#19

Salju pertama tahun ini turun beberapa jam setelah Jung Ah tiba di apartemen milik kakaknya. Kondisi cuaca memang sudah terprediksi sebelumnya dan disiarkan di televisi setiap pagi. Sayangnya, Jung Ah tak begitu peduli dengan hujan salju kali ini. Ia juga sama sekali tidak antusias untuk menyingkap tirai jendela kamarnya yang tertutup sejak pagi. Gadis itu duduk diam di atas lantai dengan menekuk lutut dan menyandarkan punggungnya pada sisi tempat tidur. Pandangannya nanar ke suatu bidang di dinding yang kosong. Sementara pikirannya menerawang jauh ke dunia lain.

"Jung Ah. Apa kau di dalam?"

Pintu kamar Jung Ah terbuka lebar dan muncullah seraut wajah tampan Jung Ho melongok ke dalam ruangan.

Semula Jung Ho pikir gadis itu akan membuatkan makanan untuknya seperti kemarin. Ia berharap bisa mencicipi menu rumahan yang lain malam ini, oleh karena itu Jung Ho berusaha pulang lebih awal setengah jam dari biasanya. Namun, ketika ia memeriksa dapur dan ruang makan, tidak ada Jung Ah di sana.

Jung Ho mengerutkan kening begitu melihat sikap tak biasa yang ditunjukkan adiknya. Jung Ah tampak lesu dan gadis itu duduk di atas lantai. Tatapannya kosong, seakan ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

Jung Ho membiarkan pintu kamar Jung Ah terbuka lebar, sementara pria itu berjalan menuju ke tempat Jung Ah berada.

"Kau kenapa, Jung Ah?" Jung Ho berjongkok di depan tempat duduk Jung Ah dan mulai menelusuri wajah murung gadis itu. Jung Ho menangkap ketidakwajaran dalam diri Jung Ah. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Jung Ah mulai bereaksi. Gadis itu mengalihkan tatapan ke wajah Jung Ho.

"Sebenarnya apa yang telah Kak Jung Ho lakukan pada mereka?" tanya Jung Ah ketika mata mereka bertemu.

Jung Ho bingung. Ia tak mampu mencerna pertanyaan Jung Ah.

"Apa maksudmu, Jung Ah? Aku tidak mengerti."

Jung Ah menelan saliva. Andai saja mereka masih hidup, mungkin Jung Ah akan tetap tutup mulut tentang kebakaran yang menimpa kedai. Akan tetapi, nyawa Nyonya Kim dan suaminya telah melayang. Jung Ah tidak bisa diam saja, meski Nyonya Kim telah menggoreskan luka di hati dan tubuhnya.

"Aku pergi ke sana tadi," ungkap Jung Ah tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Seandainya ia diam, beban di benaknya akan bertambah berat.

Seketika Jung Ho melongo. Batinnya bisa menebak dengan jelas maksud ucapan Jung Ah, tapi mungkinkah gadis itu benar-benar pergi ke sana?

"Maksudmu ... "

"Ya. Aku pergi ke tempat itu," tukas Jung Ah karena Jung Ho pasti akan menggantung kalimatnya. "Aku mendengar kedai itu terbakar beberapa hari lalu dan hari ini saat aku pergi ke sana, mereka meninggal. Apa Kak Jung Ho yang melakukannya?"

Jung Ho terdiam. Matanya menatap wajah Jung Ah lekat-lekat. Tanpa berkedip.

"Aku juga melihat Kak Jung Ho di sana," imbuh Jung Ah melengkapi pengakuannya.

Napas Jung Ho tertahan.

"Kau melihatku?"

Jung Ah mengiyakan.

"Kenapa Kak Jung Ho melakukan itu? Mereka memang jahat, tapi mereka mau menampungku di rumahnya. Setidaknya aku tidak hidup di jalanan berkat mereka. Kak Jung Ho tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya, karena Kak Jung Ho juga bersalah. Semua itu tidak akan terjadi seandainya Kak Jung Ho tidak meninggalkanku di depan kedai 15 tahun lalu," ujar Jung Ah dipenuhi dengan emosi yang membuncah.

Jung Ho bangkit. Pria itu menegakkan tubuhnya dan belum ada satupun kata yang mengalir dari bibirnya.

"Andai saja Kak Jung Ho membawaku saat itu, mungkin aku tidak akan pernah mengalami semua itu."

"Justru kau bisa terbunuh jika ikut bersamaku!" teriakan nyalang Jung Ho membuat Jung Ah tersentak. Suara pria itu seolah menggema ke setiap penjuru dan mampu menggetarkan permukaan dinding yang melingkupi tubuh keduanya.

"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Jung Ah terbata.

Jung Ho melepaskan napas dengan kasar. Ia kelepasan bicara.

"Katakan padaku apa yang Kak Jung Ho alami selama ini? Apa itu yang membuat Kak Jung Ho menjadi seorang gangster?" desak Jung Ah berusaha meminta kejujuran dari pihak Jung Ho.

Pertemuan dengan Kim Tae Joon saat di restoran kala itu merupakan sebuah kesalahan. Jung Ah tidak akan pernah mengetahui identitas Jung Ho seandainya ia tidak bertemu pria itu. Jung Ho benar-benar menyesal telah membawa Jung Ah pergi ke restoran malam itu. Kim Tae Joon sudah mencari masalah dengan dirinya. Namun, sesungguhnya ada beberapa ucapan Kim Tae Joon yang benar adanya.

"Sampai kapan Kak Jung Ho terus bungkam?"

"Ini bukan kisah yang menarik untuk diceritakan."

"Tapi aku tetap ingin mendengarnya." Jung Ah mengulurkan tangannya ke ujung lengan jas Jung Ho. Ia sengaja menahan pria itu agar tetap bertahan di tempatnya dan lekas menguraikan kisah masa lalunya.

Jung Ho menatap kesungguhan yang melekat di dalam mata adiknya. Sungguh, ia tidak ingin membuat Jung Ah merasa iba padanya karena kisah itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top