Extra Chapter

Sebulan telah berlalu. Di rumah sakit umum di salah satu kota Jakarta. Sebuah ruangan rawat inap rame dipenuhi oleh dua orang.

"Bang Iky," panggil salah satu Pemuda di antara mereka.

"Hmm... Ada apa Ji?" tanya Ricky dengan nada lemah.

"Aji kangen sama Bang Iky," jawab Fajri.

Ricky mencoba untuk duduk, Fajri langsung bergegas membantunya. "Terima kasih, Ji," ucap Ricky mengelus pipi sang Adik.

Tatapan Kakak Adik ini penuh akan kerinduan. Fajri memeluk tubuh Ricky yang kini terlihat kurus.

Seminggu yang lalu, akhirnya Tuhan mengabulkan doa mereka. Ricky tersadar dari masa kritisnya. Kondisi Ricky juga sudah membaik.

"Vel, kamu nggak mau ikut pelukan sama Bang Iky?" tanya Ricky menatap lurus Fenly.

Fenly menghapus air mata ya. Ia pun berlari, lalu memeluk tubuh Ricky juga.

Ketiga saudara ini saling berpelukan melepas rindu. Suasana di ruangan menjadi hening. Hanya dengan sebuah pelukan kecil sungguh pemandangan ya yang mengharukan.

"Bang Iky, Ovel kangen sama Bang Iky," ujar Fenly melepaskan pelukan.

"Abang juga kangen sama Ovel dan Aji." Ricky tersenyum. Ia mengelus surai rambut Fenly yang sudah lama tak dilakukan.

Fenly semakin meneteskan air mata. Ia sangat bersyukur sosok Abang satu-satunya telah pulih kembali.

"Hmmp!" Fajri dalam mode cemberut.

Bibir Fajri dimajukan ke depan seperti Bebek. Ricky dan Fenly saling melirik lalu tertawa kecil. Fajri pun ikut tertawa.

"Hehehe... Aji sayang Bang Iky dan Bang Ovel," ucap Fajri tulus.

"Abang juga sayang sama Ovel dan Aji," balas Ricky tersenyum.

"Hmm... kalau Ovel sayang Bang Iky saja. Kalau sama Aji nggak deh, soalnya suka habisin makanan terus." Fenly meledeki sang Adik.

"Ish! Bang Ovel jahat! Aji nggak mau tidur bareng Bang Ovel lagi kalau ketakukan." ujar Fajri kesal.

"Hahaha... bercanda Ji. Kamu gitu ya sama Bang Ovel." Fenly mendekati Fajri, lalu mengelitiki pinggangnya.

"Abang... berhenti ish! Hahaha... Aji geli tahu," rengek Fajri.

Ricky hanya tersenyum. Ia senang melihat kedua Adiknya akrab kembali seperti dulu.

"Ji... Vel... Abang janji akan selalu melindungi kalian sampai mau memisahkan kita," ucap Ricky tulus.

Hal itu membuat Fenly dan Fajri berhenti. Mereka pun saling berpelukan kembali.

Kebahagiaan sekecil apapun jika bersama orang tersayang memang sangat indah dan akan selalu terkenang di hati. Raka menatap ketiganya di luar dengan bahagia.

"Akhirnya kalian bisa berkumpul bersama kembali," ucap Raka tersenyum lebar.

Drrtt!!

Tiba-tiba ponsel miliknya berdering di dalam saku kemeja. Raka langsung meraih ponsel, lalu menggeser gambar hijau di layar ponsel.

"Halo!"

"Halo, Pak Raka."

"Ada apa Eko?"

"Saya sudah berhasil mengumpulkan bukti-bukti terkait kasus perusahaan Tuan Ricky."

Raka tersenyum tipis. "Bagus! Cepat kirim ke saya!"

"Baik, Pak. Saya akan mengirimkan melalui email."

"Oke! Terima kasih atas kerja kerasmu. Tunggu saja hadiah kecil dari saya."

"Baik, Pak. Terima kasih."

"Oke! Sampai jumpa!"

Tutt...

Raka mematikan panggilan. Ia menaruh kembali ponsel miliknya ke saku kemeja.

"Selamat menikmati kebahagiaan kalian untuk terakhir kalinya, sebelum masuk ke dalam penjara." Raka menyeringai kecil.

Raka pun pergi tanpa berpamitan kepada ketiga saudara di dalam sana. Ia memiliki tugas penting untuk menyelesaikan sebuah kasus.

Langkah demi langkah menuju kemenangan semakin terbuka. Ia sangat bersyukur dapat menyelidiki kasus perusahaan Paman nya dengan cepat.

_$_$_

Di sebuah klub malam, suasana di dalam begitu meriah. Para pengunjung berjoget ria sambil memegang sebuah botol minuman keras.

Suara musik yang jedag jedug membuat malam ini semakin meriah. Sang DJ memainkan dan berjoget mengukuti hentakan alunan musik. Lampu kerlap kerlip.

"Lang," panggil Farhan sudah setengah mabuk.

"Apa Bang?" tanya Gilang masih berjoget.

"Sebentar lagi kita bisa menguasai harta milik keluarga Martino." Farhan menjawab.

Farhan lalu meneguk segelas kecil berisi minuman alkohol merek mahal. Ia dan keponakan ya Gilang sedang bersama di dalam klub malam.

"Haha... yoi, Paman. Gilang bisa beli apapun yang Gilang mau," ujar Gilang.

Tubuh Gilang pun hampir terjatuh akibat tersenggol seseorang di samping kanan. Gilang pun menatap tajam orang tersebut.

"Kalau punya mata tuh di pakai!"

Gilang sudah siap melayangkan tinju. Namun, tangan Gilang sudah di tahan orang tersebut.

"Lepasin tangan gue, keparat!" seru Gilang berusaha melepaskan, tetapi pegangan orang itu malah semakin kuat.

"Aw... Paman, tangan Gilang sakit," keluh Gilang meringis ditambah ia sudah mabuk berat.

Farhan yang melihat kejadian itu berniat membantu Gilang. Dan lagi-lagi orang itu berhasil menghentikan dengan memukul keras tepat di perutnya.

Tubuh Farhan pun terdorong hingga menabrak meja. Farhan tersulut emosi. Botol yang berada di meja ia hancurkan menyisahkan sebilang beling tajam.

"Gue bunuh lo!" seru Farhan.

Seseorang memakai jaket hitam langsung menghentikan aksi Farhan. Ia menodong sebuah pistol tepat di muka Farhan.

"Jangan bergerak!" perintah orang memakai jaket hitam.

Reflek Farhan mengangkat tangan ke atas. Ia juga sudah membuang bilah kaca sembarang arah.

"Kalian saya tahan! Ikut kami ke kantor polisi sekarang juga!"

Ternyata orang yang menabrak Gilang dan menodongkan pistol ke arah Farhan adalah Polisi. Mereka menyamar memakai pakaian preman agak tidak mencuri perhatian pengunjung lain.

Farhan dan Gilang tak bisa melawan. Di samping mereka sudah dalam keadaan mabuk berat. Mereka langsung digiring ke luar klub malam oleh petugas kepolisian masuk ke dalam mobil.

Penangkapan Paman dan keponakan langsung menjadi trending utama di media cetak maupun digital. Perusahaan Zakno yang sekarang dikuasai oleh Farhan pun di tutup untuk sementara waktu.

_$_$_

Bagaimana dengan keadaan Fiki?

Fiki menjadi anak yang nakal di sekolah. Ia suka bolos dan merokok diam-diam.

Itu semua adalah perbuatan serta pengaruh dari Gilang. Beruntungnya Fiki belum sampai masuk ke dalam penggunaan obat-obat terlarang dan minuman keras.

Kedua orang tua Fiki terkejut mengenai pergaulanan di sekolah dari Rani. Kini mereka sengaja mengurung Fiki di dalam rumah.

Ibu dan Bapak Fiki mengetahui itu semua dari Raka. Perusahaan keluarga Martino juga selamat sebelum status kepemilikan perusahaan di ambil alih.

Dari semua kejadian di atas, Farhan dan Gilang mendapatkan hukuman yang setimpal. Karena Gilang masih sekolah, masa tangguhan hukuman dikurangi.

Keluarga Zakno akhirnya dapat berkumpul lagi seperti dulu. Keceriaan dan kebahagiaan terpancar jelas di rumah mereka tempati.

Untuk sementara perusahaan milik keluarga Zakno, Raka yang mengurus sampai Ricky sembuh total. Orang suruhan ya juga mendapatkan hadiah kecil.

Kondisi Fiki sudah lebih membaik. Ibu dan Bapak Martino membawa Fiki ke sebuah psikater untuk penyembuhan Fiki. Dan Rani menikmakti sekolah seperti biasa.

_____Selesai_____

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top