#15

Semalam tadi Jung Ah bermimpi tentang kedai. Pasangan suami istri pemilik kedai itu juga ada dalam mimpinya, tapi keduanya tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya diam menatap Jung Ah.

Sesungguhnya itu tidak bisa dikategorikan sebagai mimpi buruk. Pasalnya tidak ada sesuatu hal yang terjadi dalam mimpi Jung Ah. Akan tetapi, mimpi itu adalah mimpi pertama Jung Ah menyangkut kedai setelah beberapa lama ia pergi bersama Jung Ho. Mungkinkah mimpi itu sebuah bentuk kerinduan Jung Ah terhadap kedai yang tidak disadari gadis itu? Ah, mana mungkin? Bukankah wanita pemilik kedai itu telah berbuat jahat padanya? Mustahil Jung Ah merindukan wanita itu.

Tapi, apa salahnya mencari tahu tentang kabar kedai? Jung Ah hanya merasa penasaran, apakah kedua orang tua angkatnya merekrut seseorang untuk bekerja paruh waktu di kedai setelah ia pergi malam itu? Apakah mereka merasa kehilangan dirinya ataukah baik-baik saja tanpa kehadiran Jung Ah di kedai mereka?

Satu-satunya orang yang terpikirkan oleh Jung Ah hanyalah Min Jung, putri dari pemilik toko daging langganan orang tua angkatnya yang telah dikenal Jung Ah dengan sangat baik. Min Jung kerap mengantarkan pesanan daging ke kedai dan mereka sering mengobrol meski tak bisa lama. Bisa dikatakan Min Jung merupakan satu-satunya teman Jung Ah.

Jung Ah masih hafal sebaris nomor telepon Min Jung. Pasalnya Jung Ah sering menelepon gadis itu untuk memesan daging dan babat, jadi digit nomor telepon Min Jung sudah dihafal Jung Ah di luar kepala.

Jung Ah terpaksa mengulang kembali panggilannya karena Min Jung tak kunjung mengangkat teleponnya. Mungkin ia sibuk, pikir Jung Ah ketika menunggu jawaban Min Jung.

"Halo."

Sapaan yang terdengar dari ujung telepon langsung membuat Jung Ah berdecak girang. Akhirnya ia bisa mendengar suara Min Jung, satu-satunya teman yang ia punya selama ini.

"Min Jung, ini aku Jung Ah." Jung Ah langsung menyebutkan identitasnya.

"Jung Ah!" Min Jung memekik begitu mengetahui si pemilik nomor telepon tidak dikenal itu adalah Jung Ah, teman baiknya yang selama ini tinggal bersama pemilik kedai daging panggang. "Benarkah ini kau, Jung Ah?" Masih kurang percaya, Min Jung ingin memastikan.

"Ya, ini aku. Bagaimana kabarmu? Maafkan aku, Min Jung. Waktu itu aku tidak sempat berpamitan sebelum pergi dari sana," sesal Jung Ah. Melintas di benaknya sebuah rencana untuk bertemu dengan Min Jung suatu saat nanti. Jung Ah akan mengajak Min Jung makan makanan enak di restoran sushi jika mereka bertemu kelak. Min Jung adalah penggemar berat masakan Jepang.

"Aku baik-baik saja, Jung Ah. Sebenarnya kau pergi ke mana? Kenapa tiba-tiba seperti itu?"

Jung Ah menghela napas panjang. Gadis itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Kakakku datang menjemputku malam itu. Dia langsung mengajakku pergi, jadi aku tidak sempat berpamitan dengan siapapun. Aku juga tidak sempat membawa barang-barangku."

"Syukurlah kalau kau sudah bertemu dengan kakakmu, Jung Ah. Aku turut berbahagia untukmu."

"Terima kasih, Min Jung."

"Jung Ah." Min Jung mengatur pernapasannya sebelum melanjutkan bicara. "Apa kau tahu apa yang terjadi beberapa hari setelah kau pergi?"

Jung Ah menggeleng. Gadis itu tidak sadar jika Min Jung tak bisa melihat gelengan kepalanya.

"Beberapa hari yang lalu, kedai milik orang tua angkatmu terbakar, Jung Ah."

"Apa?!" Jung Ah seketika menjerit kaget. Gadis itu menarik punggungnya dari sandaran sofa. "Kebakaran?"

"Ya. Kedai itu habis dimakan api. Tidak ada yang tersisa. Kejadiannya malam hari, jadi pemilik kedai tidak tahu tentang kebakaran itu," ungkap Min Jung.

"Lalu bagaimana keadaan mereka?"

"Mereka baik-baik saja."

Jung Ah merasa sedikit bisa bernapas lega. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran itu. Kedai dan rumah tinggal orang tua angkatnya memang terpisah, jadi mereka masih selamat.

"Tapi mereka kehilangan semuanya, Jung Ah. Sekarang mereka tidak punya apa-apa."

"Apa kau tahu kenapa bisa terjadi kebakaran itu?"

"Tidak ada yang tahu penyebab pastinya. Tapi sepertinya ada seseorang yang sengaja membakar kedai."

Jung Ah terbungkam seketika. Pikirannya terbang menelusuri jejak percakapannya dengan Jung Ho.

Saat itu, hari di mana Jung Ho mengetahui bekas luka bakar di sebagian bahu dan punggung Jung Ah, pria itu tampak marah besar. Namun, selang tak lama kemudian ia bersikap biasa-biasa saja seolah telah melupakan bekas luka bakar itu. Jung Ho bahkan tidak bertanya apa-apa lagi pada Jung Ah tentang luka itu. Mungkinkah Jung Ho ada kaitannya dengan kebakaran itu?

"Jung Ah, apa kau bisa mendengarku?"

"Ya, Min Jung. Aku mendengarmu." Jung Ah tergagap mendengar panggilan Min Jung. "Maaf, aku harus menutup teleponnya. Ada sesuatu yang harus kuurus."

Jung Ah menggenggam erat ponsel di tangannya usai mengakhiri percakapannya dengan Min Jung. Kecurigaan pada Jung Ho kian menjadi ketika mengingat sikap dingin pria itu. Jung Ho punya motif yang kuat seandainya benar ia yang merancang kebakaran itu. Dan jika benar ia pelakunya, maka semua perkataan Kim Tae Joon adalah benar. Jung Ho adalah gangster!

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top