Epilog

Sudah seminggu berlalu. Berita kematian menghebohkan SMA negeri tempat Fenly bersekolah.

Ucapan bela sungkawan dan turut berduka cita diberikan kepada masing-masing keluarga dan kerabat yang di tinggal. Suasana duka masih menyelimuti lingkungan sekolah.

Tak ada lagi canda tawa dari kedua murid di sekolah. Terutama Fenly merasa dirinya gagal menjadi seorang sahabat.

Zweitson, salah satu siswa yang meninggal akibat kecelakaan motor. Terakhir bertemu mereka dalam kondisi tak baik. Pertengkaran kecil membuat hububgan keduanya sedikit renggang. Dan Fenly sangat menyesalinya. Ego tinggi membuatnya menjadi sahabat yang jahat.

"Son... gue kangen bercanda sama lo," ucap Fenly lirih.

Fenly saat ini sudah berada di kelas. Bangku sebelah kosong bekas tempat Zweitson biasa duduk.

Seorang siswi menghampiri tempat Fenly. "Fen," panggilnya pelan.

Fenly menolehkan kepala. Tatapam keduanya sempat berhenti, lalu Fenly mengalihkan ke arah luar jendela.

"Fen... gue turut berduka citanya atas meninggalnya Zweitson. Gue pun masih sedikit trauma mengingat kejadian itu lagi."

Siswi itu adalah Rani. Sosok yang menjadi saksi mata meninggalnya Zweitson. Nyawa Rani pun sempat dipertaruhkan saat itu.

Fenly menghela napas pelas. Ia kembali menatap kedua netra Rani yang sudah berkaca-kaca.

"Terima kasih ya. Rani lo itu sosok cewek yang kuat. Mungkin kalau lo nggak ada di sana, nggak bakal ada orang yang menolong Zweitson." Fenly tersenyum tipis.

"Fen... gue takut. Gue pun hampir mati di saat pelaku menyerempet motor gue dan Zweitson menjadi korban." Rani tak kuasa menahan tangis.

Air mata Rani pecah. Rani menutupi muka tak ingin menunjukkan raut kesedihan.

Tiba-tiba sebuah pelukan hangat di rasakan Rani. Ya! Fenly tengah memeluk Rani. Keduanya pun saling menguatkan diri setelah ditinggal sahabat terkasih.

_$_$_

Di kelas X...

Seorang remaja bertubuh bongsor tengah mendengarkan musik. Ia menggelengkan kepala mengikuti irama lagu di headphone.

Fiki masih dalam kondisi berduka. Bagaimana tidak? Ia harus kehilangan saudara kandung satu-satunya.

Jam pelajaran sedang kosong. Fiki memilih mengerjakan tugas di kelas. Sifat Fiki berubah drastis setelah kepergian Shandy.

Fiki menjadi seorang pendiam dan cuek. Dulunya Fiki anak yang periang serta ramah kepada siapapun.

Sosok Abang yang selalu Fiki sayang dan cinta, walau mereka berpisah selamanya dalam kondisi sangat tidak baik. "Bang Shan... gue kangen sama lo. Tapi di satu sisi gue jadi benci sama lo juga," ucapnya.

Fiki menatap papan tulis kosong. Bayangan wajah Shandy membuat Fiki mengepalkan tangan erat.

"Bang... lo kok meninggal dunia kurang elit banget sih. Malah pesta narkoba sama minuman keras. Gue jadi berpikir kenapa orang tua kita lebih sayang sama Fiki. Itu karena lo anak yang cumanya mencemarkan nama baik keluarga."

Fiki menyeringai lebar. Awalnya Fiki merasa sangat kehilangan sosok Shandy, tetapi setelah satu fakta bahwa Shandy meninggal dalam keadaan memalukan. Hilang semua rasa peduli dan sedih di hati Fiki, hanya meninggalkan kebencian.

"Fik," panggil seorang pemuda berkulit hitam manis.

"Hmm," gumam Fiki masih fokus.

Fiki mengalihkan pandangan. Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Ayo, kita ke kantin," ajak Gilang.

"Siap, Bang." Fiki menutup buku pelajaran, lalu berjalan menuju ke arah Gilang.

Kini sosok Gilang menjadi Abang angkat Fiki. Kedua orang tua Fiki pun menyetujuinya. Gilang merupakan anak yang baik, peduli dan membanggakan orang tua. Itulah kenapa Mama dan Ayah Fiki langsung menyukai Gilang.

Fiki merangkul pundak Gilang. Perbedaan tinggi membuat Gilang terkadang harus menatap ke atas hanya untuk berbicara.

"Fik, apa lo masih mikiran Abang lo itu?" tanya Gilang santai.

"Gue sih sudah nggak terlalu peduli Bang. Cuma kalau di kelas gue harus pura-pura sedih hehe...," jawab Fiki tertawa kecil.

Gilang tersenyum lebar. "Nah! Gitu dong Fiki yang Abang kenal. Gue nggak salah pilih lo jadi Adik," ucap Gilang senang.

"Hahaha... Fiki gitu lo. Bang, nanti teraktir Fiki ya," balas Fiki menatap Gilang polos.

"Iya, Fik! Abang akan traktir semua Fiki yang mau, asal Fiki harus nurut sama Abang." Gilang mencubit pipi Fiki.

"Asik! Gue bahagia punya pengganti sosok Abang kaya lo Bang," puji Fiki.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan ke kantin sambil bercanda ria. Gilang tersenyum puas melihat Fiki kini berada di bawah kendali dirinya.

_$_$_

Seorang remaja menatap luar jendela kamar. Remaja ini harus beristirahat setelah berperang melawan hidup dan mati.

Yap! Dialah Fajri Zakno. Fajri tersenyum tipis mengingat kejadian seminggu yang lalu.

Andai Fajri sudah meninggal. Bagaimanakah kabar Ricky dan Fenly di luar sana? Apakah mereka akan sedih atau bahagia?

"Ma... Pa... terima kasih sudah menunjukkan wajah kalian walau sebentar. Rasa rindu kepada kalian semakin besar.

Nanti Aji sama Bang Ovel mampir ke makan Mama dan Papa ya."

Fajri menghapus setitik air mata yang terjatuh. Fajri tak boleh terus-terusan bersedih. Ia harus menjadi anak yang kuat seperti dulu. Fajri sudah berjanji kepada mendiang orang tua mereka.

Pintu kamar Fajri terbuka. Nampak Fenly yang langsung memasuki kamarnya.

"Ji," panggil Fenly pelan.

"Iya, Bang Ovel? Kenapa?" tanya Fajri tersenyum kecil.

Fenly berjalan pelan mendekati Fajri. Tanpa berlama-lama Fenly memeluk tubuh erat sang Adik.

Fajri terkejut tentunya. Ia pun dengan perasaan bahagia membalas pelukan sang Abang.

"Ji... ayo kita makan dulu," ucap Fenly melepaskan pelukan.

"Iya, Bang. Aji kangen makan bareng sama Abang Ovel hehe...," balas Fajri tertawa kecil menujukkan gigi kelinci.

Fenly mengacak gemas rambut Fajri.  Ia merasa sangat bersalah telah menganggap Fajri selama ini sebagai musuh. Dulu, Fenly menaruh kebencian dan dendam amat terdalam kepada sosok remaja di depannya.

Kini Fenly tersadar. Ia harus berdamai dengan keadaan dan menghilangkan perasaan buruk itu jauh-jauh.

"Bang Ovel... nanti Aji beliin es krim ya," ucap Fajri manja.

"Hahaha... kamu kan baru sembuh." Fenly mencubit kedua pipi Fajri gemas.

"Uemmm, Aji gamau tahu. Pokoknya Bang Ovel beliin Aji es krim!" seru Fajri mode ngambek.

Fenly tersenyum kecil. "Iya, nanti setelah makan Abang beliin es krim deh," balasnya.

"Asik! Aji sayang Bang Ovel banyak-banyak!" Fajri memeluk kembali Fenly.

"Iya, Abang Ovel kan sayang sama Aji juga," balas Fenly.

Kedua Adik Kakak ini pun berjalan menuju ke ruang makan. Bibi di rumah sudah memasak makanan spesial untuk mereka.

"Bang... nanti kita jenguk Bang Iky yuk," ajak Fajri setelah selesai makan.

Fenly mengelap sisa makanan di bibir menggunakan tisu. "Oke Ji. Semoga bang Iky senang ya kita datang."

"Pasti dong! Kita kan Adik kesayangan Bang Iky!" seru Fajri semangat.

"Haha iya... kamu benar," balas Fenly.

Setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa Ricky. Fajri dan Fenly memasuki ruangan Ricky di rawat.

Sebuah keajaiban kembali mendatangi keluarga kecil mereka. Ricky masih diberikan kesempatan untuk hidup, namun ia harus mengalami koma. Sudah hampir seminggu Ricky masih dalam keadaan sama.

_$_$_

Di suatu tempat...

Farhan turun dari mobil. Ia memasuki kawasan perumahan elit di Jakarta.

Seorang remaja berkulit hitam manis menyambut kedatangan Farhan di depan pintu. "Selamat datang, Paman," sapanya ramah.

"Hahaha... Gilang lo nggak pernah berubah," balas Farhan memeluk singkat tubuh Gilang.

Farhan dan Gilang langsung masuk ke dalam rumah. Mereka sedang duduk di ruang mirip kantor.

"Paman," panggil Gilang sedikit manja.

"Kenapa keponakan Paman yang paling hebat dan pintar?" tanya Farhan mengusap pelan rambut Gilang.

"Bagaimana rencana kita sekarang?" tanya Gilang menatap tajam Farhan.

Farhan tersenyum lebar. "Paman sudah berhasil mengambil perusahan milik Ricky, lalu membalikan nama menjadi punya saya. Dan saat ini Ricky dalam kondisi koma di rumah sakit. Jadi, untuk sementara kita bersenang-senang dulu menikmati hasil ini." jawabnya.

"Wah... Paman Farhan memang keren. Gilang juga sudah membuat Fiki menjadi sangat penurut sama gue." sahut Gilang senang.

"Hebat! Keponakan Paman Farhan memang bisa diandalkan. Setelah itu kita kuasai perusahan keluarga Fiki. Dan kita jadi semakin kaya raya." Farhan memuji.

"Hahaha... Gilang bisa beli sepuasnya deh," ujar Gilang.

Selama ini Gilang sengaja mendekati Fajri sebagai sahabat. Lalu membuat hubungan Fajri dan Fenly berantakan. Setelah itu, menyingkirkan Shandy yang memiliki hubungan tak baik kepada Fiki. Fiki pun menjadi Adik angkat Gilang sekarang.

Dan Farhan juga berpura-pura menjadi sahabat terbaik Ricky demi mengambil milik perusahannya. Dia juga yang membuat Fajri hampir meninggal. Masalah siapa yang menabrak Zweitson? Itulah Farhan.

Sosok Zweitson selama ini cukup mengganggu rencana mereka. Diam-diam Zweitson menyelidiki Gilang dan Farhan di balik layar.

Kini semua telah berhasil disingkirkan sesuai rencana mereka untuk menguasai kekayaan. Rencana Farhan serta Gilang sukses besar.

_____SELESAI_____

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top