Part [10/10]

Saat ia mengucapkan sebuah mantra padaku…

×××

Pistol sudah ditembakkan. Iku berlari sekuat tenaganya. Melewati beberapa pelari yang mulanya ada di depannya.

Iku berlari sambil membawa harapan teman, (Name) dan dirinya sendiri. Bercita-cita ingin menjadi pelari juara internasional adalah keinginannya yang ingin ia wujudkan, dan ia juga tidak mau mengecewakan (name) yang sudah membantunya latihan selama ini.

Saat hujan dan Iku memaksakan dirinya berlari, (Name) menemaninya latihan. (Name) juga membuatkan

Tak peduli seberapa lelah ia berlari. Tak peduli seberapa waktu yang ia gunakan untuk berlatih. Ia akan menggapai cita-citanya dan harapan orang lain.

"Ganbatte Iku!"

"Ganbatte Ikkun!"

Suara dan teriakan penyemangat teman-temannya dan (Name) di bangku penonton.

Teriakan itu membuat semangat Iku membara, dia menambahkan kecepatan berlarinya. Mengejar 2 pelari yang berada di depannya.

Tangan dan kakinya ia gerakkan, meski dia tahu bahwa dia sudah mencapai batasnya.

.
.
.
.
"Selamat Ikkun kau memenangkan perlombaannya!" Kai menepuk pundak Iku dengan cukup keras sehingga laki-laki berambut coklat itu sedikit terjungkal ke depan.

"Hahaha … Aku juga tidak menyangka kalau aku memenangakan perlombaannya. Ini semua karena kalian yang sudah mau datang dan menyemangatiku. Terima kasih semua."

Semua anggota Procealurum dan Six Gravity tersenyun senang.

"Don't mind, lagipula kita memang ingin melihat pertunjukkanmu yang spektakuler, bukan begitu Rui?"

Rui hanya mengangguk sebagai balasan pertanyaan Koi.

"Dimana (Name)?" tanya Iku saat tidak menemukan kekasihnya itu diantara teman-temannya.

"Dia ada disini."

Tampak Aoi berdiri di belakang dan di sebelahnya terdapat (Name) yang melihat Iku dengan tatapan yang sulit diartikan.

Iku mendekati (Name), "(Name) terima kas-"

Grep!

Tiba-tiba (Name) memeluk Iku, pemuda itu sedikit mundur ke belakang akibat sedikit terkejut mendapat pelukat mendadak dari (Name).

"Sugoi Iku!! Kau sangat keren tadi! Aku sangat mencintaimu, Iku!"

(Name) mengucapkan hal itu dengan raut wajah bahagia dan dengan suara yang lantang, membuat teman-teman Iku yang mendengarnya hanya tersenyum senang.

Tetapi tidak untuk Iku. Reaksi dia saat mendengar pernyataan cinta (Name) yaitu terkejut. Dengan wajah memerah, Iku membalas penyataan cinta (Name) yang begitu terbuka itu.

"Aku juga mencintaimu (Name)."

×××

… Tak kusangka mantra itu telah menghinoptisku sedemikian rupa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top