#16
"Aku pulang!"
Usai menutup pintu, Jung Ho melepas sepatu dan menggantinya dengan sepasang sandal rumah berwarna cokelat tua seukuran kakinya. Pria itu berjalan masuk, lantas mencari keberadaan Jung Ah.
"Kau sedang apa, Jung Ah?" Jung Ho menemukan adiknya berada di dapur dengan sehelai celemek membalut bagian depan tubuh kurusnya. Pria itu tampak keheranan melihat Jung Ah.
"Apa Kak Jung Ho tidak melihat aku sedang memasak?"
Jung Ho menyembunyikan seulas senyum tipis dari Jung Ah.
"Ya, aku melihatnya. Tapi, kenapa kau melakukan ini? Tadinya aku berencana ingin mengajakmu makan malam di luar," ucap Jung Ho dengan menyapukan tatapan ke atas meja makan. Di sana telah tersaji beberapa jenis menu masakan rumahan. Ia baru tahu jika Jung Ah cukup terampil mengolah bahan makanan.
"Aku ingin memasak untuk Kak Jung Ho," ucap Jung Ah usai mematikan kompor. Masakannya telah siap, tinggal memindahkannya ke dalam mangkuk, lalu menyajikannya di atas meja makan.
"Benarkah? Kebetulan sekali, aku memang lapar." Jung Ho memegang perut seraya mengembangkan tawa sukacita. "Kalau begitu aku ganti pakaian dulu."
Jung Ho buru-buru pergi meninggalkan ruang makan dan pria itu kembali beberapa menit kemudian. Pria itu telah menanggalkan setelan jas dan menggantinya dengan sebuah celana panjang dan kaus tanpa lengan.
"Aku baru tahu kalau kau pandai memasak," ujar Jung Ho seusai menerima mangkuk kecil berisi nasi yang disodorkan Jung Ah.
"Kak Jung Ho lupa kalau sebelumnya aku pernah bekerja di kedai?" seloroh Jung Ah berusaha menampilkan sikap wajar di depan Jung Ho. Meskipun sebenarnya batinnya dipenuhi dengan kecurigaan pada kakaknya. Peristiwa kebakaran yang diceritakan Min Jung melalui telepon tadi siang masih melekat kuat di pikirannya. Juga tentang dugaan pelakunya, masih tetap mengarah pada Jung Ho.
"Ya. Mana mungkin aku lupa." Jung Ho mulai mencicipi bulgogi buatan Jung Ah.
"Apa rasanya enak?" desak Jung Ah tak sabar menunggu penilaian kakaknya.
"Lumayan. Ini masih bisa dimakan."
"Apa seburuk itu?"
"Tidak juga."
Jung Ah mesti menelan kekecewaan usai mendapat komentar dari Jung Ho. Pria itu tidak menyebutkan penilaiannya secara pasti menyangkut rasa masakan Jung Ah.
"Apa kau pergi keluar rumah tadi?"
Jung Ho terlihat begitu menikmati makan malamnya, sedang Jung Ah sebaliknya.
Gadis itu menggeleng. Ia tahu maksud Jung Ho bertanya seperti itu.
"Aku hanya memanfaatkan bahan makanan di kulkas," ucap gadis itu.
Jung Ho mengangguk. Ia memang telah mengantisipasi soal itu sebelumnya. Jung Ho sengaja mengisi kulkas di apartemen itu dengan banyak bahan makanan mentah, makanan dan minuman kaleng, buah-buahan, dan daging beku. Ia juga tidak lupa menyediakan mi instan di salah satu laci dapur. Semua itu Jung Ho lakukan agar Jung Ah tak perlu pergi keluar apartemen jika ingin membeli makanan saat ia tidak ada.
"Kak Jung Ho ... "
"Uhm?" Jung Ho melirik ke arah Jung Ah sebelum kembali mengambil daging sapi di depannya.
"Apa aku boleh pergi ke tempat itu lagi? Aku ingin mengambil barang-barangku yang tertinggal di sana," ucap Jung Ah dengan suara pelan dan hati-hati. Pasalnya pertanyaan itu tergolong sensitif dan bisa menyulut api kemarahan di hati Jung Ho.
Jung Ho mulai menunjukkan reaksi.
"Memangnya barang apa yang ingin kau ambil?" Jung Ho meletakkan sumpitnya, lantas menatap Jung Ah dengan tatapan mengintimidasi. "Bukankah semua kebutuhanmu telah terpenuhi di sini? Jika kau ingin sesuatu, kau bisa minta padaku, Jung Ah. Kau tidak perlu kembali ke sana."
"Tapi, Kak ... "
"Jung Ah." Suara berat Jung Ho seketika membuat Jung Ah membungkam mulutnya. Kilatan amarah terlihat dari sorot mata Jung Ho. "Aku tidak suka kau kembali ke tempat itu lagi. Apapun alasannya aku tidak mengizinkanmu pergi ke sana. Jangan menyinggung tentang tempat itu lagi, kau mengerti?"
"Tapi kenapa aku tidak boleh kembali ke sana?" Jung Ah ingin tahu alasan Jung Ho. Pelarangan itu hanya akan menambah kecurigaan Jung Ah terhadapnya.
"Karena itu membuatku teringat masa lalu. Seakan-akan baru kemarin aku meninggalkanmu di sana. Bahkan suara tangisanmu masih terngiang di telingaku sampai sekarang. Hatiku tercabik saat mengingat kejadian itu." Pandangan Jung Ho sedikit menunduk. Kilasan peristiwa 15 tahun lalu itu kembali mendatangi pikiran Jung Ho.
"Aku sudah ada di sisimu, Kak Jung Ho. Kau tidak perlu menyesali apapun sekarang."
"Kenapa kau tidak menuruti ucapanku, Jung Ah? Apa itu terlalu sulit untukmu?"
Jung Ah bungkam. Jika percakapan ini diteruskan, mungkin akan menjadi perdebatan yang sia-sia. 15 tahun itu telah berlalu. Apa pentingnya kembali mengenang masa-masa itu?
"Maafkan aku." Jung Ah ikut tertunduk.
"Sudahlah. Teruskan makanmu," suruh Jung Ho berusaha menetralisir suasana mencekam di ruang makan.
Jung Ah kembali melanjutkan makan dalam diam. Jung Ho pun demikian. Seolah bahan perbincangan mereka telah habis tak bersisa.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top