#22

Tubuh dan pikiran Jung Ho serasa membeku di awal musim dingin. Kedatangan Tuan Jang sudah bisa ia prediksi sebelumnya, tapi bukan sekarang. Saat ia sibuk dalam kepanikan mencari keberadaan Jung Ah yang entah ke mana. Jung Ho sangat takut Jung Ah pergi meninggalkannya.

"Kenapa kau pergi begitu saja tanpa pamit padaku? Apa kau sudah lupa bagaimana peraturannya?" Tuan Jang telah tiba di depan Jung Ho tanpa kendala sedikitpun. Kakinya baik-baik saja saat berjalan. Keberadaan tongkat itu nyaris tidak berfungsi. Keempat pria bersetelan jas hitam pengawal pribadi Tuan Jang tampak berdiri di dekat mobil dengan sikap siap siaga.

Jung Ho tetap menegakkan wajah, tapi tatapan matanya jatuh ke atas lantai trotoar di bawah kedua kakinya yang masih mengenakan sandal rumah. Ia sangat terburu-buru tadi dan tidak sempat mengganti sandal karena panik.

Bibir Jung Ho bungkam. Kharisma Tuan Jang tidak tertandingi oleh apapun. Nyali Jung Ho menciut sejak pertama kali melihat pria tua itu keluar dari mobilnya. Jung Ho sangat tahu sepak terjang Tuan Jang. Pria itu bisa melakukan apa saja, termasuk melenyapkan nyawa seseorang.

"Kau belum lupa kan, setiap orang yang melarikan diri disebut sebagai pengkhianat? Dan setiap pengkhianat harus dihabisi. Aku yakin kau masih mengingat semua itu dengan baik," tandas Tuan Jang dengan suara datar. Ekspresinya belum berubah sejak tadi. Tenang dan berkharisma kuat.

Jung Ho tak bereaksi. Pria itu mengunci bibirnya rapat-rapat.

"Kudengar kau sudah bertemu dengan adikmu," ujar Tuan Jang seketika mengundang reaksi Jung Ho. Pria itu melongo. Dan Tuan Jang justru tersenyum geli melihat ekspresi wajah Jung Ho. "Adikmu cantik."

"Kumohon Tuan Jang, jangan sakiti dia," ratap Jung Ho memohon belas kasihan Tuan Jang. Seketika timbul dugaan negatif dalam benak Jung Ho. Jung Ah disandera Tuan Jang!

"Kau tahu aku hanya menghukum orang-orang yang berkhianat, Jung Ho. Dan kau sendiri tahu betul siapa yang berkhianat di sini."

Jung Ho memohon sekali lagi.

"Kumohon ampuni aku, Tuan Jang. Biarkanlah aku hidup normal seperti orang lain. Aku hanya ingin hidup bahagia bersama adikku."

"Hidup normal katamu?" Tuan Jang ganti menyeringai.  "Aku tahu apa yang sudah kau lakukan, Jung Ho. Kau ini seorang pembunuh. Bagaimana mungkin kau bisa hidup normal seperti orang lain? Itu mustahil, Jung Ho. Meskipun kau melakukan itu untuk membalas dendam pada orang yang menyakiti adikmu, tapi di dalam jiwamu bersemayam naluri seorang pembunuh. Kau tidak akan bisa melupakan itu selamanya. Bisa jadi kau akan menurunkan sifat itu pada keturunanmu kelak."

Sepasang bola mata Jung Ho terdiam. Tuan Jang mengenal Jung Ho dengan sangat baik. Pria tua itu bahkan mengawasi gerak-gerik Jung Ho tanpa sepengetahuannya.

"Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, Jung Ho. Dan karena itulah aku akan memberimu satu kesempatan. Aku akan mengampunimu seandainya kau mau kembali padaku."

Jung Ho terjebak dalam kebimbangan. Memang, Tuan Jang adalah orang yang menyelamatkan Jung Ho saat itu. Pria itu membawa Jung Ho ke rumah sakit sekaligus membayar semua tagihannya. Tapi, bukan berarti Jung Ho harus selalu tunduk dan patuh terhadapnya, bukan?

"Apa itu terlalu sulit untukmu, Jung Ho?" sentak Tuan Jang berupaya memancing jawaban Jung Ho.

"Aku tidak bisa melakukan itu, Tuan."

"Tapi kau sudah membunuh orang, Jung Ho. Jangan lupakan itu."

"Aku memang membakar kedai pasangan suami istri itu, tapi aku tidak pernah membunuh mereka," aku Jung Ho dengan tegas. Rahangnya mengeras. Tatapannya lurus. Tanpa kedip.

Tuan Jang terkekeh.

"Mereka mengakhiri hidup karena depresi kedainya terbakar. Lantas apa bedanya dengan kau membunuh mereka? Tidak ada bedanya, Jung Ho. Kalau kau tidak pernah membakar kedai itu, mereka pasti masih hidup sekarang."

Dagu Jung Ho menunduk perlahan. Ia mencoba mencerna ucapan Tuan Jang.

"Apa kau takut identitasmu diketahui adikmu?"

Jung Ho tak menjawab.

"Selama ini aku telah melindungimu dari polisi. Kau tidak tersentuh hukum meski kau melakukan kejahatan. Tidak akan sulit bagiku menyembunyikan identitasmu dari adikmu."

Tuan Jang memang bisa melakukan apa saja. Semua tindak kejahatan telah dilakoninya. Pria itu profesional. Juga tak tersentuh hukum. Dengan uang yang ia miliki, Tuan Jang bisa melakukan semuanya. Bahkan membeli hukum sekalipun. 

Jung Ho mengangkat kembali dagunya setelah selesai berpikir.

"Kenapa Tuan Jang tidak melepaskanku saja?"

Tuan Jang setengah terperanjat mendengar pertanyaan mengejutkan Jung Ho. Ia sudah membujuk pria itu agar kembali padanya dengan sedikit ancaman, tapi Jung Ho justru meminta hal lain. Itu bukan kemauan Tuan Jang jauh-jauh menemui Jung Ho.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa melepaskanmu? Apa kau sudah siap untuk pergi selamanya?"

Darah Jung Ho terkesiap. Setelah 15 tahun terpisah dan kini Jung Ho berkumpul lagi dengan Jung Ah, mana mungkin ia rela mati begitu saja karena peraturan bodoh yang dibuat Tuan Jang? Lantas bagaimana nasib Jung Ah jika ia pergi dari dunia ini?

Tiba-tiba saja Jung Ho menjatuhkan kedua lututnya ke atas trotoar. Sikapnya berhasil membuat Tuan Jang tercekat. Tuan Jang tidak menyangka jika Jung Ho begitu keras kepala padahal ia sudah mengatakan akan mengampuni pria itu.

"Kumohon lepaskan aku, Tuan Jang. Aku akan mengingat semua kebaikan Tuan sepanjang hidupku," ucap Jung Ho bersungguh-sungguh. Kepalanya tertunduk menampilkan keseriusannya meminta belas kasihan dari Tuan Jang.

Tuan Jang mengembuskan napas kasar dari hidungnya. Pria tua itu memasang wajah kesal. Tujuannya datang ke tempat itu bukan untuk melepaskan Jung Ho, tapi membawanya kembali ke kediamannya.

Tuan Jang mengisyaratkan sesuatu pada keempat pengawal pribadinya. Tanpa kata dan tanpa sepengetahuan Jung Ho yang masih menundukkan kepala.

Keempat pria itu bergegas maju ke tempat Jung Ho berlutut lantas memaksa pria itu agar bangun. Dan selanjutnya mereka menyeret tubuh Jung Ho agar masuk ke dalam mobil. Sementara Tuan Jang masuk kembali ke dalam sedan hitamnya.

Jung Ho pasrah. Sekalipun ia dibekali kemampuan bela diri yang mumpuni, tapi pria itu tidak berusaha melawan. Jung Ho hanya memikirkan nasib Jung Ah yang mungkin sekarang ada di tangan Tuan Jang. Tak apa ia terluka, asal Jung Ah baik-baik saja.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top