatnya membuang waktu sia-sia dengan mengejar guru Matematika mereka.

"Maksudmu aku tidak bisa mendapatkannya?" Allara menatap Ivy sebal.

"Allara, kalian berdua tidak ditakdirkan bersama. Dia luar biasa, dan kau benar-benar biasa." Ivy menambah kegalauan Allara.

"Kau terlalu jujur!" Allara kembali lemas dan menjatuhkan wajahnya ke meja.

"Dengar, aku telah mencari tahu tentang Mr. Axellio. Dia adalah putra dari pemilik sekolah ini. Dia playboy yang setiap malam berkencan dengan wanita berbeda. Dan mantan-mantannya dari kalangan model, penyanyi, selebriti, pengusaha, dokter dan lainnya. Dan yang paling penting, dari semua mantannya mereka berpendidikan tinggi dan cerdas. Menarik dalam segala hal. Sementara kau?" Ivy menatap Allara sembari mendesah. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari temannya.

"Jadi, apakah saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita?" Allara kembali bersemangat. Ia bahkan tidak memikirkan sama sekali kalimat terakhir Ivy yang menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki apapun untuk bersanding dengan Mr. Axellio.

"Tidak ada kabar tentang itu. Terakhir dia menjalin hubungan dengan Clarissa Fox, dan putus satu bulan lalu."

"Clarissa Fox? Maksudmu Clarissa Fox yang menjadi icon fashion dunia saat ini?"

"Benar. Sekarang kau sudah dapat pencerahan, kan? Kau jelas bukan tipe Mr. Axellio."

Allara yang tadi bersemangat kini menjadi lesu lagi. Sederet wanita yang bersama dengan guru Matematika-nya berbanding terbalik dengan dirinya.

Hanya beberapa saat saja Allara lesu, kini ia kembali bersemangat dan membuat Ivy bingung. Hanya seorang Allara yang bisa seperti ini. Lesu dalam kurang lebih 5 detik dan kemudian menjadi ceria lagi.

"Tidak masalah. Pada akhirnya mereka yang luar biasa itu diputuskan oleh Mr. Axellio. Mungkin saja Mr. Axellio tidak cocok dengan mereka, dan cocok denganku."

Ivy melongo tidak percaya. Selain ceria, Allara juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Entah dari mana Allara bisa berpikiran seperti barusan.

"Kau benar-benar menyukai Mr. Axellio?" tanya Ivy memastikan.

"Tentu saja. Dia adalah pria sempurna untukku."

Ivy menatap Allara kasihan. Ini pertama kalinya Allara menyukai laki-laki, dan pilihannya jatuh pada Mr. Axellio yang menurut Ivy tidak akan bisa digapai oleh Allara. Ivy berpikiran realistis. Mr. Axellio seperti langit, sementara Allara adalah buminya. Mereka berbeda. Dan lagi, Ivy tidak mau Allara merasakan patah hati. Ivy sering merasakan itu, ia tidak ingin Allara yang ceria menjadi pemurung karena patah hati. Ditambah Mr. Axellio adalah playboy, bagaimana bisa ia mengizinkan Allara bersama playboy itu.

"Allara, mungkin ini akan terdengar tidak enak, tapi sebagai sahabatmu yang paling mencintaimu, aku sarankan agar kau menyerah sekarang. Mr. Axellio tidak akan membalas perasaanmu, dan kalaupun dia membalasmu maka dia hanya akan bermain-main. Aku tidak ingin kau patah hati atau dipermainkan." Ivy menatap Allara serius.

Allara berkaca-kaca. Ia terharu dengan Ivy yang begitu memperhatikannya.

Perasaan Ivy tidak enak. Sepertinya kata-katanya kali ini telah membuat Allara sedih. Berbicara jujur memang menyakitkan.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu dengan kata-kataku," sesal Ivy.

Allara menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum. "Terima kasih karena sangat mencintaiku, Ivy. Aku sangat terharu."

Ivy lega. "Jadi, kau akan menuruti ucapanku, kan?"

"Tidak."

Apa-apaan Allara ini? pikir Ivy.

"Ini adalah cinta pertamaku, meskipun pada akhirnya aku akan patah hati aku harus mencoba mendapatkannya. Kau tahu, kan, aku tidak akan menyerah pada apa yang aku inginkan." Allara tersenyum bangga. Ia bahkan berani mengatakan bahwa ini cinta pertamanya.

"Allara." Ivy bersuara putus asa. Ia tidak bisa menyelamatkan sahabatnya dari rasa sakit patah hati. Ivy tidak mengerti kenapa baik dirinya ataupun Allara harus jatuh cinta pada orang yang mustahil mereka miliki. Meskipun pada penampakannya Ivy terlihat cuek dan acuh tidak acuh, tapi ia sangat menyayangi Allara. Baginya Allara bukan hanya sekedar teman, tapi juga saudarinya.

"Ivy, bantu aku. Hadiah apa yang paling cocok untuk laki-laki?" Allara harus memperbaiki kesan pertemuan pertamanya dengan Sky.

"Untuk siapa dan untuk apa?"

"Untuk Mr. Axellio, dan untuk permintaan maaf," balas Allara.

Sejenak kemudian Allara mengurungkan pertanyaannya. "Tidak jadi, Ivy. Aku akan bertanya pada teman pria saja. Mereka satu kaum jadi pasti lebih tahu."

Ivy menghela napas gusar. Allara benar-benar serius.

Bel tanda masuk kelas berbunyi, Allara dan Ivy meninggalkan kantin begitu juga dengan para murid lainnya.

Saat ini jam mata pelajaran kesenian. Allara telah berada di ruang kesenian bersama dengan teman-temannya yang lain. Kali ini Allara tidak duduk di dekat Ivy, melainkan duduk di dekat James dan dua teman prianya.

"Bisakah aku bertanya pada kalian?" Allara berbisik agar Mr. Grez yang mengajar di papan tulis tidak mendengar.

"Apa?" balas James.

"Hadiah apa yang cocok untuk laki-laki?"

James yang otaknya mesum memberikan jawabannya. "Kumpulan dvd porno."

Allara mengerutkan keningnya. "Dvd porno?"

"Benar, Allara. Para pria sangat menyukainya," balas James meyakinkan.

Allara menatap ke teman James yang lain. Dan keduanya menganggukan kepala, sepakat dengan jawaban James. Allara kini menjadi yakin.

"Baiklah, terima kasih." Allara sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia segera kembali ke tempat duduknya sebelum Mr. Grez menyadari bahwa dirinya tidak memperhatikan apa yang Mr. Grez terangkan tentang pembuatan kerajinan keramik.

"Sudah?" tanya Ivy.

"Tentu saja sudah."

"Hadiah apa yang mau kau berikan?"

Allara tersenyum. "Rahasia." Ia kemudian membuka buku tulisnya dan mulai mencoret-coret di sana dengan ekspresi wajah konyol. Allara tengah membayangkan bagaimana reaksi Sky ketika menerima hadiahnya. Ia akan memberikan banyak dvd porno untuk Sky.

***

Pulang sekolah Allara pergi ke toko dvd. Ia bertanya pada pemilik toko tentang di mana rak dvd porno dengan polosnya. Pengunjung lain yang ada di sana menatap Allara dengan tatapan tak bisa dijelaskan.

Remaja cantik itu ternyata maniak. Mungkin begitulah yang dipikirkan oleh sebagian pengunjung di sana.

Allara mendapatkan dvd yang ia mau. Ia telah menggunakan uang bulanannya yang pas-psan untuk membelikan dvd itu. Tadinya Allara sempat ragu dan berpikir untuk membeli yang bajakan saja. Akan tetapi, ia mengurungkan niatnya. Tidak apa-apa, demi pria yang ia sukai.

Allara sampai ke asrama. Ia masuk ke dalam kamarnya dan segera mengeluarkan dvd yang ia beli dari dalam tasnya. Allara mengecup dvd itu. "Mr. Axellio pasti akan sangat menyukainya."

Allara mengganti kotak dvd yang bergambar porno dengan kotak dvd polos. Ia mengikatnya dengan pita berwarna pink.

Setelah itu Allara menulis surat.

Untuk Mr. Axellio

Hadiah ini adalah permintaan maafku karena tidak membawa buku pelajaran kemarin. Semoga Mr. Axellio menyukai hadiah ini.

Allara Quinn

Allara melipat kertas yang tadi ia tulis lalu memasukannya ke dalam amplop pink dan ia selipkan dibalik pita kotak dvd.

"Apakah aku harus menempelkan cap bibirku pada amplopnya?" Allara merasa ada yang kurang dari amplop pink polosnya. Lantas Allara mengambil lipstik miliknya, memoleskannya di bibir lalu mencium amplop pink tadi.

Senyum puas terlihat di wajah Allara. "Begini baru benar."







Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top